"selamat datang di rumah kami rain". kata pak William saat mobil mereka memasuki gerbang rumah mewah dengan teman penuh pohon Cemara yang menawan.
"jangan sungkan-sungkan, mulai sekarang ini juga rumah kamu". lanjutnya lagi.
Tak berapa lama mereka telah masuk ke dalam rumah bergaya Eropa itu, warna putih mendominasi seluruh ruangan.
"sudah datang rupanya". Kata Bu Lidya istri pak William yang berjalan dari dapur dan segera mengelap tangannya yang basah dengan celemek yang dia pakai.
"mah, ini Raina yang kemarin papa ceritain".
"Raina, selamat datang, saya Lidya istri nya pak William".
"saya Raina tante". mereka berjabat tangan sebagai bentuk perkenalan.
"mah, mulai hari ini Raina tinggal di sini, siapkan kamar".
"apa? Raina mau tinggal di sini?"
"iya". jawab pak William singkat. Raina hanya bisa diam, merasa kedatangannya di tolak oleh bu Lidya.
"serius?"
"iya".
"ahh, senangnya, akhirnya aku punya anak gadis". Bu Lidya langsung mengaitkan tangannya pada Raina. "ayo sayang mama antar ke kamar kamu".
"panggil saya mama ya, jangan sungkan-sungkan".lanjut Bu Lidya.
"i.. iya".
"kamu masih kuliah?"
"saya berhenti, karena keterbatasan biaya". Raina sangat canggung karena kebaikan Bu Lidya.
"sini, ini kamar kamu". kata Bu Lidya saat sampai di sebuah kamar dengan Pintu berwarna putih."ini kamar tamu, besok akan mama rubah interiornya sesuai keinginan kamu, kamu suka apa? hello Kitty? Doraemon? atau Barbie?"
"saya, begini saja cukup ma". Raina menatap ke dalam ruangan yang telah terbuka, 3 lemari besar, satu meja rias, ranjang yang lebar cukup untuk 5 orang, dan sofa santai dekat jendela. Apa lagi yang Raina inginkan, ini lebih dari mewah untuknya.
huaaaa huaa huaa
Terdengar suara anak kecil menangis, bibirnya membiru, seperti kedinginan, Bu Lidya hanya diam seolah tak peduli, gadis itu meraih-raih ke udara seolah meminta bantuan Raina saat melihat ke dalam kamar Raina.
"itu Aleta, cucu mama".
"ahh iya"
"dia bandel, suka nangis, suka gigit, suka nyakar". Bu Lidya terlihat tidak suka dengan Aleta.
"tapi dia cantik". Raina masih memandang Aleta dari kejauhan.
"kamu besok kalo dirumah ini jangan kaget ya sama Aleta, dia itu nakalnya minta ampun".
"iya ma".
-
Aleta menangis lagi setelah makan malam, hanya Raina yang terusik dengan tangisannya, yang lain seolah telah terbiasa. Raina melihat Aleta yang sedang menggosok lengan kanannya yang terbalut piyama lengan panjang.
"Aleta, bisa diem ngga sih". bentak Allan pada Aleta.
"Al, udah!!" kata pak William membentak Allan.
"ah, bikin bad mood aja". Allan pergi meninggalkan ruang keluarga dengan membanting majalah yang ada di tangannya.
Aleta sesegukan, dia menunduk meredam suara tangisnya, masih dengan menggosok tangan kanannya.
"rain, kamu nggak apa-apa kan sama tingkah Aleta?"
"boleh Raina main sama Aleta?"
"ngga usah, dia itu nakal, suka gigit sama nyakar, tuh Marni yang sering jadi korban". jawab Bu Lidya.
"ngga apa-apa, Raina suka kok ma sama anak kecil".
"ya udah, tapi kalo dia nakal bilang mama ya".
"iya ma".
Raina beralih duduk di bawah, mendekati Aleta yang masih menunduk ketakutan. Sedangkan Marni menatap Raina dengan tatapan mata sinis.
"hai Aleta, mau main sama Tante?" Aleta menggeleng.
"Aleta mau tidur mbak, permisi". kata Marni sambil menggendong Aleta.
Raina menatap Aleta yang di bawa pergi begitu saja oleh Marni, Aleta mengulurkan tangan kepada Raina, menandakan bahwa ada sesuatu pada Aleta yang tidak di ketahui orang rumahnya yang lain.
Dengan gontai Raina masuk ke kamarnya setelah pamit kepada pak William dan Bu Lidya. Perasaan Raina begitu sedih, ingat bapaknya yang masih ada di penjara.
Raina penasaran dengan kasus pak Mada, bagaimana bisa? pak Mada selalu kesulitan uang, penampilannya juga selalu menyedihkan, tapi bisa-bisanya ada yang memfitnah beliau korupsi. Seingat Raina, ada seorang teman pak Mada yang juga menjadi staff TU di sekolah yang sama, tapi hidupnya jauh lebih baik dari mereka, rumah mewah, mobil keluaran terbaru dan ketiga anaknya yang kuliah di kampus terkenal, kenapa bukan dia yang di tuduh korupi? kenapa harus bapak nya?
-
Beberapa hari berlalu, kasus pak Mada telah sampai ke persidangan.
"rain, kamu harus kuat, apapun yang terjadi papa, mama Allan akan mengusahakan yang terbaik". kata Bu Lidya sembari merangkul pundak Raina.
"iya ma".
Mereka duduk berjejer di kursi dalam ruangan sidang, pak Mada duduk di kursi pesakitan, sesekali menoleh pada putrinya yang duduk di belakangnya.
Raina hanya bisa menangis, seolah harapannya untuk segera berkumpul dengan bapaknya tidak akan terwujud dalam waktu yang dekat. Pak William dan Allan sudah menyelidiki kasusnya, namun semua bukti memang mengarah pada pak Mada.
dua jam kemudian.
Hakim mengetuk palu, pak Mada dinyatakan bersalah, Raina menangis sesegukan hingga akhirnya pingsan. Pak Mada menunduk, di tangganya terdapat sebuah tasbih yang selalu dia bawa.
Bu Lidya, pak William dan Allan menatap iba pada pak Mada yang berulang kali meminta maaf pada Raina yang masih tak sadarkan diri, sebelum akhirnya dua polisi datang untuk membawa pak Mada kembali ke sel penjara.
"bu, pak, tolong jaga Raina, saya titip, mungkin saya tidak bisa lagi menjadi wali untuk Raina, maaf saya merepotkan bapak dan ibu". kata pak Mada bersimpuh di bawah pak William.
"Raina adalah anak saya sekarang pak, bapak tidak usah memikirkan Raina, insyaAllah Raina akan kami jaga seperti anak kandung kami sendiri". kata Bu Lidya sembari meminta pak Mada untuk bangkit.
Mereka semua menangis kecuali Allan, bagaimana bisa? pak Mada hanya lelaki paruh baya biasa dengan tubuh kurus karena telah lama menderita asma, otot lengannya bermunculan karena perkejaan kasar yang di lakukan setiap harinya.
-
Raina membuka mata, Bu Lidya dengan setia berada di sampingnya.
"sayang, kamu sudah bangun?"
"bapak mana ma, Raina mau ketemu bapak".
"iya, besok kita ke Lapas lagi, sekarang sudah tengah malam". Bu Lidya menyisipkan anak rambut Raina ke telinganya. Raina hanya mengangguk, lalu dia menangis lagi.
"sabar sayang, papa dan Allan masih berusaha, mereka bilang ada yang ganjil pada kasus bapak kamu, mereka bilang pengadilan terlalu terburu-buru dalam mengambil tindakan".
"apa masih ada harapan ma?"
"papa adalah jenderal rain, papa bisa mengusahakan yang terbaik, tapi papa tidak mau berbuat curang dan mengotori nama baiknya".
"jangan ma, apa bedanya kita dengan penjahat kalau kita melakukan hal buruk itu".
"kamu memang anak baik rain". Bu Lidya memeluk Raina, memberikan kenyamanan untuk Raina yang sedang begitu rapuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
sherly
sepertinya Aleta ngk nakal tp Marni tu yg nakal...
2023-05-26
0
Risa Alfina
mampir di novel aku yang lagi on going juga ya kak 🥰
2023-02-25
0
Nanik Lestari
🤣🤣🤣
2023-02-24
0