Alise seketika merasa hatinya tak tenang, sorot matanya memuram, selama ini meskipun ada banyak gadis yang berusaha menggoda Randika, dirinya tau kalau Randika tetap menjaga kesetiaan padanya. Tapi kenapa wanita barusan bisa menarik perhatian Randika dengan mudah?
" Uhuk... " Alise tak bisa menahan batuknya, ia menoleh menatap Randika, bertanya langsung. " Sayang, kamu mengenal wanita tadi?"
"Tidak." Randika menjawab cepat, menggenggam tangan Alise yang bergelayut di lengannya.
Lima tahun yang lalu Randika dan Kasyaira menikah tapi demi tak membuat Alise sakit hati, pernikahan itu tidak dipublikasikan bahkan media pun tidak tahu. Alise hanya pernah mendengar tentang nama Kasyaira saja, tapi mereka berdua belum pernah saling bertemu.
Kini mereka saling bertemu tanpa sengaja, Randika tidak berencana memberitahunya tentang hal ini. Ia tahu jika Alise adalah orang yang mudah curiga dan sensitif, kondisi kesehatannya sudah tak baik dan akan bahaya jika sampai keadaannya memburuk karena terlalu banyak pikiran.
" Baiklah." Alise mengangguk tak ingin bertanya lagi.
Rendy maju mendekati mereka berdua. " Randika, lebih baik aku antar Alise pulang terlebih dahulu. Bagaimanapun ini adalah pesta ulang tahun Tuan Raka, tidak baik jika kamu meninggalkan acara lebih dulu."
" Tapi Alise... "
" Randika, aku tidak apa-apa." Alise menggoyang-goyangkan lengan Randika penuh pengertian.
" Kalau begitu, aku akan menahannya sampai pesta selesai. Bagaimanapun sangat tidak baik kalau kamu meninggalkan acara lebih dulu." Ucapnya lagi.
"Tapi kondisi badanmu juga tidak memungkinkan Alise!" Rendy khawatir, dia maju melangkah semakin mendekati Alise lalu menatap Randika. "Sesuai kataku saja, kau disini dan aku akan mengantar Alise pulang untuk istirahat."
Randika berpikir sebentar dan akhirnya mengangguk. "Baiklah, aku setuju."
Randika juga tidak ingin Alise memaksakan diri, ia mengelus pipi Alise. "Pulanglah, jangan lupa istirahat," ucapnya lembut pada istrinya.
"Ya, sampaikan permintaan maafku pada Raka." Alise mengecup pipi Randika.
Rendy sangat kesal melihatnya. "Alise, Randika sudah tahu. Kamu tidak usah khawatir."
"Hem, kalau begitu aku pergi dulu." Alise tersenyum pada Randika, matanya yang indah dipenuhi rasa cinta pada suaminya.
Alise berjalan pergi dengan dipapah Rendy. Setelah membantu Alise masuk ke dalam mobil Lamborghini-nya, Rendy ikut masuk duduk di kursi belakang di samping Alise.
Rendy melihat sekelilingnya lalu menarik pundak Alise dan bertanya penuh perhatian.
"Sayang, kenapa tiba-tiba lambungmu sakit?Apakah sekarang sudah lebih baik?" tanya Rendy penuh kasih sayang.
"Cepat singkirkan tanganmu, sekarang kita sedang berada diluar!" Bentak Alise dan segera menepis tangan Rendy dari pundaknya.
"Bukankah tidak ada orang di sekitar sini?" Rendy menoleh dan menatap sekelilingnya.
Rendy melihat tangannya disingkirkan oleh Alise tanpa ragu, merasa sangat kecewa.
"Tidak boleh juga! Kalau sampai dilihat orang, matilah kita berdua!" ucap Alise wajahnya sedikit tegang.
"Alise, apa kamu tahu betapa menderitanya aku? Aku melihatmu sakit, namun tak bisa menjadi yang pertama untuk memerdulikanmu. Apa kamu tahu betapa sedihnya aku? Demi dirimu aku harus berpura-pura menjadi kakak sepupumu, setiap hari aku melihatmu bermesraan dengan Randika. Tapi aku tak bisa melakukan apa-apa! Aku sangat menderita!" Marahnya, dia menatap mata Alise lalu menggenggam pundak Alise dengan emosinya yang mengebu-gebu.
"Aku sudah bilang, selamanya kita tak akan mungkin bersama. Aku juga sudah pernah memberitahumu, kalau kamu tidak ingin berada disampingku kamu boleh pergi!" Balas Alise sama marahnya.
"Alise, kamu tahu aku tak bisa meninggalkanmu." Akhirnya Rendy mengalah melembutkan ucapannya.
"Kalau begitu diamlah, jadilah Kakak sepupuku baik-baik! Jadilah Manajer Perusahaan pramudita dan pengurus Villa, lalu nikmatilah kehidupan mewahmu!" ucap Alise dingin berwajah kesal.
Rendy menatap wajah Alise yang tidak berperasaan itu, lalu dengan perlahan menunduk. Sudah 5 tahun sejak Alise menikah dengan Randika, selama 5 tahun itu setiap hari dia melihat Alise dan Randika lengket seperti lem. Mereka begitu mencintai satu sama lain, membuat hatinya sangat sakit.
Meski ia bisa memanfaatkan waktu ketika Randika pergi berdinas untuk bermesraan dengan Alise, tapi kemesraan yang hanya sebentar itu sama sekali tak cukup untuk menghalangi sakit hati yang diberikan Alise padanya selama 5 tahun ini.
Sebenarnya apa bagusnya Randika, Alise dan Randika baru berkenalan saat kuliah. Sedangkan dirinya sudah mengenal Alise sejak kecil, melihatnya masuk sekolah dasar hingga kuliah. Bahkan sampai sekarang selalu mengikuti langkah kakinya, menemani di sisinya terus menerus melindunginya dan selalu mencintainya.
"Rendy... jangan menyusahkan diriku ya." Pinta Alise. Nadanya melembut karena melihat sorot mata sedih Rendy, tangannya memegang lembut wajah Rendy.
"Rendy, kamu sudah berjanji padaku untuk melindungiku seumur hidup. Katamu apapun yang aku mau, kamu pasti akan memberikannya untukku."
"Ya, aku telah berjanji padamu. Jadi aku pasti akan menepatinya." Rendy mengangguk.
Alise adalah wanita yang dicintainya sejak kecil bahkan jika dia menyuruhnya mati, ia juga rela. Jadi memangnya kenapa jika melihat Alise bersama dengan pria lain, paling tidak dirinya masih bisa melihatnya. Memikirkan hal ini emosinya perlahan-lahan mereda, ia menarik nafas dalam-dalam lalu tersenyum dengan terpaksa pada Alise.
"Maaf, tadi emosiku terlalu mengebu-gebu." Ucap Rendy pada akhirnya mengalah lagi.
"Tidak apa-apa, aku tahu kamu begitu karena perduli padaku." Kata Alise penuh pengertian.
"Baiklah, sekarang aku akan mengantarmu pulang ke Villa untuk beristirahat." Rendy kemudian turun dari kursi belakang lalu duduk di kursi kemudi.
Alise yang duduk di kursi belakang, bibirnya menyunggingkan senyuman puas. Ia berpikir begini juga baik karena ada pria yang rela mati untuknya, juga ada pria yang dicintainya dan mencintainya. Apalagi Randika adalah Pria yang berkuasa. Saat memikirkan kehangatan Randika padanya, hati Alise pun dipenuhi rasa puas.
Tapi tiba-tiba sosok wanita yang di kamar mandi itu muncul kembali di pikiran Alise, wanita yang membuat Randika sempat melamun.
Walaupun sekarang Alise tidak bisa mengingat wajah wanita itu, tapi melihat Randika yang melamun, Alise tak bisa melupakannya. Alise menggertakan giginya, ia merasa bahwa segala sesuatu harus diantisipasi.
Wanita itu sudah menarik perhatian Randika, maka demi mempertahankan posisinya agar tak goyah, ia membuat keputusan bahwa cara terbaik adalah tidak memberikan wanita itu kesempatan untuk muncul di hadapan Randika lagi.
Alise kemudian memantapkan pikirannya dan berkata pada Rendy yang sedang fokus menyetir mobil.
"Ren, apa kamu masih ingat wanita yang barusan kita lihat di kamar mandi?" Tanya Alise.
"Ya, kenapa?"
"Bantu aku mengurusnya, aku tidak suka Randika yang melihatnya dengan tatapan agak berbeda. Jadi kuharap, wanita itu tidak muncul lagi di hadapan Randika untuk selamanya." Alise menggertakan giginya.
Saat ini Rendy melihat wajah Alise terlihat sangat jahat yang tidak cocok dengan kepribadiannya, biasanya dia tak pernah mengambil tindakan terhadap wanita yang ingin mendekati Randika.
"Alise, tidakkah kamu sedikit berlebihan?" Tanya Rendy.
"Ren.... baru saja tadi kamu berkata padaku apapun yang aku minta untuk kamu lakukan, kamu akan melakukannya." Alise mengingatkannya.
"Apa itu semua bohong?" Alise berpura-pura terlihat menyedihkan.
Mendengar nada kecewa dari Alise, Rendy sangat panik. "Alise... bagaimana aku bisa membohongimu? Kamu tahu, bahwa semua yang selama ini aku lakukan untuk kebaikanmu."
"Kalau begitu kali ini juga bantu aku! Singkirkan wanita itu dari Kota ini!" Alise berkata tajam.
Rendy menarik nafas panjang dan mengangguk. "Baik, setelah aku mengantarmu pulang. Aku akan segera pergi mengurusnya." Jawabnya meyakinkan Alise.
^Bersambung^
Like, Komen, Makasih Dukungannya 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Widi Widurai
bgo jd manusia..dimanfaatin mau aja
2023-07-25
2
Ibelmizzel
ah..cocoklah penghianat dan penghianat bersatu.😁
2023-06-13
1
#AleX
dasar Alise tu cewek jahat 😤😤😤
2022-09-10
0