🌹VOTE🌹
"Lila?! Kenapa kau digendong? Apa dia mengaduk adonan sampai kau tidak bisa berjalan lagi?" Oma panik menuruni tangga dari pintu utama. "Katakan! Apa dia membuatmu kesakitan lagi, Lila?"
"Lily, Oma, namanya Lily. Berhenti mengubah nama istriku. Dan menyingkirlah, aku akan membuat adonan lagi."
"Cucu tengik!"
"Turunkan aku, David," pinta Lily meronta.
Baru saat mencapai pintu utama, David menurunkan. Dia berjalan meninggalkan Lily dan Oma yang berlari kembali menaiki tangga.
"Kau tidak apa, Lily?"
"Tidak, Oma, aku baik-baik saja. Aku akan menyusul David dahulu."
"Tunggu." Oma menahan. "Kalian melakukannya di kantor?"
"Bukan seperti itu, Oma."
"Kalian seharusnya pulang dahulu jika ingin membuat adonan, tidak di kantor, nanti ketahuan. Keturunan Fernandez harus diaduk di tempat eksklusif dan mewah supaya menghasilkan bahan yang berkualitas dan menawan."
"Astaga, Oma." Pipi Lily memerah. "Aku mengerti, aku akan menyusul David dahulu."
"Gunakan kursi roda atau tongkat Oma jika kau kesulitan berjalan."
Lily menggeleng menolak. "Kakiku baik-baik saja."
Lily berjalan menyusul David di kamar.
Terlihat pria itu yang berganti pakaian dengan kaos hitam dan jaket mantel abu yang lebih kasual. "Kau akan ke kantor lagi?"
David menatap Lily sesaat. "Ya."
"Baiklah."
"Bantu aku merapikan rambut."
Lily masuk ke walk in closet, dia membiarkan David mendudukannya di rak yang kosong supaya sejajar.
"Pakai pomade itu."
Lily melakukannya, dan dia tidak senang dengan gel yang menempel di sisir.
"Lakukan yang betul."
"Akan lebih mudah jika ada minyak urang aring."
David mengerutkan keningnya. "Minyak yang sama dengan yang dipakai Oma?"
"Iya, itu akan bagus padamu."
"Aku akan terlihat seperti habis tercebur ke minyak panas."
Lily berdecak pelan, mulai gusar saat David meletakan tangannya di sebelah pinggang Lily.
"Ehem."
Lily yang sedang menyisir menatap David ragu.
"Lakukan," ucap pria itu. "Ayo lakukan."
CUP.
Satu kecupan mendarat.
"Ehem."
CUP.
"Ehem."
CUP.
"Ehem ehem ehem ehem."
Bukannya mengecup, Lily malah bertanya, "Apa tenggorokanmu kering?"
"Astaga, lakukan lagi."
"Dehmanmu banyak."
"Maka lakukan sebanyak itu."
Akhirnya dengan ragu dan tangan bergetar, Lily melakukannya.
CUP.
CUP.
CUP.
"Aku berdehem empat kali."
"Astaga," gumam Lily malas, terakhir dia mengecup dengan kesal hingga membuat ujung hidung keduany beradu.
"Itu sakit, Lily."
"Ujung hidung tidak bertulang."
"Benarkah? Coba aku cek."
"Aaakkh!" Jerit Lily saat hidungnya dipencet oleh David. "Lepaskan! Aduh, sakit sekali."
"Hhaha, kau masih cantik dengan hidung merahmu."
"Apa?"
Seketika kekehan David terhenti, dia memalingkan wajahnya pura-pura tidak mendengar. "Kau jelek, dan aku tampan. Kau harus bersyukur punya suami sepertiku."
🌹🌹🌹
"Kau mau ke mana lagi, David?" Oma menghetikan David yang baru saja keluar lift.
"David." Oma mendekat. "Kau mau ke mana?"
"Pergi ke kantor."
"Kau tidak akan pergi ke sana dengan pakaian itu, Oma tahu kau akan pergi ke mana."
"Bagus kalau Oma tahu."
"Tunggu, David." Oma menahan tangan David. "Kau tidak boleh ke klab malam lagi, kau sudah punya istri. Apa yang kau cari di sana?"
"Oma, aku hanya bersenang-senang."
"Bersenang-senang dengan istrimu."
David terkekeh. "Dia tidak memberi apa yang aku inginkan."
"Apa maksudmu?"
"Sudahlah, Oma. Lebih baik kau bersiap untuk bersepeda, ajak Lily agar tubuhnya lebih menarik. Bye."
Oma mendapatkan ciuman di pipi.
Kepergian David membuat Oma segera memanggil Eta. "Eta!"
"Iya, Nyonya Besar?"
"Siapkan spa dan perawatan kecantikan, ruangan itu akan di pakai Lily."
"Baik, Nyonya Besar."
"Siapkan dalam waktu 10 menit."
"Baik."
Oma nnaik ke lantai dua, dia mengetuk kamar Lily.
"Oma? Ada apa?"
"Bisa Oma masuk?"
Lily mempersilahkan. Dia bingung melihat Oma menuju walk in closet. "Apa yang kau cari, Oma?"
"Dimana itu?"
"Apa?"
"Pengaman?"
"Pengaman?" Lily mengulangi.
"Pengaman senapan David."
Saat Oma memperagakan, Lily mengerti. Membuat pipinya memerah padam. "Di sana, Oma."
Oma menemukannya, disana ada lebih dari 30 bungkus pengaman, yang segera Oma masukan dalam closet dan menyiramnya.
"Apa yang kau lakukan, Oma?"
"Kalian tidak boleh memakainya saat membuat adonan. Dengar, Lily, jangan biarkan David memakainya. Oke?"
Lily bingung. Belum juga menjawab, Oma menarik tangan Lily. "Ayo ikut."
"Ke mana?"
"Ikut saja," ucap Oma menarik tangan Lily menuju lift.
Mereka menuju lantai tiga.
"Kita akan ke mana, Oma?"
"Kau belum pernah ke lantai tiga bukan? Kau akan mendapatkan perawatan dari ujung kaki sampai ujung kepala."
🌹🌹🌹
Gemerlapnya klab malam, dengan dentuman musik keras. David menatap orang-orang yang menari di sana, salah satunya Sebastian. David duduk di kursi di lantai dua, di ruangan terbuka supaya matanya bisa melihat mana yang membuatnya tertarik di lantai dansa.
"David? Alkohol?" Tanya Luke menyimpan sebotol minuman di meja. "Kau mendapatkan mana yang kau cari?"
David diam, masih tetap menatap satu per satu orang di lantai dansa.
Luke menatap ke arah yang sama. "Kau mendapatkan sesuatu?"
Tidak lama kemudian, Sebastian datang dengan seorang wanita. Dan saat itulah David mengalihkan perhatiannya. "Megan?"
"Ini diluar jam kerja, jadi sekretarismu bebas melakukan apapun bukan?" Tanya Sebastian.
"Tuan," ucap Megan malu-malu dan duduk diantara David juga Sebastian.
Keinginan Megan adalah dia mendapatkan perhatian David.
"Terserah," ucap David dingin, dia menyalakan rokok.
"Jika kau tidak menemukan wanita yang kau inginkan, aku yakin Megan memenuhi kriteria."
David menatap malas Sebastian. "Apa? Bukankah status pekerjaan tidak berfungsi di sini?"
Megan menyelipkan rambutnya dan mendekatkan diri pada David.
Sayangnya pria itu berdiri, dia menatap jam di tanganya. "Aku harus pulang."
"Hei, ini baru tengah malam. Kau tidak ingin bersenang-senang dengan yang lain? Mencari wanita?"
"Aku punya wanita yang menungguku pulang."
**🌹🌹🌹
*TBC***....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Yani Yani
suatu saat kau yang akan bersyukur David memiliki lily...
2025-03-24
0
Nana Hamidah
Sakit tenggorokan David/Sob/
2023-12-30
0
Diyah Saja
/Facepalm/
2023-10-20
0