🌹VOTE🌹
Keduanya keluar dari caffe setelah menghabiskan kopi. Sepanjang melangkah Lily berpikir dan berdiskusi dengan dirinya sendiri.
"Aku akan ke kantor, Megan akan mengantarmu ke mansion."
"Baik."
Tangan Davi menahan Lily.
"Ada apa?"
"Poin ke empat."
"Apa? Di sini?"
"Kenapa? Orang harus melihat aku adalah pria sempurna yang menyayangi istrinya yang jelek."
"Apa?"
David sedikit menundukan kepalanya hingga sejajar dengan Lily, kedua tangannya masuk ke dalam saku. "Lakukan."
"Di sini?"
"Lakukan."
Lily malu-malu, apalagi menatap wajah David yang terpejam. Dia mendekat dan mengecup pipi suaminya pelan. "Sudah."
"Apa itu?"
"Apa?"
"Kau seharusnya mengecup di bibir."
"Apa?"
"Sudahlah." David mengakan tubuhnya, menatap jam tangan. "Aku terlambat. Pergi ke mobil Megan, pulang dan bantu Oma."
Lily menahan segala kalimat yang ingin keluar, dia berjalan ke mobil Megan. Dan Megan, dia melihat semuanya sejak tadi. Tidak hentinya Megan mengepalkan tangannya kuat, pasalnya dia menyukai David sejak lama, dan keputusan gila David menikahi Lily membuatnya patah hati.
Megan tahu David pemain wanita, tapi kenapa David tidak pernah meliriknya? Lebih parahnya lagi David malah menikah.
"David menyuruhku untuk menemuimu."
"Masuklah, Nyonya, saya akan mengantar anda pulang."
Lily melakukannya, dia duduk di bangku belakang. Membuat Megan semakin kesal, membuat Megan merasa dipandang sebagai sopir pribadi.
Sebelum melajukan mobil, Megan memberikan papper bag pada Lily. "Ini titipan dari Tuan David, Nyonya. Ponsel baru untuk anda."
Lily tidak banyak bicara, dia menerimanya.
"Anda ingin ke suatu tempat dulu, Nyonya?"
"Tidak, langsung pulang saja."
Megan menatap Lily sesekali lewat kaca, mencari alasan David menikahi OB di perusahaannya sendiri.
"Ada apa, Megan?"
"Tidak, Nyonya."
Lily yang penasaran pun akhirnya bertanya, "Apa kau sudah lama bekerja pada David?"
"Sekitar enam tahun, Nyonya, saya sudah memegang dan mengatur jadwal Tuan David, menemaninya jika ada pekerjaan di luar pulau ataupun di luar negara."
Lily hanya mengangguk dengan wajah polosnya.
Megan memancing pembicaraan. "Selamat atas pernikahan kalian, Nyonya."
"Terima kasih."
"Maaf saya tidak sopan saat pertama kali bertemu dengan anda, Nyonya."
Pertemuan yang Megan maksud adalah ketika Lily menjadi OB. "Tidak apa."
"Maaf saya juga tidak memberi hadiah, Nyonya, pasti menyenangkan menjadi istri Tuan David."
Lily menampilkan wajah ceria, dia pandai menutupi perasaan. "Ya, banyak kejutan yang dia berikan padaku."
Megan menggerutu dalam hati, 'Sial! Mengapa Tuan David menikahi wanita pendek dan kumal sepertinya? Dia jelek, beda denganku yang terlihat seperti model!'
🌹🌹🌹
"Lily sayang, kemarilah."
Lily mendekati panggilan. "Iya, Oma?"
"Minum ini."
"Apa ini, Oma?"
"Jamu agar kau cepat hamil."
"A--apa?"
"Dan juga agar kau tinggi. Umurmu 19 tahun bukan?"
Lily mengangguk, sambil duduk dia meminum jamu.
"Kau masih bisa meninggi, kau benar-benar mungil, untung saja kau cantik jadi menutupi kependekanmu itu."
Lily segera makan manisan untuk menutupi rasa pahit. "Oma mau ke mana sudah rapi?"
"Pergi keluar sebentar, tunggu di sini. Jika bosan naik ke lantai tiga."
"Baik, Oma."
"Ingin titip sesuatu?"
"Tidak." Lily menggeleng.
Oma yang sudah sampai pintu kembali berbalik.
"Ada apa, Oma?"
"Jika kau ingin pergi ke manapun, pergi bersama Holland, dia supir pribadimu."
"Baik, Oma. Hati-hati di jalan."
Setelah benar-benar pergi, Lily naik ke kamarnya untuk memeriksa berkas. Di sana ada menu yang David sukai untuk makan siang.
Sambil membaca, Lily menggaruk kepalanya mengingat beberapa poin yang menurutnya begitu intim.
Suara ponsel membuat Lily teralihkan.
"Hallo?"
"Aku makan siang di luar, tidak usah datang."
"Baiklah."
"Sudah membereskan kamar?"
"Aku belum mendapatkan aroma terapi yang kau inginkan, Eta sedang mencarinya."
Tanpa berkata, David menutup telpon. Membuat Lily berdecak. Dia mulai merapikan kamar sesuai pesanan.
Untuk keperluan pribadi, David ingin Lily mengurusnya sendiri, termasuk untuk urusan pakaian.
Dan saat Lily menyusun dasi sesuai warna, dia mendapatkan ada banyak pengaman pria di sana.
"Astaga…"
Lily tidak bodoh, dia melemparnya ke tempat sebelumnya. "Kenapa dia punya banyak benda seperti itu?'
Lily menggeleng pada dirinya sendiri. "Dia tidak mungkin tertarik denganku. Sadarlah, Lily, kau itu pendek dan jelek, jangan terjebak dengan karisma pria arogan itu."
🌹🌹🌹
17.14
Big Boss : Aku sedang dalam perjalanan pulang.
Membaca pesan itu, Lily mempersiapkan air hangat untuk David. Tidak lama kemudian David datang.
"Air hangatnya sudah siap."
David melemparkan jasnya dimana saja.
"Bawakan air dingin."
Lily mengambilkannya dari lemari es yang menempel di dinding, ruangan canggih membuatnya terpukau.
Sambil menunggi David masuk ke kamar mandi, Lily memunguti pakaian yang berserakan.
Saat David memasuki kamar mandi, Lily diam dulu di luar. "Haruskah aku masuk?"
"Lily," panggil David. "Mandikan aku."
Suaranya yang berat, tubuhnya yang berotot kekar dan bertatto sesaat membuat Lily salah tingkah.
Dan David melihatnya dari pantulan cermin. Lily mendekati David yang duduk membelakangi dalam bathub yang diisi banyak busa.
"Gosok punggungku."
Lily tidak banyak bicara.
"Kau ingin bergabung?"
"Aku sudah mandi."
"Benarkah? Kau masih bau, bathub ini luas."
"Tidak terima kasih," ucap Lily menahan napasnya sesaat.
Membuat David menyeringai. Ketika tangan David hendak menyentuh tangan Lily, perempuan itu dengan cepat menghindar dan memilih menggosok bagian tubuh lain suaminya.
David mengumpat dalam hati. 'Lihat saja, kau duluan yang akan meminta dan tidak akan tahan.'
"Sudah bersih."
"Cuci rambutku."
David yang berbaring melihat jelas Lily yang sesekali menelan ludahnya kasar. Apalagi saat disuguhi perut sixpack David.
"Ini pertama kalinya kau melihat tubuh pria bukan?"
"Tidak."
"Kau ingin memegang perutku?"
"Tidak."
"Kau menginginkannya."
"Tidak," elak Lily tetap pada pendiriannya, dia menunduk malu sambil memijata kepala David.
Dan penderitaan Lily belum selesai, dia harus memijat punggung David. Apalagi pria itu hanya terhalangi selimut sampai batas pinggang.
"Ayo, lakukan."
Perlahan, jemari lentik itu melakukannya.
"Lebih ditekan, kau kurang keras."
Lily menambah tenaganya.
"Kurang."
Lily sampai mengetatkan rahangnya.
"Apa kau tidak tahu cara memijat?"
Wajah Lily berpaling saat David duduk.
"Tengkurap."
"Tidak, kali ini aku akan memijatnya dengan benar."
"Tengkurap, kau harus tahu cara memijat dengan benar."
"Aku tahu aku tahu." Lily enggan menatap manik David. "Aku akan melakukannya dengan benar."
"Kalau begitu berbalik."
"Apa?"
"Berbalik, kau harus patuh padaku, ingat?"
Lily melakukannya, dia memunggungi David.
Dan kemudian, "Aaaaakhhhh…. Sakit…. Aku mengerti…. Sudah… Akh…..!"
Bersamaan dengan itu, Oma datang ditemani Eta yang membawakan jamu untuk David dan Lily.
"Aaakkhhh…. Geli…. Sakit….. sudah hentikan……!"
Oma tersenyum mengira itu hal lain. "Kau dengar, Eta? Aku yakin suatu saat cucuku akan berubah, meskipun pernikahan ini dimulai dengan permainan."
"Iya, Nyonya Besar."
"Aaakkh! David hentikan!"
Oma bertepuk tangan riang. "Hubungi Holland, beritahu dia untuk memasang peredam suara di sini. Akhirnya cucuku akan betah di rumahku, Tuhan. Akhirnya cucuku berubah, Tuhan."
Eta menatap Oma yang berbalik sambil terus mengatakan syukur. Dia tidak mendengar bagian Lily yang mengatakan, "Aku mengerti, akan aku pijat dengan keras."
"Pijat?" Ulangi Eta dengan kening berkerut.
🌹🌹🌹
TBC......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Bilqis Adinda Ulya
bosen deh setiap baca novel komenan orang: kayak saga daniah, saga daniah, saga daniah
duhhhh kok selalu dihubung hubungkan ke novel itu terus sihhhhhh
2023-01-06
1
Sarah Arifin
kocak ya oma 🤣🤣
2022-12-30
0
rista_su
jd bibirmu cm buat lily donk
2022-12-13
0