Entah ingin terkejut karena melihat Jonathan yang tiba-tiba ada di rumahnya, atau marah karena mie goreng spesial buatannya telah dimakan oleh orang lain tanpa izin darinya.
Itulah saat ini yang Sandi rasakan. Ingin sekali berjalan mendekati Jonathan yang terlihat tidak merasakan rasa bersalah sama sekali karena sudah berani masuk ke dalam rumah orang tanpa permisi.
Tapi, entah kenapa Sandi hanya diam. Kakinya tak mau bergerak. Seakan ada aura yang dikeluarkan oleh Jonathan sangat berbeda, tidak seperti biasanya yang Sandi rasakan.
Dengan lahap, Jonathan memakan mie goreng buatan Sandi. Tidak ada satu menit, Jonathan menghabiskan makanannya. Selesai sudah menghabiskan makanannya, ia kembali menatap Sandi.
"Kemarilah, bukankah kau sedang membawa minuman dinginmu ? Berikan padaku !" tanya Jonathan, sambil melihat tangan Sandi yang menggenggam gelas kaca yang berisikan air dingin.
Sandi yang masih diam berdiri, ia terbelalak. Ia dibuat terkejut lagi karena dengan sikap Jonathan seperti seakan-akan menjadi tuannya.
Masih tak ada respon dari Sandi. Jonathan tau, kalau laki-laki yang ada dihadapannya tengah merasakan terkejut, marah, ketakutan atas kehadirannya yang tak biasa.
Jonathan melepaskan kacamatanya, dan ia letakan di saku kemejanya. Lalu ia berdiri dari duduknya. Ia berjalan mendekati Sandi. Dengan kalem, Jonathan berkata. "Hey, kenapa kamu diam saja ? Aku haus, berikan minumannya."
Jonathan langsung merebut gelas kaca yang digenggam oleh Sandi, dan ia langsung meminumnya. "Ahh..., segarnya."
Jonathan meletakkan gelasnya di meja makan. Lalu ia menatap Sandi dengan tatapan bersahabat yang dibuat-buatnya. "Kenapa kamu terlihat terkejut melihatku ? Aku bukan hantu kawan."
Jonathan terkekeh, lalu merangkul tangannya di leher Sandi, tentu saja yang dirangkul terkejut, dan langsung ia tepis. Entah apa yang merasuki Sandi yang sudah sadar dan berani.
Jonathan terkekeh. "Nah gitu dong, jangan diam saja."
"Apa maksudmu datang kemari ?" tanya Sandi dingin.
"Tentu saja aku ingin datang ke rumah sahabatku... Ehh, ups, sahabat ? Apa kita memang bersahabat ya ?" kata Jonathan dengan wajah polosnya.
"Berani-beraninya kau datang ke rumahku, anak culun." Sandi geram. Dan Jonathan mengerut dahinya.
"Rumahmu ? Perlu diralat kata-katamu, yang betul adalah rumah orang tuamu, dan kamu hanyalah anak dari orang tuamu, jadi bisa dianggap kamu salah satu penumpang di rumah orang tuamu." Kata Jonathan yang ia buat seperti layaknya guru mengajari muridnya.
Sandi tertawa garing mendengarnya. Lalu ia tersenyum mengejek. "Wah..., rupanya kau sudah berani ya ? Kau datang kesini ingin mati ?"
Jonathan menghela nafasnya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seakan lelah. "Tidak, aku tidak ingin mati. Aku datang kesini karena ingin makan."
BUGH !!
Uhuk...!!
Tubuh Sandi terjatuh dan duduk di lantai. Tangannya memegang lehernya. Lehernya sakit karena mendapat pukulan mendadak yang dilancarkan cepat oleh Jonathan.
"Tenanglah, itu takkan membuatmu mati." ucap Jonathan sambil tersenyum.
Sandi terbatuk-batuk. Jonathan berjongkok dihadapan, ia tersenyum menyeringai. "Sepertinya aku datang kemari bukan hanya ingin makan."
Tangan Jonathan mencengkram wajah Sandi dan mendorongnya dengan keras.
Duagh !!
Seketika Sandi pingsan setelah Jonathan menghantamkan kepala belakangnya ke lantai.
Jonathan menghela nafasnya melihatnya. "Hahhhh, gak seru, malah pingsan."
.....
Byurrr !!
Sandi tersadar setelah diguyur air sember. Ia meraskan sakit di belakang kepalanya. Ia melihat sekelilingnya, ternyata ia terduduk di kursi kayu di dalam kamarnya. Lehernya masih sakit.
Sandi Ingin berdiri, namun tak bisa bergerak. Ternyata kedua tangannya dan kedua kakinya terikat di kursinya. Meski diikat tali rafia, namun itu sangat erat, bahkan sangat sulit. Ia melihat jam dinding yang ada di dalam kamarnya, jam sudah menunjukan jam setengah 12 malam.
"Sudah bangun ?"
Sandi menoleh kepalanya. Ia terbelalak melihat Jonathan di depannya yang sedang duduk santai di kursi sofa single miliknya.
"Hmp.. Hmp.." ingin berkata kasar, tapi apa daya, mulutnya di lakban rapat.
"Sial, kenapa dia bisa berbuat begini padaku ?" batin Sandi.
"Kamu bicara apa ? Aku tidak mendengarnya ?" tanya Jonathan sambil meletakan telapak tangannya di telinganya, seakan-akan ia tak mendengar.
"Hmp... Hmp.. !!"
"Kalau punya mulut digunakan dong." kata Jonathan menggeleng-gelengkan kepalanya seakan ia lelah dengan lawan bicaranya.
Sandi berontak, namun tak bisa, ia melotot ke arah Jonathan. "Hmp... Hmp..!!
"Kubunuh kau culun sialan !!" Sandi membatin dengan tatapan bencinya.
"Ahh.. aku ingin bermain." lalu ia berdiri, ia berjalan mendekati meja belajar. Ia mengambil pisau dapur yang sudsh ia ambil dari dapur.
"Aku jadi teringat, awal pertama kali masuk kampus saat ospek. Dari situ, aku sudah mulai di bully oleh kalian." kata Jonathan sambil memutar-putar pisaunya.
Ia kembali mengingat semua ingatan pemilik tubuhnya. Sungguh miris, bully tiada henti. Namun ia kadang kagum kepada sang pemilik tubuhnya.
Selalu dibully tapi masih kuat untuk bertahan. Sungguh hebat, demi meraih impian ia rela melewati rintangan. Salut rasanya kepada pemilik tubuhnya.
Kalau ia menjadi dirinya, sekali dibully pasti akan langsung ia balas. Mungkin kalau orang lain pasti ingin pindah kampus atau bunuh diri, karena tak tahan dibully terus.
"Tapi serkarang aku ingin memberitahumu rasa sakit yang nyata. Dan kamu pasti akan menikmati rasa sakitnya."
Jonathan perlahan mendekati dengan tangannya yang masih memutar-putarkan pisaunya. Kedua mata Sandi melebar sempurna, ia menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Jonathan yang sudah berjongkok dihadapannya.
"Hmp..!! Hmp..!!"
"Jangan-jangan !!"
Dengan perlahan Jonathan menusuk kecil dengan ujung pisaunya di salah satu punggung kaki Sandi. Lalu ia memutar-putarkan pisaunya dengan pelan.
"Hmp...!! Hmp...!!"
"Aggrrhhh kakiku....!!"
Kemudian pisaunya pindah, Jonathan mengores sebuah garisan di salah satu lengan tangannya Sandi. Dan tentunya saja Sandi berontak kesakitan.
Jonathan meletakan telunjuk jarinya di bibirnya. "Suuuttttt..., Jangan bergerak, nanti lenganmu tambah sakit. Jadi kamu tahan ya." ucapnya dengan nada pelan, namun menyeramkan.
Jonathan tersenyum simpul dengan wajah polosnya. Ia membuat luka garisan di kulit lengan Sandi. Sandi berontak kesakitan.
Jonathan menghentikan aktifitasnya, ia melihat luka di punggung kaki dan di lengan Sandi, memang tak dalam, tapi lukanya cukup mengeluarkan darah. Ia terkekeh.
Dengan jari telunjuknya, Jonathan menyentuh tetesan darah Sandi yang keluar, lalu ia menjilatnya. "Hm darahmu rasanya lumayan juga. Tidak seperti darah orang yang kubunuh 2 hari yang lalu."
Sandi terdiam, beberapa detiknya, ia terbelalak mengingat berita tentang pembunuhan yang telah diberitakan 2 hari yang lalu.
Jonathan terkekeh melihatnya. "Kenapa kamu kaget ?"
"Tidak mungkin." batin Sandi menatap sosok Jonathan yang benar-benar sangat berbeda yang ia kenal.
Jonathan berdiri dari jongkoknya. Salah satu tanganya memegang dagunya, dan tangan satunya masih menggenggam pisau. Jonathan terlihat sedang berfikir. "Sekarang aku bingung, tubuhmu layaknya dilukis apa ya ?"
Sandi terbelalak, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Sandi ketakutan. Sosok yang ia kenal, sekarang benar-benar mengerikan. Ia jadi teringat cerita Angga dan Erik.
Namun sekarang, melihat sosok Jonathan yang sekarang, Sandi jadi teringat salah satu film, tokoh utamanya punya musuh yang bernama Joker. Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti, benarkah itu ?
"Psychopath." Sandi membatin, ia benar-benar ketakutan yang amat luar biasa.
Jonathan kembali duduk di sofa singlenya. Ia terkekeh melihat Sandi. Lalu ia menghela nafasnya, ia memasang wajah polosnya dengan senyuman. "Aku punya penawaran untukmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ananda Harahap
i
2024-09-14
0
Ananda Harahap
p
2024-09-13
0
🍁Angel💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
Astagaa makin seruu kayaknya 🤣🤣tapi aku penasaran gmna Rocky alias Jhonatan membalas dendam sama Ricy
2023-10-15
1