🌹VOTE🌹
"Hallo, Lily."
Lily tersenyum kaku pada Sebastian.
"Membawa makan siang?"
"Ya, apa aku mengganggu kalian?"
"Tentu tidak. Apa yang kau bawa."
"Beberapa makanan kesukaanku, kau ingin mencobanya?"
David yang baru saja masuk segera mengatakan, "Tidak, dia akan makan siang di luar."
Mendapat tatapan tajam dari temannya, Sebastian segera mengenakan jasnya. "Baiklah, Lily, mungkin aku akan mencicipi makananmu lain kali."
"Sampai jumpa, Sebastian."
"Selamat menikmati momen berduaan."
"Pergi kau!" Teriak David mengusir Sebastian.
Lily segera membuka makan siang yang dibawanya.
David mendekat. "Apa yang kau bawa?"
"Makan siang."
"Haha lucu."
"Setidaknya aku membuatmu tertawa."
Saat Lily sedang menyusun makan siang, David memeluknya dari belakang. Namun, belum juga tangan David menyatu satu sama lain, Lily melepaskannya.
Terlihat dia yang mengalihkan perhatian. "Dimana tempat cuci tangannya?"
"Di kamar mandi."
Lily mengikuti arahan David, ada westafel di sana.
"Cuci tangan," ucap Lily pelan saat keluar.
David melakukannya, dengan perasaan kesal karena masih mendapatkan penolakan.
"Apa yang kau masak?"
"Makanan."
David duduk di samping Lily, menahan perempuan itu agar tidak pergi. "Temani aku makan."
David membuka kotak pertama. "Apa ini?"
"Sambal goreng."
"Astaga, dari makanan barat menjadi seperti ini."
"Kau tidak suka?"
David diam, memang tidak suka. Tapi melihat Lily yang terlihat sedih, David berkata, "Suapi aku supaya suka dengan makanan seperti ini."
"Baiklah."
"Apa yang lakukan, gunakan sendok," ucap David terlihat jijik.
"Lalu apa gunanya cuci tangan?" Lily bertanya dengan nada kecil.
Membuat David sadar sendiri, memperhitungkan bahwa dirinya akan kalah debat dari Lily. "Baiklah, berikan itu padaku."
Lily menyuapi David.
"Apa saja yang kau masak?"
"Ini balado kentang, ini tumis ikan asin, ini sambal goreng, ini tumis daun bayam dan ini pucuk daun mete."
"Kau kira aku kambing?" David bertanya dengan mulut penuh.
"Ini sehat untukmu." Lily melajutkan dengan gumaman. "Untuk mengembalikan akal sehatmu."
"Kau bilang apa?"
"Huh? Tidak ada."
David menerima suapan lain. "Jangan pakai ikan asin, tidak enak."
"Baiklah, tapi makan ini." Lily menambahkan bayam. "Ini bagus untukmu."
"Siapa yang membelinya ke pasar?"
"Eta."
"Mana yang kau suka?"
"Apa?"
Akhirnya manik berkacamata itu membalas tatapan David. Bertanya lagi. "Apa?"
"Makanan seperti ini atau yang dihidangkan Eta?"
"Seperti ini."
"Baiklah, kau boleh memasaknya."
Lily tersenyum. "Tapi Eta bilang bahannya susah didapat."
David terkekeh. "Dia hanya malas mencarinya, akhir pekan nanti kita berbelanja semua kebutuhanmu, termasuk untuk menghilangkan kacamatamu itu."
"Tidak." Lily memegang kacamata. "Aku tidak bisa melihat dengan jelas."
"Maka dari itu kita obati, aku tidak ingin kau melihat wajahku dengan buram saat berdekatan, padahal seharusnya kau mengagumiku dan memujaku yang tampan dan mempesona ini."
🌹🌹🌹
Tanpa diduga, Lily tertidur di ruangan David, tepatnya di kamar yang ada di sana. Tidurnya sangat nyenyak, membuat David menatapnya dalam diam.
Sambil duduk di sofa dan merokok, David berbicara pada dirinya sendiri.
'Kau lumayan cantik, kenapa orangtuamu tega melakukannya?.'
David mengambil berkas milik Lily, dia menyuruh Holland mencarinya dalam keseluruhan. David bergumam, "Apa yang akan kau lakukan jika tahu orangtuamu masih hidup dan mereka memberikanmu ke panti? Membuat opini seolah mereka sudah mati."
Kembali menatap Lily, entah mengapa David merasa ada magnet kuat di sekitarnya.
Sampai telpon dari ponsel menyadarkan, David keluar dari ruangan itu.
"Ada apa, Luke?"
"Aku memesan tempat biasa untukmu, akankah kau datang malam ini?"
David diam sejenak.
"David?"
"Ya, aku datang."
"Baiklah, kami menunggumu. Aku akan menunjukan sesuatu padamu."
"Terserah."
"Tunggu!" Membuat David menahan untuk mematikan telpon.
"Ada apa?"
"Sebastian bilang ada istrimu di sana, apa yang sedang kalian lakukan?"
"Kenapa kau penasaran?"
Luke tertawa. "Kalian belum membuat bayi? Atau perempuan itu menolakmu?"
"Tutup mulutmu."
David mematikannya, dia kembali masuk ke kamar. Di sana Lily bergerak hendak bangun, tapi David dengan cepat mendekat dan memeluknya. "Tidur lagi ayo."
Dan Lily menurut, bahkan dia membalas pelukan David. Membuat pria itu menyeringai. "Aku tahu bagaimana caranya."
Dan keduanya terlelap, membuat Megan yang sedari tadi menelpon pada telpon kantor David kesal.
"Apa yang sedang mereka berdua lakukan?! Sial! Sial!"
Karena penasaran, Megan masuk ke ruangan atasannya. Tidak adanya mereka membuat Megan yakin jika keduanya berada di dalam kamar.
"Sial," umpat Megan dengan suara pelan.
Melihat sepatu milik Lily membuat Megan kesal, dia mengambilnya dan membawanya keluar.
Di sana, Megan menginjak-injaknya lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Mampus kau, bagaimana caranya kau pulang?"
🌹🌹🌹
Pada dering ke-20, baru David mengangkatnya. Dengan posisi masih tidur.
"Hallo? Siapa ini? Beraninya kau mengganggu tidur siangku."
"Dasar cucu gila!"
David membuka matanya seketika. "Oma?"
"Kau pikir siapa, bocah tengik?"
David mengusap wajahnya kasar. "Ada apa?"
"Apa yang kau lakukan pada Lila?!"
"Lily, namanya Lily," ucap David penuh penekanan, menatap Lily yang masih tidur dengan posisi memeluk perut David. "Dia tidur."
"Kau pikir aku percaya?"
Seketika David mengalihkannya pada videocall. "Kau lihat, Oma? Dia terlelap."
"Astaga, lucu sekali dia. Apa kalian baru saja selesai membuat adonan?"
"Adonan?" David tahu arah pembicaraannya, dia segera menghentikan. "Kalau kau tahu aku sedang membuat adonan, jangan mengangguku, Oma. Atau kau akan mati sebelum melihat Lily hamil."
"Baiklah aku mengerti."
Oma segera mematikan panggilan.
Ketika Lily bangun, David tidak bisa menahannya. Lily yang bangun tidur mirip anak kecil yang linglung. Apalagi saat dia menari sesuatu. "Apa yang kau cari?"
"Sepatuku hilang, David."
David mengerutkan kening.
Dengan polosnya Lily bertanya, "Apa di sini sering ada b*ngs*t?"
"B*ngs*t? Apa itu b*ngs*t?"
"Itu bahasa sunda, artinya maling."
Momen yang akward bagi keduanya. Yang David tahu b*ngs*t adalah umpatan, bukan maling.
"Aku akan pulang sekarang."
"Tanpa sepatu?"
Lily mengangguk.
"Tidak aku akan menggendongmu."
"Aaaa!" Lily kaget saat digendong.
Dan ketika keluar ruangan, Megan segera berdiri. Dia hendak memasang senyum kepuasan, sayangnya yang dia lihat adalah adegan romantis.
"Anda memiliki rapat de--"
"Berhenti bicara dengan saya jika istri saya ada, mengerti?" David mengtakannya sambil berjalan menjauh.
Megan menghentakan kakinya. "Sial!"
🌹🌹🌹
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Shanty Oriance
sdh baca ulang" tp tetap lucu..
crtanya bastian dan luke jg sdh slsai bca smua
2024-11-13
1
Borahe 🍉🧡
Durhaka banget lu jd cucu
2024-10-27
0
Elisanoor
luci, ringan bacaan nya penuh kehaluan 🤣🤣🤣
2023-11-10
0