🌹VOTE🌹
David terbangun lebih dulu, mendapati Lily yang masih tertidur di sampingnya. Masih dalam balutan pakaian yang sama, David menyeringi. Dia menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Lily.
"Lumayan untuk wanita pendek sepertimu."
Saat tangan David terangkat untuk menyentuh lehr Lily, suara ketukan pintu terdengar.
"Ada apa?"
"Nyonya besara meminta anda dan Nyonya untuk segera turun, Tuan."
"Sarapan?"
"Ya."
David menoleh sebentar pada Lily. Bergumam dalam hati, 'Wanita kampungan sepertinya pasti belum pernah merasakan kemewahan seperti ini.'
"Tuan?"
"Bawa sarapannya ke mari, katakan pada Oma kalau Lily masih kelelahan."
"Baik, Tuan."
David yang hanya memakai boxer terdiam sebentar, memikirkan rencana yang dia susun untuk Lily. Dia terpikirkan sesuatu, David membuka laptopnya.
Sambil menunggu sarapan, dia membuat list apa yang harus Lily lakukan sebagai seorang istri.
David menelpon sekretarisnya yang bernama Megan. "Hallo, Meg, cetak file yang saya kirimkan. Buat semenarik mungkin, tambahkan kata yang sesuai."
"Baik, Tuan. Sekedar mengingatkan, hari ini anda ada pertemuan dengan perusahaan kapal pesiar pada jam makan siang."
"Saya melihat jadwal hari ini yang dikirimkan," ucap David menatap layar laptopnya.
Setiap hari, Megan mengiriminya agenda.
"Baik, ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?"
"Tidak ada."
Telpon terputus saat pintu diketuk, David membuka pintu setelah menyelimuti tubuh seksi Lily.
"Apa itu?"
"Bubur gandum, salad buah, manisan pisang dan pancake kacang hijau, Tuan. Nyonya besar juga menambahkan susu untuk Nyonya Lily agar mempercepat kehamilannya."
David tidak bisa berkata-kata. "Masuk dan bangunkan dia."
David pergi untuk
Dua pelayan yang masuk dengan isyarat Eta terkejut, melihat leher Lily yang merah di sana.
"Apa yang kalian lihat? Simpan itu dan bangunkan Nyonya." Eta menghentikan tatapan liar keduanya.
"Baik."
Salah satunya membangunkan. "Nyonya… bangun…. Waktunya sarapan."
Lily mengerutkan keningnya, dia menatap sisi lain ranjang.
"Tuan sedang di kamar mandi, Nyonya."
"Baik, terima kasih."
🌹🌹🌹
David menatap sarapan yang belum tersentuh sama sekali. Lily memilih untuk mandi.
"Bisakah kau lebih cepat?"
Lily masih diam di kamar mandi. "Kau bisa makan duluan."
"Apa? Apa yang sedang kau lakukan? Mandi atau mati?"
Lily tidak bisa keluar karena tidak ada handuk di sini, dan David yang menyembunyikannya. Pria itu tersenyum miring. "Cepat keluar."
"Nanti saja, kau bisa makan dan pergi."
"Apa kau mengusirku?"
"Bukan itu maksudku," ucap Lily kebingungan, dengan suara yang bergetar ketakutan.
David menjunjung tinggi harga dirinya, dia penasaran akan Lily, tapi dia ingin Lily sendiri yang menginginkannya lagi. Hingga tidak ada lagi penolakan.
"Cepat keluar! Oma menunggu!"
Akhirnya pintu terbuka, hanya menampilkan wajah Lily saja. "Tidak ada handuk di sini."
"Lalu?"
"Bisa tolong ambilkan?"
"Kenapa tidak ambil sendiri saja?"
"Aku tidak berpakaian."
"Aku sedang sarapan," ucap David yang sedang duduk di sofa sambil memakan bagiannya, dia berpura-pura fokus pada televisi.
"Cepat keluar! Sampai kapan kau akan ada di dalam sana?!"
Bola mata David melirik ke arah pintu yang terbuka. Dipikirnya Lily akan keluar tanpa apapun, kenyataannya dia memakai kembali jubah tidurnya yang basah. Dan demi Tuhan itu membuat David menelan ludahnya kasar, perempuan berkacamata itu terlihat sangat menggoda.
David pura-pura tidak tertarik saat Lily menatapnya. "Tidak ada pakaian di sini."
"Lihat dengan jelas."
"Ini semua baju tidur seksi, tidak mungkin aku memakainya."
David tetap diam.
"David, bisa kau membantuku? Boleh aku pinjam bajumu?"
"Kenapa kau tidak suruh saja pelayan mengambilkan bajumu di kamar Oma?"
"Aku tidak bisa keluar dengan pakaian seperti ini."
"Dasar bod*h," gumam David, dia mengambil remote lain dalam laci. "Tekan ini untuk memanggil Eta."
"Benarkah?"
Lily mencobanya, tidak lama kemudian suara ketukan terdengar. "Waahhh."
David menyeringai melihat Lily yang takjub. "Maaf memanggilmu, Eta, aku perlu bantuanmu untuk mengambil pakaian yang di bawa Oma."
Eta tertawa. "Pakaian itu? Ten--" Kalimat Eta terhenti saat dia melihat David menggeleng, isyarat agar Eta tidak melakukannya.
Lily berbalik menatap David, seketika pria itu pura-pura menonton tv.
"Ada apa, Eta?"
"Ti… tidak, Nyonya. Saya akan membawanya."
Pintu kembali tertutup.
"Duduk dan makan."
"Aku akan membuka tirai dulu."
Sebelum Lily sampai di sana, tirai lebih dulu terbuka, membuatnya kembali takjub. Lily berbalik menatap David yang mengangkat remote.
Pria itu melemparnya di atas meja. "Jangan terlalu kampungan, kau membuatku malu."
"Apa itu?"
"Tombol yang mengendalikan semuanya. Mau coba?"
"Boleh?"
David mengizinkan tanpa mengatakan apapun.
"Tombol apa ini?"
"Coba saja."
Sialnya, tombol yang Lily maksud adalah tombol yang membuat televisi mati lalu rak tersebut berputar mengganti televisi dengan rak penuh alkohol.
"Astaga aku sedang menonton tv."
Seketik Lily melepaskan remote dengan wajah menunduk. "Maaf."
🌹🌹🌹
"Wow, Oma tahu apa alasanmu mengurung Lily begitu lama."
"Tidak, Oma," elak David, dia tidak ingin menurunkan harga dirinya, apalagi Lily di sampingnya.
Keduanya memasuki ruangan senam pribadi Oma, dengan ditemani intruktur.
Oma berhenti sejenak. "Lily, Oma senang akhirnya punya teman untuk senam."
"Senam?"
"Istrimu agak tuli, David."
"Aku tahu."
Lily hanya tersenyum kaku, menggaruk lehernya yang dipenuhu bercak merah.
"Astaga, Lily, apa David melakukanya semalam?"
"Tidak, Oma, aku tidak melakukannya."
"Aku bertanya pada Lily." Matanya kembali menatap Lily. "David pasti sangat bergairah melihatmu."
"Oma."
"Walaupun kau pendek, terlihat jelas dia menginginkanmu."
"Oma!"
"Berheti berteriak kau!" Menatap David. "Kau ingin bekerja bukan? Pergi saja sana."
"Aku akan membawa Lily keluar."
"Ke mana? Hotel? Tenang saja, Oma akan memasang peredam suara di kamarmu."
"Oma," ucap David penuh penekanan, dia mencium pipi Oma sebelum pergi. Diikuti oleh Lily yang memeluk Oma sesaat.
Oma berbisik, "Buatlah David betah denganmu, supaya dia betah di mansion ini."
"Y…. Ya, Oma."
"Ayo cepat."
Lily yang pendek segera berlari menyusul David, dia tidak bisa menyamai David yang tinggi. Untuk menatapnya saja Lily harus mengadah, tinggi badan David mencapai 180cm.
"Cepat."
"Tunggu."
"Kenapa kakimu begitu pendek."
Ingin sekali Lily mengatakan, 'Kenapa kau terlalu tinggi?'
"Lily, cepat!" David berteriak saat dirinya sudah sampai di dekat mobil. "Lily!"
"Iya, sebentar."
"Kau lambat."
"Maaf karena tubuhku terlalu pendek untuk kakimu yang panjang."
David tertawa saat Lily masuk lebih dulu. Dengan suaminya yang mengendarai, Lily lebih banyak diam. "Kita mau ke mana?"
"Menemui Megan."
"Megan?"
"Sekretarisku."
"Oh."
Diam-diam David melirik Lily, ingin sekali dia melempar kacamata kotaknya. "Bisakah kau melepaskan kacamatamu?"
"Aku tidak bisa melihat dengan jelas." Tangan Lily menahan kacamatanya saat David hendak melepaskannya.
David lebih banyak diam, refleks Lily selalu menjelasan bahwa dia tidak ingin disentuh. Dan David kesal, tapi dia tidak akan memaksa, dia akan membuat Lily sendiri yang menginginkannya.
Mereka sampai di sebuah caffe, Lily hanya mengikuti dari belakang, menuju seorang wanita yang menjadi sekretaris David.
"Selamat pagi, Nyonya, perkenalkan saya Megan sekretasris Tuan David." Lalu tatapannya beralih pada David saat Lily hendak menyalaminya, membuat Lily malu. "Dan ini berkas yang anda minta, Tuan."
David menerimanya. "Tinggalkan kami."
"Baik." Diam-diam Megan melirik David mencari perhatiannya sebelum keluar.
"Apa itu?"
"Hal yang harus kau lakukan sebagai istri."
Lily menerima map itu, membukanya dan memperlihatkan list yang harus Lily lakukan sebagai seorang istri.
Diantaranya :
Bangun lebih awal
Memandikan setiap pagi
Memasakan makan siang dan mengantarkannya
Memberi kecupan
Membersihkan kamar tanpa pelayan
Memandikan setiap pulang bekerja
Memijat sebelum tidur
Membuat tertawa setidaknya satu kali dalam sehari
Untuk tambahan, mematuhi setiap ucapan suami
Dan semua nomor itu memiliki rincian di bawahnya, seperti tatacara memandikan atau membersihkan kamar.
"Untuk sisanya, kau membantu Oma di mansion."
Lily menatap David. "Dan ini…. Membuat tertawa?"
David mengangkat bahu. "Itu deritamu."
Pria itu menyeringai melihat Lily yang lebih banyak diam. Semua perintah itu tentu saja menguntungkannya, David akan membuat Lily tergila-gila padanya setelah dengan berani Lily menolak setiap sentuhannya.
🌹🌹
TO BE CONTINUE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Yani Yani
aku rasa kau yang akan tergila gila padanya David
2025-03-24
0
3sna
diatas tuan,ini pak
2024-11-23
0
girl bos💐🌹
affah iyah
2023-06-10
1