🌹VOTE🌹
David mendengar sesuatu dari luar, yang mana membuatnya menghentikan kegiatan. Dia menahan bahu Lily agar tidak bergerak. "Ada apa?"
"Astaga, Oma," gumam David.
"Apa?"
Segera David membuka mantelnya dan menyelimuti Lily. "Ingin digendong atau berjalan?"
"Berjalan saja."
"Tapi kakimu pendek, aku saja yang membawamu," ucap David membawa Lily pada pangkuannya.
Digendong layaknya anak kecil oleh ayahnya, Lily malu menyembunyikan wajah di ceruk leher David saat keluar mobil.
Oma yang ada di ambang pintu melongo. "Sudah selesai? Payah sekali kau, David. Hanya satu kali adonan."
"Oma…. Sudah istirahat, nanti Oma kena stroek jika aku menceritakannya."
"Benar-benar cucu durhaka."
Saat sampai di kamar, David menurunkan Lily. "Aku mau tidur, siapkan ranjangnya."
Saat Lily menyiapkan ranjang, David menggaati bajunya. Seperti biasa, dia membiarkan bajunya berserakan di lantai, dan Lily memungutinya dengan sabar.
"Kau mau ke mana?" Tanya David.
"Membilas tubuh sebentar."
"Jangan lama."
"Kau ingin dipijat lebih dulu?"
"Untuk malam ini tidak usah."
"Kenapa?"
David menyeringai. "Kenapa? Kau ingin melihat tubuhku lagi bukan?"
"Ti--tidak. Aku akan ke kamar mandi."
David yang menunggu Lily kembali merencanakan sesuatu. Hingga David ingat, kalau Lily sangat tidak suka suhu ruangan yang terlalu dingin. Perempuan kampungan itu selalu berada di bawah selimut tebal selama tidur.
Maka darinya, David menurunkan suhu ruangan hingga udara sangat dingin. David juga menumpahkan air di atas selimut dan ranjang bagian Lily.
Saat Lily keluar, David dengan cepat berlagak sedang meminum alkohol di sofa.
Terlihat Lily yang kedinginan dalam balutan piyama hello kitty.
"Apa kau tidak ingin tidur?"
"Kau saja duluan," jawab David.
Saat naik ke atas ranjang, Lily merasakan sesuatu. "Astaga, basah," gumamnya mencoba tidak membuat kehebohan.
🌹🌹🌹
David mengerutkan keningnya mendapati Lily yang pergi keluar kamar tanpa memberitahukan kepentingannya untuk apa.
Saat kembali, David bertanya, "Darimana kau?"
"Tidak."
Lily kembali diam, menatap bagian ranjang dan selimut yang basah. Parahnya, dia memakai piyama pendek, tidak ada baju hangat kecuali milik David.
Dan suhu ruangan semakin dingin, anehnya lagi David hanya memakai boxer. "Kau tidak kedinginan?"
"Aku tidak kampungan sepertimu."
Lama Lily kembali diam.
"Ada apa?"
"Selimut dan ranjangnya basah."
"Bnarkah?" David berdiri dan menyentuh bagiannya. "Bagianku tidak."
"Bagianku basah."
"Well, semua tergantung amal bukan?" David berbaring.
"Bolehkah aku membangunkan Eta?"
"Apa kau tidak kasihan padanya? Dia sudah melakukan banyak hal di siang hari."
"Lalu bagaimana? Kau punya selimut lain atau apapun itu?"
"Tidak," jawab David cepat.
"Bolehkah aku tidur di sofa?"
"Tidak, dalam tugasmu aku menambahkan kalau kau harus tidur di sampingku."
"Tapi bagianku basah, dan aku kedinginan," ucap Lily dengan suara kecil sambil menunduk.
"Kau bisa mendekat ke bagianku. Jika kedinginan, kau boleh memelukku."
Dan keheningan terjadi selama beberapa saat. Lily kebingungan. Lampu kamar sudah padam, hanya ada suara gerimis di luar.
Dan Lily tidak tahan kantuk, dia naik ke bagian ranjang David yang kering. Lily sangat kedinginan, giginya bahkan sampai bersuara. Maka darinya, tangannya gementar malu memeluk David.
Saat merasakan tubuh David hangat, Lily mendekat perlahan.
Sedikit demi sedikit sampai akhirnya dada Lily menyentuh punggung David yang liat.
Saat itulah pria yang belum terlelap itu menyeringai.
Dalam hati berkata, "Kena kau."
🌹🌹🌹
Pagi yang cerah, Lily bangun lebih dulu untuk menyiapkan segala keperluan David. Dan saat Lily hendak membereskan ranjang, David yang sudah bangun memainkan ponselnya sambil menyalakan TV di sofa.
"Hari ini kita akan berbelanja, berdandan dengan cantik."
"Iya."
David menurunkan ponselnya. "Kapan kau akan melepaskan kacamatamu itu?"
"Aku buram jika tidak memakainya."
"Apa pengobatannya tidak mempan karena matamu terlalu jelek?"
Bagaimana bisa sekali sembuh, bahkan Lily baru sekali mendapat perawatan.
"Beritahu Eta aku ingin makan roti gandum."
"Di sini?"
"Di bawah saja, kasihan Oma."
Segera Lily memanggil Eta, sekaligus dia punya kepentingan. Tidak lama terdengar ketukan pintu. "Anda memanggil saya, Nyonya?"
"David ingin sarapan roti gandum di bawah bersama Oma, tolong siapkan."
"Baik, Nyonya."
"Aku juga minta sprei baru dan selimut baru. Aku yang akan memasangkannya."
"Baik, Nyonya."
Setelah menutup pintu, Lily bingung harus apa. Dia sudah membereskan semuanya, termasuk menyiapkan kamar mandi untuk David.
"Aku akan mandi lebih dulu."
"Tidak. Kemarilah."
Lily mendekat.
"Bawa ponselmu."
Lily kembali membawa ponselnya dulu, dia duduk di dekat David yang hanya memakai boxer.
"Ponselmu sangat dingin, kau tidak memainkannya?"
"Aku tidak terlalu mengerti." Lily bingung apa yang sedang David cari dalam ponselnya. "Ada apa?"
"Aku ingin makan siang seperti ini."
"Kerang?"
"Ya, tapi dengan bumbu yang sama dengan tumis daun singkong yang kau berikan."
"Aku bisa melakukannya."
Dan saat tubuh Lily berdekatan dengan David, membuat pria itu sedikit gemas. Dia ingin menyantap Lily sampai istrinya tidak sadarkan diri. Tapi menjunjung tinggi ego dan karismanya, David tidak akan melakukannya duluan.
Karena tenggorokannya kering, David berdehem. "Ehem."
Dan tanpa diduga, dia mendapatkan kecupan di bibir dari Lily. "Aku akan mandi duluan," ucap Lily menjauh malu-malu.
Saat itulah David memasang wajah kebingungan. "Astaga, dia sangat peka. Tunggu Lily, kita akan mandi bersama."
"Apa?"
"Menuruti semua ucapanku, ingat?"
🌹🌹🌹
TBC.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
daan .. selamatlah Lily dr terkamanmu, Dav..
2023-04-16
0
IIS
selalu terbahak bahak sampe keluar air mata kalau udh baca novel ini
2023-03-05
0
gia gigin
ehh si aroggan modus😂😂
2022-01-13
0