🌹VOTE🌹
Tinggal di sebuah kontrakan kecil, Lily sudah terbiasa hidup sebatang kara. Sejak kecil orangtuanya meninggal, tinggal di panti dan baru bisa pergi saat ini. Dulu Lily membantu anak lain di gereja, sayangnya kurangnya tempat terpaksa membuat yang sudah dewasa harus pergi dan menjahit sendiri hidup mereka.
Lily teringat perkataan David, pria itu berkata, "Ini alamat yang harus kamu datangi besok, untuk gaun dan riasan semuanya tersedia di sana. Datang sebelum pukul 10 pagi, menggerti?"
Lily menggeleng saat perkataan David terngiang di kepalanya.
"Aku harus harus tidur cepat."
Lily terdiam sesaat, dia menghela napas dan memegang perutnya. "Tapi aku lapar."
Lily keluar dari kontrakan, melewati gang menuju tukang bakso. "Baksonya doang ya, Bu. Jangan pake bawang. Dibungkus."
"Siap."
Sambil menunggu, Lily duduk di bangku. Saat itu, ada mobil lewat dengan cepat, membuat genangan air yang ada di depan bangku menciprati air.
"Aduuuuhhhh!"
Pengendara itu berhenti, dia memundurkan mobil dan menurunkan kaca.
"Tuan David?"
"Ngapain kamu di sana?"
"Ya?" Lily kikuk. "Beli Bakso, Tuan."
"Jangan lupa besok. Makan baksonya jangan banyak-banyak, nanti saya malu bawa-bawa kamu kalau kamu gendut."
"Apa, Tuan?"
Tidak ada jawaban, David pergi begitu saja. Membuat Lily menggelengkan kepalanya merasa pusing. Hatinya menggumamkan kalau pria itu sedikit kurang waras.
"Ini baksonya."
"Makasih."
Lily segera pergi dari sana. Dan saat sampai di kontrakan, ada 20 panggilan tidak terjawab di ponselnya dari atasannya di bagian kebersihan.
Lily dengan cepat menghubunginya kembali. "Iya, Bu? Maaf saya baru megang hape."
"Kamu itu giman sih? Seharunya kamu itu stand by. Sekarang kamu giliran lembur, ada banyak karyawan yang masih bekerja di lantai 10, mereka membuat gedung kotor. Saya mau besok semuanya rapi kembali!"
Telpon langsung terputus. Lily menghela napas, dia bergegas pergi ke sana. Dan benar saja, lantai itu kotor dengan sisa makanan dimana-mana. Masih ada yang bekerja di sana, yang membuat Lily harus menunggu agar mereka pulang.
Selama itu, Lily beristirahat di lantai pertama bagian belakang, tempat para pembersih beristirahat.
Tepatnya pukul 2 dini hari, baru mereka pulang. Dan hanya Lily dan security yang ada di sini. Seorang OB baru selalu dipersulit dengan tugas seperti ini.
"Astaga, lautan sampah," gumam Lily mulai membersihkan.
****
"Lily! Bangun!" Teriak seorang mengguncang tubuh Lily.
Segera dia membuka matanya, keningnya berkerut mendapati seseorang yang dikenalnya. "Bu Ratna?"
Yang tidak lain adalah petugas cleaning service yang sudah lama di perusahaan ini. "Ada apa, Bu?"
"Ada apa, ada apa, kamu itu bukanya kerja malah tidur!"
"Astaga!" Lily membuka matanya seketika, dia melihat ke sana ke mari dan segera bergegas menuju lantai yang harus dia bersihkan.
Namun, wanita di sampingnya menghentikan. "Saya sudah bereskan kekacauan kamu itu, kamu itu tidak bisa saya andalkan yah!"
"Maaf, Bu," ucap Lily menunduk. "Saya tidak sengaja."
"Tau gak! Gara-gara kamu saya sering menerima banyak keluhan dari pegawai di sini. Kamu itu bikin saya repot."
Lily tetap diam.
"Kalau kamu bikin keributan sekali lagi, saya akan pecat kamu. Ngerti?"
Lily mengangguk mengerti.
"Sekarang saya mau kamu bersihkan kaca di lantai 12."
"Baik, Bu."
Mengambil semua peralatannya, Lily pergi ke lantai yang dimaksud. Dia membersihkan banyak kaca, khusunya di bagian kantin.
Sampai jam makan siang pun, semuanya belum selesai. Lily membersihkan seorang diri, hukuman dari perusahaan yang cukup ketat.
Dia menarik napasnya dalam, Lily sangat lapar.
"Hei!"
"Maaf, Bu, saya tidak sengaja," ucap Lily saat ember yang disampingnya tumpah dan mengenai sepatu dua orang perempuan muda. "Maaf."
"Menyingkir!" Salah satunya menendangkan kaki enggan disentuh Lily. "Ini semua salah kamu!"
"Maaf, Bu, mari saya bersihkan."
"Udah, Lin, jangan dipermasalahkan," ujar salah satu temannya dengan name tag Mery.
Linda menggeleng, wajah juteknya menunjuk Lily kesal. "Kamu itu kerja yang bener, cuma OB aja kok ga bener. Mau saya bilangin sama atasan kamu?!"
"Jangan, Bu, maaf, saya akan bersihkan sepatu ibu."
"Ini sepatu mahal, perawatannya beda ya. Dasar bodoh."
"Lin udah kamu diliatin yang lain."
"Bodo amat, ak--"
"Lily."
Linda menghentikan langkahnya saat seorang pria datang dan memanggil nama OB di depannya. Seketika kedua orang perempuan itu menunduk, apalagi petinggi perusahaan lain yang juga kebingungan berada di belakang David.
"Mau apa Presdir ke kantin karyawan?"
"Kenapa dia mendekati OB itu?"
Itulah yang dibisikan para petinggi saham di belakang David.
Apalagi saat David berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya bersama Lily. "Kenapa kamu masih di sini? Bukankah saya bilang pergi ke gereja untuk pernikahan kita?"
Sontak saja semua orang yang ada di sekitar mereka membuka mulutnya tidak percaya.
"Menikah?" Tanya Linda tanpa suara sambil menatap Mery. "Mereka akan menikah?"
"Tuan… itu…." Lily malah merasa kasihan pada David, melihat yang lain berbisik tentangnya. "Anu…."
"Anu Anu, anu apaan?"
"Ba-- Akkhh!" Lily menjerit saat David tiba-tiba menggendongnya ala bridal dan melewati para petinggi perusahaan, yang segera mereka ikuti ke mana sang Presdir pergi.
Sementara karyawan lain tidak percaya melihat apa yang mereka lihat, seorang CEO perusahaan menggendong wanita pembersih yang kumal dan berkacamata, dengan diikuti oleh para petinggi saham.
Lily malu, dia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher David. "Tuan, turunkan saya…," gumamnya.
Apalagi saat mereka berada di lobi, bahkan ada karyawan yang pingsan karena iri.
Sebelum keluar dari pintu, David berbalik menatap para petinggi perusahaan lain.
"Pergilah bekerja, saya harus menikah."
Salah satu pria tua tertawa. "Anda akan menikah, Tuan ? Kenapa tidak mengundang kami?"
"Kamu pikir saya bercanda?"
Mereka langsung menunduk diam, dan membiarkan David pergi meninggalkan tanda tanya besar. Mereka semua mendengarnya, David akan melangsungkan pernikahan bersama perempuan yang ada di gendongannya.
Sang supir membukakan pintu untuk majikannya. "Silahkan, Tuan."
"Lepaskan pelukannya."
Lily segera melakukannya, dia membiarkan David mendudukannya di kursi dalam mobil. Pria itu menunduk, menatap manik Lily yang bertanya-tanya. "Kamu bau, duduklah di belakang sendiri."
"Y-ya?"
"Kamu belum mandi bukan? Benar-benar bau."
🌹🌹🌹
to be continue....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
koreksi boleh ya Thor; Petinggi Perusahaan bukan Petinggi Saham 🙏
2023-09-16
1
CEO Somplak 😂
2023-09-16
0
Umi Husna
bau??? dari tadi pertama kamu gendong ga kecium baunya, hidung kamu kemana tua?
2023-06-13
0