🌹VOT****E🌹
David tersenyum mendapati Lily yang belum tidur, terdengar suara dari walk in closet. Membuat David mendekat, mengintip Lily yang sedang menyusun dasi David. Karena memang, hari ini kiriman pakaian dan aksesoris David datang.
Jam sudah menunjukan pukul 1 dini hari.
"Kenapa belum tidur?"
Lily tergelonjak kaget. "Kau sudah pulang?"
"Kau melihatku."
David menyerahkan mantel pada Lily. "Kenapa belum tidur?"
"Aku harus membereskan ini."
"Ini sudah jam 1 malam."
Lily mengambil handuk kecil. "Jangan mandi malam hari, lebih baik hanya dilap saja."
David hanya mengangguk, dia masuk duluan ke kamar mandi. Membuka pakaiannya. "Dimana aku harus duduk?"
Lily yang baru masuk memalingkan wajahnya seketika melihat keadaan David. Lily juga bingung. "Aku rasa lebih baik kau masuk ke bathub."
David menggoda. "Tidak ingin hanya mengusap tubuhku?"
"Tidak," jawab Lily dengan pipinya yang memerah.
Kasihan dengan Lily yang dipermainkan, David akhirnya mengatakan, "Aku akan mandi sendiri, persiapkan ranjang untukku tidur."
"Baik."
Setelahnya Lily keluar.
David mandi di bawah guyuran air shower, ada rasa suka saat kepulangannya dinanti. Apalagi seseorang membantunya menyiapkan segala keperluan.
"Ini piyamanya," ucap Lily saat David keluar kamar mandi.
"Kenapa kau belum tidur?"
Lily memalingkan wajah saat David memakai pakaian. "Aku belum mengantuk."
"Berhenti berbohong, kau menunggu suamimu yang tampan ini pulang kan?"
"Tidak," elak Lily dengan suar kecilnya.
"Aku tahu aku tampan, tidak perlu melihatku dengan seperti itu."
"Aku akan keluar."
David menyeringi melihat Lily keluar dari walk in closet. Lily belum tidur karena dia punya kewajiban memijat David sebelum tidur. Namun, saat tubuhnya menempel di kasur, bahkan dalam posisi duduk dengan kepala bersandar di kepala ranjang, Lily tertidur.
David berdecak. "Bagaimana bisa kau tertidur dalam posisi seperti ini?"
Saat David hendak membetulkan posisinya, Lily terbangun. "Kau ingin dipijat?"
"Aku ingin tidur."
"Apa?"
"Tidur, kemarilah."
"Kenapa hanya memakai boxer?"
"Gerah," elak David memposisikan tidur. "Kenapa? Kau tidak tahan melihat tubuhku?"
Wajah Lily memerah. "Apa yang kau bicarakan?"
Lily tidur memunggungi David.
"Hei, berbalik. Aku tidak ingin dipunggungi."
Lily terdiam.
"Lily."
Terpaksa Lily berbalik, berhadapan dengan David membuatnya panas dingin. Membuat Lily menunduk hingga akhirnya terlelap lebih dulu.
David masih menatap wajah Lily, dia mengambil kacamata Lily dan menyimpan di nakas.
"Mata yang agak sipit, hidung mancung, bibir yang agak tebal. Kau jelek, tapi kenapa terus menolakku? Ingat saja, Lily, akan aku buat kau tergila-gila dan ketagihan setelah merasakan bagaimana hebatnya aku."
🌹🌹🌹
David tidak bisa tidur, dia kembali bangun. Memutar lemari TV sebelum akhirnya mengambil botol alkohol di sana. Rasanya yang tidak pas membuat David memilih ke bar mini di lantai pertama.
Saat keluar, dia melihat Oma yang sedang duduk di ruang tamu lantai dua, dengan pintu balkon yang terbuka.
"Oma, apa kau berencana menjadi hantu lebih cepat?"
Oma berdecak.
"Apa yang sedang Oma lakukan?"
"Aku sedang mengurus les bahasa inggris untuk Lila."
"Lily, namanya Lily, Oma."
"Ya, itu dia."
David duduk di sofa depan Oma. "Apa yang Oma tulis sampai selarut ini?"
"Jadwal harian Lily, dia akan menjadi wanita cantik dan juga elegan. Akan aku buat dia menjadi putri."
"Seperti apa dia sekarang di mata Oma?"
Oma diam sesaat. "Tukang sol sepatu?"
"Tukang jamu?" David menambahkan.
Lalu keduanya tertawa. Sadar Davi tertawa lebih keras darinya, Oma memukul pundaknya. "Berhenti menertawakan istrimu, dia akan menjadi elegan dalam beberapa bulan."
"Apa yang Oma rencanakan?"
"Kau pikir Oma tidak tahu kau masih sering keluar bersama Luke dan Bas?"
"Lalu apa masalahnya?"
"Kalian harus mulai serius, umur kalian tidak lagi muda."
David memutar bola matanya malas. "Beritahu aku apa yang akan dilakukan Lily."
"Dia akan senam setiap pagi, lalu disusul dengan les bahasa Inggris kemudian belajar cara berdandan. Kau tahu, David? Saat difacial istrimu terus saja tertawa merasa geli, sungguh agak membuat Oma malu."
🌹🌹🌹
Sebelum matahari terbit, Lily sudah bangun. Namun, dia tidak bisa bergerak karena David memeluknya layaknya guling. Itu membuat Lily risih sekaligus malu.
Perlahan, akhirnya dia berhasil melepaskan pelukam David. Merubah posisi David menjadi terlentang.
"Astaga," gumam Lily segera menyiapkan kamar mandi.
Lily menunggu sampai David bangun, tapi sampai jam menunjukan pukul setengah delapan pun, David belum bangun.
Bahkan jam sudah berdering beberapa kali.
Membuat Lily berani membangunkannya. "David, ini sudah siang."
David menutup telinga dengan bantal.
"David, ini sudah siang. Kau harus bangun."
"Cek jadwalku."
"Apa?"
"Buka laptopku, Lily."
Lily melakukannya, laptop itu terletak di atas rak tipis dekat televisi. "Password?"
"David paling tampan, tanpa spasi."
Lily tidak kaget, mengingat pria itu memang arogan. "Ada email dari Megan."
"Lihat jadwalnya."
"Kau harus mengunjungi sebuah gereja siang ini, dan sore ada pertemuan dengan Sebastian Vaan Bishop."
David akhirnya bangun. "Mandikan aku."
Lily mengikutinya, dia merasa sudah biasa melihat tubuh David. Tapi tidak dipungkiri, Lily risih, malu juga suhu tubuh yang panas dingin.
"Kau ingin mandi lagi bukan? Ayo mandi bersama."
"Tidak, aku akan mandi nanti."
"Ayolah, aku tahu kau ingin masuk ke sini."
Lily menggeleng.
"Duduk di samping bathub, bersihkan tanganku."
"Di belakang saja."
"Di samping."
Lily melakukannya, dengan menunduk enggan menatap perut David yang begitu liat.
"Pipimu merah, kau ingin memegang perutku bukan?"
"Tidak."
"Ehem."
Lily menatap tidak percaya.
"Kenapa? Ayo cium aku."
Mendekat dengan malu, Lily mendaratkan kecupan. Saat itu tangannya tidak sengaja memegang perut liat nan keras milik David.
"Tubuhku bagus bukan? Tidak ada wanita yang bisa menolak tubuh indah ini."
Lily memilih diam.
"Apalagi dengan wajah yang tampan dan sempurna."
Lily memilih diam dan melaksanakan tugasnya sampai selesai.
Lily terkejut saat keluar kamar mandi, di sana ada Eta dan beberapa orang yang sedang memasang foto.
"Apa itu?"
"Keluar," perintah David saat mereka selesai memasang.
Lily menatap dengan mulut terbuka pada foto seukuran pintu.
"Apa itu?"
"Tentu saja itu fotoku, supaya kau bisa melihatnya setiap hari dan bisa mengagumiku." David yang hanya memakai handuk di pinggang meletakan kedua tangannya di bahu Lily. "Lihatlah, kau harus bersyukur punya suami tampan, kaya, tinggi, pintar dan berkarisma sepertiku. Oke?"
Lily hanya mengangguk dengan wajah kikuk. "Oke."
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Queen Sha
narsisssssnya diluar nuruln n ga habis fikri😂
2024-02-10
0
Dandelion
narsis is my motto ya dav
2023-03-01
0
Yenny Mok
Jadi teringat gaya ponakan ku yg selalu menjawab dgn suara tegas & keras "oke" 😆
2023-01-11
0