Keesokan Harinya.
Sesuai dugaan, berita kematian sang bapak dosen yang terkenal dingin, tegas, dan selalu memberi perintah kepada mahasiswa, terutama Jonathan, kini telah menyebar di kampus.
Semua terkejut ? Pastinya.
Kemarin masih biasa-biasa saja saat mengajar. Tapi hari ini, berita kematian sang bapak dosen mati terbakar di rumahnya dalam keadaan teringat.
Dan menurut berita, semua polisi sudah melalukan pemeriksaan. Dan hasilnya nihil, yang jelas kasus kematian sang bapak dosen, tak menemukan bukti apapun.
Meski terbskar habis, seharusnya ada jejak peninggalan pembunuhan tersebut. Namun, semua bersih tak ada jejak untuk dijadikan bukti.
Jonathan yang mendengar berita itu hanya diam polos tanpa dosa dengan penampilan culunnya. Ia terlalu pandai menyembunyikan ekspresinya, sungguh terlalu.
Kini Jonathan sedang berjalan menuju kelasnya. Tiba-tiba dari belakang, bajunya ditarik paksa. Mau tak mau, ia pasrah, apa maunya si penarik ini.
.....
Telah sampai di belakang gedung kampus. Jonathan di dorong paksa hingga jatuh dan tengkurap ke tanah. Ia sedikit mendongak wajahnya.
Ternyata yang menariknya adalah Erik. Dan ada Angga di belakangnya. Jonathan tetap dalam posisi tengkurap di tanah.
"Jadi, anak culun ini yang sudah membuat temanku terluka ?" kata Erik.
"Aku sudah tak sabar menghabisi wajahnya." kata Angga, ia pun akan melayangkan tendangannya ke kepala Jonathan.
Namun ditahan oleh Erik. "Tenang dong, yang sabar."
Erik menahan Angga, kini mereka berbicara. Dan Jonathan melihat melirik matanya untuk melihat sekelilingnya. Lalu ia melihat dua batu sebesar kepalan tangannya di dekatnya..
"Gimana mau sabar, aku sudah dikerjain oleh dia dua kali." jawab Angga geram.
Tanpa disadari Angga dan Erik, Jonathan mengambil butir-butiran tanah. Lalu ia bangun berdiri.
Saat Erik baru menoleh, tiba-tiba ada taburan tanah ke wajahnya. Tentu saja, butiran tanah itu mengenai kedua matanya.
Erik merasakan sakit dan perih akibat kedua matanya kemasukan tanah. Angga yang melihat Erik seperti itu, tak diam saja. Saat akan maju, tiba-tiba wajahnya terkena sebuah benda.
Ternyata Jonathan melempar tasnya ke wajahnya Angga. Dan ia cepat-cepat mengambil batu besar dan langsung ia lempar ke kepala Angga.
Dugh !!
Kepalanya terkena hantaman batu, tentu saja itu sangat sakit. Angga terjatuh kebelakang dan ambruk, ia tak bisa menahan rasa sakitnya di kepalanya.
Sedangakan Erik, ia sibuk mengucek-ngucek matanya. Dan kakinya menendang sana sini. Jonathan mengambil batu lagi dan melemparnya lagi ke kepala Erik.
Dugh !!
Erik terjatuh, tak sadarkan diri.
Jonathan yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalian berhasil membuatku bolos kuliah."
Telihat Angga terbangun, dan berusaha untuk duduk. Jonathan mengambil pulennya dari saku kemejanya.
Angga terkejut melihat Erik sudah tak sadarkan diri dan jidatnya terluka mengeluarkan darah.
Dalam masih posisi duduknya, Angga menoleh. Baru saja menoleh, ujung pulpen sudah ada tepat di depan matanya.
Ternyata Jonathan sedang jongkok di depannya. Dan sudah siap menusukkan pulpennya ke matanya Angga.
Angga menelan salivanya. Lagi-lagi ia harus berada posisi yang sama seperti sebelumnya. Jonathan terkekeh.
"Aku sarankan kalau ingin menghajar orang harus pakai rencana." ucap Jonathan memberi saran.
Angga masih saja diam. Jonathan menghela nafasnya. "Meskipun kamu mempunyai rencana, tetap saja itu takkan ada apa-apanya untukku."
Ingin sekali menonjok wajah Jonathan, tapi sayang tanganya terluka akbat tusukan garpu sebelumnya. Dan tanganya yang satu juga terkilir saat ia jatuh tadi.
"Seperti kau harus masuk kelas." ucap Jonathan.
Bugh !!
Jonathan memukul kerasa tekuk leher Angga. Angga pun kembali jatuh tak dadarkan dirinya. Jonathan berdiri, ia pergi meninggalkan dua manusia itu begitu saja.
Tapi baru beberapa langkah, ia membalikkan tubuhnya dan berjalan kembali ke arah Angga dan Erik yang masih tak sadarkan diri.
Jonathan mangambil semua uang di dalam dompet mereka berdua. Selesai sudah, ia pun segera pergi.
.....
Jam kuliah sudah selesai. Jonathan memilih untuk pulang ke kosnya, tidak berangkt kerja. Buat apa berangkat, lagian ia sudah tak masuk tanpa ketetangan selama 2 hari.
Lebih baik sekalian keluar saja. Toh lagian masih banyak pekerjaan lainnya. Lagian ia juga punya uang banyak hasil yang ia dapat dari pencopet, Angga, dan Erik.
"Sepertinya aku harus cari pekerjaan baru saja, yang tak menyita waktuku."
.....
Disisi Lain Tempat.
Riki dan Teman-teman gengnya berkumpul di markas mereka, tepatnya di rumah pribadinya Riki, rumah pemberian kakeknya.
Saat ini, entah percaya atau tidak. Riki dan gengnya menatap heran saat melihat kondisi Angga dan Erik yang terluka.
Mereka masih tak percaya cerita Angga dan Erik. Benarkah Jonathan yang terkenal culun membuat Angga dan Erik terluka ?
"Apa kau yakin Jonathan si culun itu membuat kalian seperti ini ?" tanya Sandi yang masih tak percaya.
"Ini memang sulit dipercaya, tapi setelah apa yang dia lakukan padaku dan Angga. Aku bisa melihat perubahan pada si culun itu." kata Erik.
"Bahkan uangku dan uang Erik sepertinya dirampas sama culun itu." Angga menambahi.
Sandi dan Ciko tertawa.
"Hahahaha, benarkah, seorang laki-laki culun berani melakukan itu ?" ucap Sandi sambil tertawa.
"Hahahaha, aku ragu dengan cerita kalian berdua." kata Ciko kepada Angga dan Erik, ia juga sambil tertawa.
Angga dan Erik, memilih untuk diam. Percuma untuk bercerita. Jelas tak ada yang percaya, bahkan kini mereka berdua ditertawakan oleh teman-teman.
Tapi tidak untuk Riki. Ia terdiam. Ia terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
Riki pun bersuara.
"Semuanya, dengarkan aku."
Sandi, Ciko, Angga, dan Erik pun menatap sang Riki, ketua geng mereka.
"Untuk kedeapannya, kita biarkan culun itu terlebih dahulu. Kita awasi dia, jika dia benar berubah, laporkan kepadaku. Setelah itu kita membuat rencana untuk membuatnya menyadari posisinya." kata Riki.
"Apa tidak kita bawa dia, dan siksa seperti sebelumnya ?" tanya Sandi.
"Untuk itu nanti dulu, kita harus mengawasinya. Jika dia benar-benar apa yang diceritakan Angga dan Erik. Kita buat rencana. Tapi jika dia masih culun seperti biasanya, lakukan hal yang seperti yang biasa lakukan kepadanya." kata Riki.
Keempat temannya mengangguk-angguk kepalanya. Namun untuk Angga dan Erik, dalam hati mereka berdua masih ragu mengikuti rencana Riki.
Pasalnya, mereka berdua dengan mudah dikalahkan. Erik yang mantan anggota taekwondo, bersabuk hitam bisa dikalahkan oleh anak culun yang bermodal tanah dan batu.
.....
Hari sudah malam
Terlihat Jonathan tengah berjalan kaki. Ia baru saja mendapat pekerjaan baru menjadi pelayan caffe. Ia besok sudah bisa memulai berangkat kerja setelah selesai jam kuliah.
Soal tempat kerjanya yang lama sebagai OB, ia benar-benar dipecat setelah dapat telepon. Tidak membuatnya sedih melainkan Jonathan hanya mengiyakan saja.
Hari semakin malam. Jonathan melihat minimarket yang buka 24 jam. Ia berniat untuk membeli minuman.
Beberapa saat kemudian, Jonathan telah keluar dari minimarket dengan menenteng kantong plastik yang berisi tah dalam botol yang dingin.
Baru saat akan pergi menjauh dari minimarket, indra pendengarannya menangkap teriakan seorang gadis meminta tolong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ananda Harahap
y
2024-09-09
0
Ananda Harahap
b
2024-09-05
0
Ananda Harahap
i
2024-09-03
1