🌹VOTE🌹
Lily melangkah lebar mencoba menyusul David.
"Kau mau ke mana? Naik lift yang ini."
Lily segera berlari pada David. "Apa kau sering menggunakan lift itu?"
Mengangguk.
"Astaga, kau istriku, seharunya naik ke lift ini. Kau seharusnya berwibawa sebagaimana aku melakukannya."
"Akan aku coba lakukan."
David lebih banyak diam, dia benar-benar marah pada dirinya sendiri karena marah dan jelas menunjukan kecemburuannya. Saat sampai di ruangan David, pria itu mendekati Lily. "Dengar, aku memarahi supir itu bukan karena aku suka padamu, levelku bukanlah dirimu."
"Iya, aku tahu."
"Kau tidak hanya harus tahu, kau harus mengerti. Aku melakukannya untuk membatasi fitnah orang, mengerti?"
"Mengerti, David."
"Aku tidak mungkin cemburu atau merasa tersaingi, pria mana yang bisa menyaingi kekayaan dan ketampananku."
Lily hanya diam dan menatap rantang yang dipegangnya.
"Kau mengerti bukan?"
"Aku mengerti."
"Aku tidak pernah cemburu atau apapun itu, bahkan kau bukan levelku. Kau tahu?"
Lily mengangguk, dia memilih fokus pada makanan yang dia susun. "Duduklah dan makan ini."
David masih kesal, dia duduk di sana. "Suapi aku."
"Akan aku lakukan."
"Cuci tanganmu."
Saat Lily ke kamar mandi, David mengusap wajah kasar. Dia merutuki dirinya sendiri yang melakukan hal sebodoh itu. "Sial! Kenapa aku melakukannya? Seharusnya Lily yang melakukan itu, seharusnya dia yang mengejarku. Dia haru tau kalau dirinya itu tidak sebanding dengan level wanitaku."
"Apa kau bicara sendiri?"
"Tidak, aku mengomentari makananmu."
"Tutupnya belum terbuka," ucap Lily heran.
"Aku bisa menilainya hanya dari aromanya. Aku punya kelebihan, dan itu banyak. Kau harus mengetahuinya."
"Aku tahu, sekarang makanlah." Lily lebih banyak fokus pada makan siang di depannya, dia menyuapi David dengan penuh kesabaran. Nilai plus yang dimiliki Lily, dia perempuan penyabar.
"Apa ini? Yang aku makan?"
"Itu abon jantung pisang."
"Kau membuatnya?"
Lily mengangguk. "Aku membuat banyak di sana, untuk stok. Kau suka?"
"Lumayan, kau sudah makan?"
Lily menggeleng.
"Makan."
Karena perintah David, Lily menyuapkan untuk David kemudian untuknya sendiri.
Yang mereka lakukan terlihat sangat romantis, membuat Sebastian yang masuk tanpa sepengetahuan tersenyum miring. "Well, maaf mengganggu kalian."
🌹🌹🌹
"Aku pulang saja."
"Tidak, tunggu di sini," ucap David menahan Lily di kamar ruangannya. "Kau tidak boleh pulang bersama taksi online."
"Tapi aku harus pulang, Oma menungguku."
"Diam di sini."
Akhirnya Lily memilih mengalah, membiarkan David menutup pintu. David menemui Sebastian yang ada di sana. "Kenapa kau datang? Ini bukan waktunya."
"Kau tidak mengangkat telponmu."
David menatap ponselnya. "Kapan kau menelpon?"
"Kau terlalu sibuk dengan istrimu yang mungil itu."
"Diam, kau tidak tahu bagaimana dia punya kelainan."
"Kelainan apa?" Tanya Sebastian.
"Dia kesulitan tergila-gila padaku."
"Hahaha, kau belum bisa menyentuhnya?"
David menyeringai, dia menyalakan rokok. "Dia yang akan menyentuhku."
"Bagaimana caranya?"
"Semuanya butuh proses. Dan kau menghalangi prosesnya, kenapa kau datang?"
Sebastian berdecak. "Aku memberitahu kalau kapal pesiar El Chicago tidak bisa aku berikan padamu, aku tidak bisa menanam saham untuk hotelmu di Bali."
"Apa? Kau tidak bisa seperti itu." David menatap marah. Pasalnya Sebastian adalah pengusaha kapal pesiar, dan David membutuhkanya. "Ini sudah ada dalam perjanjian."
"Aku siap mengganti rugi."
David menyedot rokoknya kuat, David tahu kapal pesiar buatan Sebastian terbaik di Asia dan sudah masuk lingkup internasional, dengan pabrik pusat di Malibu.
"Bas, kau tidak bisa melakukannya, aku membutuhkannya."
"Aku punya permintaan padamu."
David mengecek whatsapp group antara David, Luke dan Sebastian. Dia menerima sesuatu dari kedua temannya.
David terkekeh. "Taruhannya 50% saham?"
Sebastian mengangguk. "Ya, sebelum Luke meninggalkan Indonesia tahun depan. Waktumu hanya beberapa bulan David."
"Mari kita lihat apa yang akan terjadi."
🌹🌹🌹
"Kau terlihat kuno."
"Oma yang memilih."
Seperti biasa, saat Lily diantar David menuju Holland yang menunggu di bawah.
Saat di lift, David melingkarkan tangannya di pinggang Lily. Dan itu membuat Lily gugup juga risih, dengan pelan Lily mencoba menghindar.
"Diam, kau harus bersyukur mendapatkan sentuhan dari pria setampan diriku."
Lily memilih diam.
Saat keluar lift, dia melihat ada cleaning service pria yang sedang dimarahi. Membuat Lily terdiam sesaat.
David ikut diam. David tahu kejadian di dekat mereka mengingatkan Lily pada masa lalunya. David berbisik, "Pergilah dan beritahu wanita yang memarahi OB itu untuk menghetikannya"
Lily mengadah menatap David. "Dia atasanku."
"Mantan atasanmu, Lily. Sekarang hanya yang harus kau patuhi hanya aku."
Lily menarik napas dalam.
"Kau kasihan bukan pada dia?"
"Ya… tapi…."
"Lakukan. Jika perlu pentung kepalanya dengan rantang itu."
Lily menatap tidak percaya.
"Hanya bercanda. Ayo kesana."
Rasa kasihan melanda Lily, dia mendekat. "Permisi…. Maaf, kau tidak boleh memarahinya seperti itu. Di sini banyak orang, lagipula tidak baik memarahi saat dia sudah paham."
Wanita itu menatap Lily kesal, tidak berani bicara saat ada David di belakangnya.
"Kau dengar ucapan istriku? Kau sendiri harus punya aturan untuk memarahi bawahan, jika saya melihatnya lagi, saya tahu ada banyak orang yang kemampuannya melebihimu."
"Maaf, Nyonya. Saya tidak akan mengulanginya lagi, Tuan."
🌹🌹🌹
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
girl bos💐🌹
HAHAHAHA
2023-06-11
0
julian speed
authornyaaa anjiiiimmm ngakak gue
2023-04-27
0
Dandelion
justru krn lily tau dia bkn level wanitamu david jd dia tdk mengejarmu...ish jd laki2 ko k'PD an abs
2023-03-01
0