Keesokan Harinya, pagi-pagi telah tersebar berita yang mengejutkan lagi. Yang dimana di belakang gedung hotel terjadi pembunuhan.
Wajah korban sudah hancur karena wajahnya penuh dengan luka tusukan pisau. Korban diketahui adalah preman yang biasanya merampas barang orang pendatang.
Semua orang yang tinggal di daerah itu bertanya-tanya, siapa yang membunuhnya. Tapi sebagian banyak orang sekitar senang, karena orang yang berlagak sok jagoan dan preman itu, sudah mati.
Lagi dan lagi, polisi tidak bisa menemukan bukti apapun saat menangani kasusnya. Semua bersih, sidik jari dari pisau yang dilumuri darah tak membuat mereka menemukan pelaku.
Sidik jari yang mereka temukan adalah sidik jari dari sang korban saja. Kasus dinyatakan korban bunuh diri. Sangat aneh jika korban bunuh diri dengan cara menusukkan pisaunya di wajahnya sendiri.
Satu tusukan saja di perut, sudah sangat sakit. Mustahil jika korban menusuk wajahnya sendiri hingga hancur.
Kasus seperti ini, mengingatkan para polisi senior kejadian puluhan-puluhan tahun yang lalu, banyak korban pembunuhan, dan tak ada tanda-tanda jejak sang pelaku. Dinyatakan bersih.
.....
Dua Hari Kemudian.
Hari ini Jonathan akan masuk kelas siang. Terlihat Jonathan telah turun dari angkutan umum. Ia masuk ke ke kampusnya.
Di parkiran terlihat Riki dan gengnya tengah memperhatikan Jonathan. Sudah dua minggu lebih mereka berlima memperhatikan Jonathan.
Terutama Riki, Sandi, dan Ciko. Mereka bertiga tak mencium keanehan dari Jonathan sesuai dengan cerita Angga dan Erik.
"Aku tak merasakan hal yang aneh dengan laki-laki culun itu." ucap Ciko.
"Ini sudah 2 minggu, aku lihat tak ada hal yang aneh dari anak culun itu." ucap Sandi.
"Apa kalian terobsesi untuk menyiksa dia, sehingga kalian mengarang cerita ?" kata Riki kepada Angga dan Erik.
"Sungguh, aku dan Erik tidak mengarang cerita kepada kalian." jawab Angga.
"Ya sudahlah, ini juga akan jam masuk. Ayo." ajak Ciko.
Riki dan Sandi mengiyakan perkataan Sandi. Angga dan Erik hanya bisa menghela nafasnya, lalu mengikuti langkah Riki dan yang lainnya.
.....
Waktunya jam istirahat.
Semua mahasiswa dan mahasiswi keluar dari kelas. Jonathan memilih pergi ke kantin. Ia duduk di kursi kosong, ia memilih tempat duduk paling ujung. Ia memesan satu mangkok mie ayam dan minumannya
Beberapa saat pesanannya datang. Jonathan pun memakannya. Tanpa disadarinya ada sepasang mata memperhatikannya dari ujung lain.
Laura memperhatikan Jonathan. Semenjak kejadian waktu itu, ia tak berhenti memikirkan Jonathan. Ia teringat terus bertapa beraninya Jonathan menyelamatkannya.
Tapi disisi lain, ia takut, karena mengenai 2 preman yang diberitakan telah terbunuh dengan kejam. Apakah Jonathan yang membunuhnya ?
Pasalnya dengan kedua matanya sendiri, ia melihat Jonathan menusuk pulpennya ke arah bola mata salah satu preman waktu itu.
"Hey, kenapa kamu liatan anak culun itu ?" tanya Nita.
Laura pun tersadar. "Tidak, aku hanya..."
"Hanya apa ?" tanya Sarah.
"Kejadian 2 minggu yang lalu." jawab Laura dengan pelan.
"Apa maksudmu, apa anak culun itu macam-macam sama kamu ?" tanya Nita geram.
"Tenang dulu." kata Laura sambil menenangkan Nita.
"Lalu apa ?" sahut Nita.
Laura pun menceritakan semuanya kejadian 2 minggu yang lalu. Dari mengantar Nita pulang, hingga ia ditolong Jonathan, dan berlari ketakutan.
Sarah dan Nita terkejut awalnya saat mengetahui Laura akan terkena kejahatan. Tapi yang membuat mereka berdua terkejut tak main adalah penyelamatan Laura yang dilakukan oleh Jonathan.
"Yang benar saja." ucap Nita dengan nada sedikit tinggi.
"Sstttt, jangan keras-keras." kata Laura.
Sarah memutar bola mata karena sifat Nita yang memang seperti itu. Sarah sendiri terkejut mendengar cerita Laura, tapi ia masih bisa menjaga sikap sesuai keadaan sekitar.
"Laura, yang benar kamu, Jonathan berani menusuk mata preman itu ?" tanya Sarah berbisik.
Laura mengangguk-angguk cepat kepalanya. "Beneran, aku gak bohong."
"Jadi berita pembunuhan 2 minggu lalu di gang dekat minimarket, apa Jonathan yang membunuhnya ?" tebak Nita.
Laura menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku gak tau pasti, soalnya waktu itu aku lari ketakutan melihat apa yang dilakukan Jonathan. Yang jelas, yang kutahu, Jonathan hanya menusuk bola mata preman itu dengan pulpennya."
Nita memegang dagunya. "Kayanya mustahil kalo Jonathan bisa membunuh. Secara dia kan culun dan penakut."
Sarah mengangguk-angguk kepalanya, ia setuju dengan perkataan Nita. Sedangkan Laura, ia masih bingung, ingin menepis pikirannya. Tapi mana sanggup, karena rasa penasarannya sangat tinggi.
Tiba-tiba terdengar suara riuh. Semua menoleh ke arah sumber suara itu. Ternyata Riki dan gengnya sedang mengganggu Jonathan.
Yang awalnya Jonathan sedang enak-enak menikmati makanannya. Tiba-tiba dari atas kepala, ada air yang mengalir membasahi kepalanya. Sandi yang melakukan itu.
Riki dan Ciko lainnya hanya tertawa didekatnya. Angga dan Erik hanya diam, mereka memastikan apakah ada reaksi tak terduga oleh Jonathan.
Namun apa reaksinya ? Jonathan hanya diam, ia menundukan kepalanya. Tak berani bergera seperti biasanya saat dibully oleh Riki dan gengnya.
"Wah lihat, anak culun ini, sepertinya hidupnya terlalu tenang selama ini tanpa ada gangguan dari kita." ucap Sandi.
"Ya, sepeti kita lihat tadi, ia memakan makanan dengan muka damainya. Aku yang melihatnya saja muak." ucap Ciko.
Tak ada reaksi apapun dari Jonathan. Semua orang yang di kantin hanya bisa diam. Tak ada yang berani maju untuk menolong Jonathan.
"Ahh gak asik, ayo gaes, kita cabut." ajak Riki, dan yang lainnya mengiyakan.
Setelah kepergian Riki dan gengnya, semua orang yang di kantin kembali ke aktifitas mereka, dan mengabaikan Jonathan.
Laura, Nita, dan Sarah yang melihat tadi pun hanya bisa diam. Laura tak percaya kalau Jonathan memilih diam tak menunjukan dirinya untuk melawan. Ia memasang wajah sedihnya.
"Kau lihat, Jonathan diam saja." ucap Nita.
Sarah mengangguk kepalanya. "Sepertinya ceritamu hanyalah karangan saja ya, Laura ?"
Sarah sendiri tertawa kecil. Laura menghela nafasnya. "Kalau kalian tidak percaya, tidak masalah." sambil cemberut.
Nita dan Sarah terkekeh melihat tingkah. Lalu Sarah bersuara. "Aku ke toilet dulu ya."
"Aku ikut, aku mau benerin make up ku." ucap Nita.
Mereka berdua berpamitan ke Luara untuk pergi ke Toliet. Laura mengiyakan. Kini ia duduk sendiri sambil menunggu Nita dan Sarah
Laura kembali memandang ke arah Jonathan. Seketika ia terdiam menegang saat melihat Jonathan yang sedang tersenyum menyeringai dengan tatapan yang sulit diartikan.
Entah kebetulan atau tidak, hanya Laura sendiri 'lah yang melihat Jonathan tersenyum. Sedangkan yang lainnya, tidak ada yang melihatnya, karena mereka terlalu mengabaikan keberadaan sosok laki-laki culun itu.
Jonathan kembali memasang wajah sedihnya, ia bangkit dari duduknya dan pergi dari kantin setelah membayar makanannya. Laura menatap kepergian Jonathan. "Apa aku gak salah lihat ?"
.....
Pada malam hari, jam sudah menunjukan jam 10 malam. Di rumah besarnya, Sandi sedang memasak mie di dapur. Ia hanya sendiri, kedua orang tuanya sedang di luar Negeri.
Para pelayan sudah tidur, mereka tidur di rumah belakang yang terletak di belakang rumah besar orang tua Sandi.
Mie goreng buatannya telah selesai. Sandi mengangkat wajannya dan memindahkan mie goreng buatannya ke piring, lalu ia letakan di meja makan.
Selesai sudah, ia berjalan mendekati kulkas, ia untuk mengambil minuman dingin. Saat ia kembali ke meja makan, seketika ia terkejut bukan main.
"Halo.., hm.. Mie goreng buatanmu enak juga." ucapnya sambil tersenyum disela-sela ia menguyah makanannya.
Sosok laki-laki yang sangat dikenal oleh Sandi. Ternyata Jonathan sudah duduk sambil memakan mie goreng buatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ananda Harahap
i
2024-09-12
0
Ananda Harahap
o
2024-08-11
0
Ananda Harahap
upken
2024-08-08
0