"rain, dimana Aleta?" suara Allan menggema di kamar anaknya, Raina yang sedang membereskan buku sekolah Aleta lantas menunjuk ke kamar mandi.
"kenapa?"
"siapkan keperluan Aleta, aku mau ngajak Aleta jalan-jalan ke pantai sama Monica".
"oh.. oke". Raina bergegas memasukan pakaian ganti, minyak telon, Paracetamol, selimut, susu kotak, hingga mainan kesukaan Aleta.
"Tante, kita mau jalan-jalan ya, asiikkk". Aleta membulatkan matanya, tersenyum selebar yang dia bisa.
"Aleta jalan-jalan sama papa sama Tante Monica ya, jangan nakal, nurut sama papa, nanti kalau mau pipis suruh anterin tante Monic ya". Raina berjongkok menyamakan tingginya dengan Aleta, membelai puncak kepalanya dengan sayang.
"ngga usah aja Tante, Aleta di rumah saja sama Tante". gadis kecil itu menunduk, memainkan ujung piyamanya.
"ssstt.. lihat Tante". Raina mengangkat wajah Aleta, mempertemukan pandangan mereka. "katanya Aleta pengen jalan-jalan sama papa, pengen beli es krim, pengen beli balon trus kejar-kejaran sama papa kaya Leony sama papanya?" Leony adalah teman sekelas Aleta, dia selalu di jemput oleh papanya, Leony sering bercerita kepada Aleta tentang dia dan papanya. Dan Aleta sangat iri dengan kedekatan mereka.
"Aleta nggak suka sama Tante Monic". Aleta menurunkan sudut bibirnya, kesedihan tergambar jelas di wajahnya.
"Aleta harus baik sama Tante Monic, kan nanti Tante Monic mau jadi mama Aleta". Raina membelai pipi gembul Aleta.
"Aleta mau Tante rain aja yang jadi mama Aleta". Aleta memeluk Raina, membenamkan wajahnya di dada Raina.
"Tante rain kan udah jadi tantenya Aleta, ngga bisa jadi mamanya Aleta". Raina membalas pelukan Aleta dengan menepuk punggungnya.
"jadi? Aleta mau nggak pergi sama papa?" lanjut Raina ketika Aleta melepas pelukannya.
"mau, tapi Aleta mau pakai baju baru yang kemarin di beliin eyang mama".
"oke, nanti Tante rain siapin, sekarang kita mandi dulu"
"iya Tante".
Sekitar setengah jam berlalu, Raina masih sibuk mengepang dua rambut panjang Raina, gadis kecil itu duduk di depan cermin sambil memeluk boneka kelincinya.
"rain, sudah?" Allan dengan pakaian santai masuk ke kamar Aleta. Parfum dengan aroma maskulin yang dia pakai membuat Raina menoleh ke arahnya.
"sudah mas, ini perlengkapan Aleta, nanti kalau dia rewel kasih Snack aja, trus selama di mobil nanti pake Car seat biar kalo ngantuk ngga bahaya, ini ada Paracetamol sama p3k kalo ada apa-apa, ada minyak telon juga, kalo abis main air ganti bajunya, handuknya di bagian belakang sama tisu dan bedaknya Aleta". Raina menjelaskan semuanya dengan cepat, Allan melongo, otaknya terlambat mencerna perkataan Raina.
"hah, apa?"
"intinya, ini perlangkapan Aleta, pacarnya mas Allan kan dokter, pasti tau lah pertolongan pertama kalo ada apa-apa". Sebuah tas yang penuh dengan perlengkapan Aleta di serahkan Raina kepada Allan.
"kita cuma mau ke pantai rain, bukan mau minggat". Allan menggaruk kepalanya karena frustasi.
"ini isinya penting semua mas".
"ngga usah, nanti beli aja kalo perlu apa-apa". Tangan Allan meraih tangan mungil Aleta, lalu membawa gadis kecil itu keluar kamar nya, Aleta menggigit kuku jarinya sambil melihat ke arah Raina.
Sedangkan Raina hanya bisa melambaikan tangan sambil tersenyum selebar mungkin, meski hatinya terasa hampa, Raina sedikit khawatir Aleta di bawa oleh Allan dan Monica, bagaimanapun kedua orang tadi adalah orang terdekat Aleta meski hubungan mereka terlampau asing satu sama lain.
-
Sepeninggal Allan dan Aleta, Raina hanya duduk di ranjang Aleta, mengeluarkan barang-barang dari tas yang tadi di tolak oleh Allan, tangannya memegang baju kecil milik anak yang telah mencuri hatinya.
Raina mendekap baju itu, mencoba mengurai sesak di dadanya, berkali-kali dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa Aleta baik-baik saja.
"rain, kamu kenapa?" tanya Bu Lidya yang baru saja kembali dari sanggar senam langganannya.
"nggak ma, mama udah pulang?"
"iya, Aleta mana rain?" tanya Bu Lidya sembari mengedarkan pandangannya mengintari ruangan.
"ke pantai, sama papanya ma". jawab Raina sembari mengembalikan minyak telon pada tempatnya.
"hah? mama nggak salah dengar rain?"
"nggak ma, tapi sama mbak Monica juga". Raina merangkul pundak mamanya, membawa wanita itu keluar dari kamar Aleta.
"syukurlah, berarti Allan mulai bisa menerima Aleta".
"iya ma, Raina juga seneng, walaupun ada sedikit kekhawatiran dalam hati Raina".
"iya mama juga, bagaimanapun Allan itu nggak tau apa-apa soal Aleta".
"mama istrahat aja, Raina mau ikut ke dapur bantu mbak-mbak masak".
"ngga usah, nanti anak gadis mama bau Asep".
"ngga apa-apa ma, Raina pengen besok kalo udah nikah bisa masak sendiri buat suami Raina".
"rain, kamu jangan cepet-cepet nikah ya, mama ngga rela kamu di bawa pergi dari rumah ini, atau, kalau kamu nikah kamu harus tinggal di rumah ini biar mama nggak kesepian lagi". Bu Lidya mengait lengan anak gadisnya dengan erat.
"iya ma, lagian juga belum aja calon". Raina menunjukkan senyum malu-malu namun tetap menawan.
"Johan?"
"kita cuma temen ma".
"nanti siang mama sapa papa mau ke Jakarta, kamu undang Johan aja main kesini, kalo ngga kamu jalan-jalan, kan kemarin ketunda gara-gara Allan". Bu Lidya memang tipe orang tua yang baik, tidak banyak melarang, namun tetap tegas.
"ngga ma, kak Jo pasti sibuk" jawab Raina lagi.
"iya sih, dia lagi ngurus pilkada juga".
" makanya Raina ngga berani ganggu dia ma" Bu Lidya hanya mengangguk, memahami kondisi Johan dan nya yang pasti tidak memiliki waktu untuk hal remeh seperti pacaran..
-
Pukul 5 sore, Raina yang baru selesai mandi mendengar suara langkah kaki di depan kamarnya, dengan segera dia keluar, karena pasti itu adalah Allan dan Aleta.
"rain, baju Aleta basah, tolong kamu ganti ya". Allan memindahkan Aleta yang tertidur ke gendongan Raina.
"loh, kenapa nggak di ganti aja bajunya, ini anaknya demam loh mas". Raina memarahi Allan.
"ngga ada yang jualan tadi". dengan santai Allan melangkah pergi. Raina merasakan bahwa baju yang di pakai Aleta sudah setengah kering, berati sudah dari tadi Aleta di biarkan memakai baju basah.
Di dalam kamar, Raina membaringkan tubuh Aleta, mengganti pakaiannya dengan yang kering, karena Rini sedang cuti.
Di sentuhnya kening Aleta, demam, dengan cekatan Raina mengambil termometer di dalam laci.
Tertera angka 37,5° pada LCD display termometer, demamnya lumayan tinggi, Raina segera menyadari bahwa wajah Aleta memerah dan timbul ruam di seluruh tubuhnya. Pasti alergi Aleta kambuh lagi, sejak di lahirkan tubuhnya tidak bisa toleransi terhadap seafood. Reaksi alergi ekstrem akan menyerang tubuh Aleta, bahkan pernah paling parah sampai sesak nafas dan harus di larikan ke rumah sakit. Dan hari ini, mereka pergi ke pantai, kemungkinan Aleta mengkonsumsi seafood hampir 100%.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
sherly
aneh banget sih pacaran Ama dokter tp perlakuannya kayak gt sama anak...
2023-05-26
0
Shuhairi Nafsir
Aku sangat benci sama cowok kayak Allen. Goblok banget lagi buta dengan sikapnya pacarnya Si Monica. Thor bikin sesuatu menimpa kepada Alleta. Biarkan nanti Allen menyesal diatas sikapnya sendiri.
2023-04-29
0
Nanik Lestari
Anak kecil menolak bukan tanpa alasan. Sok baik dan bijak
2023-02-24
0