Keesokan Harinya.
Seperti biasa, Jonathan berangkat ke kampusnya untuk kuliah. Semua pandangan yang melihatnya adalah hal yang sudah tak asing, dari penampilannya khas dirinya sebagai laki-laki culun.
Semua mahasiswa dan mahasiswi hanya menatapnya lalu mengalihkan pandangan mereka. Semua mengabaikannya. Hal itu benar-benar sudah biasa bagi Jonathan.
Di tempat Parkir.
Riki dan gengnya seperti biasa nongkrong di parkiran sebelum jam masuk, hanya saja Sandi belum terlihat. Riki dan gengnya menatap mengejek saat melihat Jonathan sudah masuk ke kelasnya.
"Anak itu, masih berani menampakan dirinya. Padahal sudah berkali-kali kita mengganggunya." ucap Ciko terkekeh.
Riki mengangguk kepalanya. "Ya, aku salut keberaniannya."
Angga, dan Erik tertawa kecil, tapi tetawa mereka berdua hanya dibuat-buat, karena mereka masih heran dengan kelakuan Jonathan.
Beberapa saat kemudian, sebuah mobil datang. Pintu belakang terbuka. Ternyata Sandi, yang turun dari mobil. Setelah turun mobilnya pun pergi dibawa supirnya.
Sandi terlihat berjalan sedikit pincang, dan lengan tangan kirinya diperban. Semua menatap heran dan bertanya-tanya di isi kepala mereka.
Riki menatap ke arah sandi. "Tanganmu kenapa bisa diperban ? Lalu kenapa kakimu jalannya seperti pincang ? Dan ini kenapa pipimu sedikit bengkak."
Angga, Erik, dan Ciko menatap Sandi.
"Tumben sekali kamu diantar pake supir." kata Erik.
"Iya, biasa kamu bawa mobil sendiri." kata Ciko.
"Apa kalian tidak lihat, kakinya aja sedang terluka, jadi di kesulitan menginjak pedalnya saat membawa mobil." kata Angga.
"Benar juga." sahut Erik dan Ciko.
"Kenapa kamu begini ?" tanya Riki.
Mendapat pertanyaan dari Riki dan teman lainnya, Sandi menjawab. "Tadi malam aku jatuh menghantam meja saat lantai rumah habis di pel. Dan pipiku menghantam lantainya."
Mendengar jawaban Sandi, Riki dan ketiga teman lainya tertawa. Mereka tak menyangka kalau seorang Sandi bisa jatuh karena ceroboh.
"Tertawa terus, kalau kalian merasakan apa yang kurasakan, pasti gak enak rasanya." ucap Sandi dengan wajah kesal.
"Baiklah.., baiklah.., aku hanya terkejut saja, kalau kamu bisa jatuh seperti ini." ucap Riki dan tiga teman yang lainnya mengangguk-angguk kepalanya.
"Ya sudah ayo kita ke kelas." ucap Sandi sambil berjalan sedikit pincang.
Riki dan ketiga teman lainnya berjalan mengikuti Sandi dari belakang. Mereka sambil sedikit tertawa melihat cara berjalannya Sandi.
Sandi hanya bisa menghela nafasnya. Mau tak mau, ia harus mengerjakan tugasnya. Tugas yang diberikan oleh Jonathan sebagai pengawas Riki dan ketiga teman lainnya.
.....
Flashback.
Kejadian semalam, saat Jonathan menyusup ke dalam rumah besar Sandi. Saat di tengah-tengah Jonathan bermain pisaunya saat melukai Sandi, ia memberi penawaran.
"Aku punya penawaran untukmu." kata Jonathan dengan wajah polosnya dan senyumannya.
Nafas Sandi naik turun karena menahan sakit pada kaki dan lengan tangannya. Ia menatap Jonathan.
"Kau ingin kamu menjadi orang dalamku, kamu awasi pergerakan, segala kegiatan Riki, dan ketiga temanmu. Laporkan padaku jika ada yang manarik." kata Jonathan memberi penawaran.
Sandi melebar kedua matanya. Kata-kata Jonathan, berarti ia harus menjadi penghianat kepada Riki dan gengnya.
"Kenapa ? Kamu tidak mau ?" tanya Jonathan sambil tersenyum miring.
"Hmp.. Hmp..." mulut Sandi masih ditutupi lakban.
Plak !!
Jonathan menampar pipi Sandi sangat keras. "Jawab !!"
"Hml... Hmp..."
Plak !!
Jonathan menampar pipi Sandi lagi dengan keras.
"Kamu punya mulut, seharusnya digunakan !!" ucap Jonathan sambil mencengram dagunya Sandi, beberapa detik kemudian, Jonathan melepas cengkramannya, ia menyadari sesuatu.
"Ahh..., benar juga, mulutmu dilakban ya. Hahaha, pantes gak jawab. Makanya bilang dari tadi kalau mulutmu dilakban." kata Jonathan terkekeh.
Entah ingin marah, dan memukul mulut Jonathan. Kalau boleh jujur, Sandi benar-benar kesal, gimana mau menjawab, yang melakban mulutnya siapa ? Jelas-jelas Jonathan sendiri yang melakukannya.
Dengan kasar Jonathan melepas lakban yang menutup mulut Sandi. Karena kasar, jelas sakit rasanya. Sandi meringis kesakitan.
"Gimana ? Lega ya mulutnya sudah bisa bicara lagi ?" tanya Jonathan dengan wajah polosnya.
Sandi memandang benci. Ya dia sangat benci dengan sosok Jonathan. Jonathan yang melihat tatapan itu, ia memasang wajah datarnya.
"Bagaimana dengan penawaranku tadi ?" tanya Jonathan.
"Aku menolak." jawab Sandi tegas.
Jonathan menghela nafasnya. "Sudah kuduga."
"Baiklah, urusan kita sudah selesai. Sudah malam, dan aku harus pulang." ucap Jonathan berjalan ke pintu keluar.
"Hey culun !!" panggil Sandi, meski masih terikat, ia berusaha tetap untuk berani.
Dengan malas Jonathan membalikkan tubuhnya. "Ada apa ? Bukankah kamu menolak tawaranku ?"
"Kamu ingin pergi begitu saja ? Apa kamu bodoh membiarkanku dalam posisi seperti ini ? Setelah ini pasti semua orang pasti akan mencarimu." kata Sandi tersenyum mengejek. Tapi Jonathan malam tertawa nyengir.
"Siapa juga yang mau langsung pergi ? Aku mau bakar rumah ini kok, setelah itu aku pulang." jawan Jonathan santai.
Jonathan tak menunjukan rasa takutnya sama sekali, ia sudah menjalankan semua rencananya. Bahkan CCTV sudah ia matikan dan menghapus datanya. Ia membajaknya setelah membuat Sandi pingsan,
Sandi terbelalak. "Kamu jangan berani ya !!"
"Kasih ancaman bos ? Aku tidak takut. Setelah bakar rumah ini, kamu pasti mati. Tapi aku akan membuat kematianmu tidak tenang, karena setelah kematianmu, aku akan meniduri Nita. Huuu bayangkan saja, bagaimana kalau gadis yang kau cintai tidur denganku ?" kata Jonathan santai tanpa dosa.
Kedua mata Sandi melebar. Rasanya runtuh jika wanita incaranya menjadi korban selanjutnya jika ia mati sekarang. Memang benar sesuai ingatan pemilik tubuhnya.
Sandi memang mengincar Nita, salah satu the most wanted di kampusnya. Kelemahan Sandi adalah Nita.
Jonathan Kembali bersuara. "Hmm,, kalau kamu ingin kulepas, terima tawaranku."
Spontan dengan wajah lesunya, Sandi pasrah mengangguk kepalanya.
Jonathan tersenyum melihatnya. "Wah, tak terduga, ternyata kamu mau."
Jonathan berjalan mendekati Sandi, dengan pisaunya ia melepaskan tali rafia yang mengikat Sandi. Tatapan mata Sandi langsung menatap Jonathan.
Tapi Jonathan sudah bergerak cepat lebih dulu. Ujung pisaunya sudah didepan mata Sandi dengan jarak 1 cm.
"Kamu ingin melawan ?" tanya Jonathan dingin, tatapan kedua matanya adalah tatapan pembunuh.
Terasa seperti aura membunuh yang mencengkram yang dirasakan oleh Sandi. Ia menelan salivanya. Sandi sudah terlepas dari ikatannya.
Sandi masih duduk di kursi kayunya. Jonathan berdiri dihadapannya, ia juga telah selesai menghubungkan GPS hpnya dengan hp milik Sandi.
"Besok langsung saja kerjakan tugasmu. Cari alasan jika teman-temanmu bertanya tentang kondisimu. Tapi kalau kamu berniat menceritakan semua tentang pertemuan kita ini, silahkan saja. Mungkin Angga dan Erik sedikit percaya, tapi bagaimana dengan bos kalian ? Apakah percaya ?" kata Jonathan sambil tertawa kecil.
"Aku tidak melarang kalau kamu menceritakan pertemuan kita ini. Lakukan saja." ucap Jonathan yang santai, dan lalu ia pergi.
Meski kata-kata Jonathan sederhana, tapi Sandi yakin, kata-kata Jonathan bukanlah main-main. Dan ia sangat-sangat yakin, kalau Jonathan punya rencana tak biasa jika ia membocorkan semuanya.
Flashback end.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Fitrianinaim_queen03
aku kira si Sandi mau di jadikan peyek 🤣🤣
2021-10-12
1
Lutha Novhia
sandii gmn enak gk jd korban jonathan
2021-10-08
0
Edmundus Ason
dapat dibayangkan betapa dongkolnya sandi dipecundang
2021-09-28
1