"Dasar Psychopath !!"
Tuttt.
Sarah menutup teleponnya setelah meneriaki lawan bicaranya di seberang sana.
Ting !!
Ponsel Sarah berbunyi. Ia segera membuka ponselnya, menandakan ada pesan WA masuk.
Sarah membaca pesan baru yang terkirim ke nomernya. Beberapa detik kemudian, Sarah mencoba tetap untuk tenang setelah membacanya.
"Tenang Sarah, aku hanya sekedar ingin basa-basi menyapa dirimu. Hm... Oh iya, setelah ini, kamu laporkan nomer ini. Suruh mereka untuk melacaknya."
Itulah isi pesannya. Jonathan 'lah mengirim setelah Sarah menutup teleponnya.
Tubuh Sarah seketika melemas dan bersandar di sofa kamarnya. Ia mematikan TV-nya. Sarah terlihat tak menjadi semangat.
Tapi dalam hatinya, ia sangat marah ketika ia kembali mengingat kejadian sebelumnya yang membuatnya dirinya dijadikan tersangka.
Lalu terdengar lagi suara ponselnya berbunyi lagi. Tanpa melihat siapa yang menelponnya, Sarah langsung menjauhkan dirinya membiarkannya dari ponselnya.
Sarah memilih melangkah mendekati ranjang tidurnya. Lalu ia duduk di pinggir kasur. Sarah sudah tak ingin mendengar suara laki-laki Psychopath itu.
.....
Disamping rumah orang tua Sarah, ada Rumah orang tua Laura. Di dalam kamar, Laura sedang meletakkan ponselnya di telinganya. Ia sedang menelpon nomer Sarah.
Tapi tidak angkat. Laura berencana ingin mengajak Sarah untuk keluar, jalan-jalan selagi hari minggu. Kebetulan ada film baru yang sedang ramai-ramainya. Ia ingin mengajak kedua sahabatnya untuk ikut nonton.
Sudah tiga kali ia menelpon, tetap saja Sarah tidak mengangkatnya. Laura memilih langsung pergi ke rumah Sarah, lagian rumahnya disamping rumahnya
.....
Laura yang sudah di depan rumah sahabatnya. Ibu Sarah menyambutnya.
"Laura ? Cari Sarah ya ?" tanya ibunya Sarah.
"Iya tante, aku tadi udah telepon dia, tapi tidak diangkat." jawab Laura ramah.
"Ya sudah, langsung masuk aja, mungkin dia lagi nonton TV di dalam kamarnya."
"Ya, sudah tante, permisi." ucap Laura, dan ibunya Sarah mempersilahkan.
Laura berjalan, ia menaiki anak tangga. Sudah di lantai dua, ia langsung berjalan ke arah pintu kamar Sarah.
Tok Tok Tok !!
"Siapa ?"
Terdengar suara dari dalam kamar. Sarah menyautinya. Laura pun menjawab. "Ini aku, Laura."
Ceklek !!
"Masuk aja."
Setelah dari dalam membuka kunci kamarnya dari dalamnya.
Laura pun masuk ke dalam kamar Sarah. Lalu ia menutup kembali pintu kamar. Ia berjalan mendekati Sarah yang sudah duduk di pinggir kasur. Terlihat wajah cantik Sarah seperti sedang marah.
Laura pun duduk disampingnya. "Kamu kenapa ? Wajahmu kok kaya lagi marah ? Tadi aku telepon kamu gak diangkat-angkat."
"Benarkah ? Kamu yang menelponku ?" sahut Sarah, lalu bangkit dari duduknya, ia berjalan mendekati sofanya lalu mengambil ponselnya.
Sarah melihat ada tiga panggilan tak terjawab dari nomer Laura. Sarah menghela nafasnya. "Maaf, aku tadi mengira dia meneleponku lagi."
Laura mengerut dahinya. "Menelponmu ? Siapa ?"
"Tadi Jonathan menghubungi ponselku." jawab Sarah, wajahnya kembali marah.
Laura terbelalak. "Bukankah nomernya Jonathan sudah kita blokir ?"
Sarah menghela nafasnya, dengan kesalnya. "Dia menggunakan nomer barunya."
Lalu Sarah membuka pesan masuk WA yang dikirm Jonathan, dan ia memperlihatkan kepada Laura. "Tadi dia juga mengirim pesan setelah aku menutup teleponnya."
Laura memijit pelipisnya. Ia masih menyangka kalau Jonathan bisa menjadi sosok yang menakutkan.
"Dia seperti seorang Psychopath." ucap Sarah tiba-tiba.
Seketika Laura menoleh. "Kamu jangan bicara seperti itu."
"Tapi bukankah kamu juga melihat sikapnya yang begitu santai. Jelas-jelas dia pelaku pembunuhan, tapi dia bisa dinyatakan tak memiliki hubungan apapun dengan kasusnya. Sudah kupastikan di balik wajah polosnya, dia seorang Psychopath." kata Sarah panjang lebar.
"Tidak mungkin, aku sangat mengenalnya." ucap Laura, Sarah dengan tajam menatapnya.
Laura kembali bersuara. "Sebenarnya, dulu sebelum aku dan orang tuaku pindah ke Kota ini...."
Laura mulai menceritakan masa lalunya, yang baru kali ini ia tau. Dulu saat Laura kecil ia memiliki teman. Mereka selalu bermain bersama. Dan teman masa kecilnya yang tak lain adalah Jonathan.
Tak hanya sering bermain bersama, dari TK sampai SD, mereka berdua selalu satu sekolah yang sama. Namun setelah lulusan SD, Laura ikut kedua orang tuanya pindah ke kota yang sekarang.
Dia bahkan belum berpamitan kepada Jonathan sebelum berpisah. Dan entah takdir atau kebetulan, ia dipertemukan kembali dengan Jonathan di awal ospek di kampusnya.
Awalnya ia ragu dengan Jonathan yang merupakan teman masa kecilnya. Karena yang ia tau, Jonathan kecil yang ia kenal adalah sosok yang ceria.
Tapi sosok Jonathan yang ia kenal dikampus adalah sosok laki-laki yang pendiam, dan dari penampilannya saja, ia sudah bisa menilai kalau Jonathan adalah laki-laki culun.
Sebenarnya ia juga tidak tega dengan Jonathan yang selalu dibully. Tapi ia memilih mempertahankan egonya, karena ia memang masih ragu kalau Jonathan adalah teman masa kecilnya.
Sarah yang mendengarnya, ia hanya memasang wajah datarnya. Lalu ia bersuara. "Tapi teman masa kecilmu kini telah berbeda, sudah jelas sekali kalau dia seorang Psychopath."
"Aku ingin membenarkan kata-katamu, tapi setelah aku mengetahui fakta kalau dia adalah teman masa kecilku, aku ingin membelanya. Pasti dia punya alasan sehingga bisa seperti itu." kata Laura dengan wajah sedihnya.
Sarah mengerut dahinya. "Lalh dari mana kau tau kalau Jonathan adalah teman masa kecilmu."
Laura menghela nafasnya.
"Kau ingat ? Waktu kita ke kantor polisi. Saat Jonathan setelah selesai diintrogasi, aku tidak sengaja melihat tanda lahir di punggung tangan kirinya."
Sarah memutar bola matanya. "Mungkin hanya itu kebetulan saja, Luara. Memiliki tanda lahir di punggung tangan, tidak hanya dia, pasti ada orang lain juga punya."
"Entahlah, tapi hatiku mengatakan kalau Jonathan adalah teman masa kecilmu." kata Laura sambil menundukkan kepalanya.
"Terserah, tapi kalau dia memang teman masa kecilmu, tetap saja, dia adalah pembunuh." ucap Sarah tegas menatap Luara.
Melihat Laura tak menjawab dan hanya menunduk kepalanya saja, Sarah memegang kedua pundak sahabatnya.
"Laura lihat aku."
Laura mengangkat wajahnya, dan menatap Sarah yang juga menatapnya. Sarah pun berkata. "Mungkin kamu adalah teman kecilnya. Tapi tetap saja, sekarang dia adalah pembunuh, seperti yang kita lihat."
Laura terdiam. Ia masih setia menatap dan mendengar kata-kata Sarah.
Sarah menajutkan kata-katanya lagi. "Kita harus menghentikannya dan menyadarkannya, meski kita harus melaporkannya ke pihak berwajib, karena apa ? Karena dia adalah teman masa kecilmu."
Laura masih saja diam, tapi ia paham apa yang dikatakan Sarah.
Sarah melepas kedua pundak sahabatnya. "Ngomong-ngomong, kenapa kamu tadi menelponku ?" tanyanya, karena penasaran dan sekaligus mengalihkan pembicaraan.
Laura pun tersadar. "Ahh iya, aku ingin mengajakmu jalan-jalan, dan nonton."
"Ahh seperti ada film baru ya ?" tanya Sarah memastikan. Dan Laura mengangguk-angguk kepalanya dengan cepat karena semangat.
"Oke, ayo kita berangkat. Nita ikut tidak ?"
"Dia pasti ikut. Aku akan menelponya. Ahh aku juga pulang dulu untuk bersiap-siap." jawab Laura. Sarah memberi jempol tangannya, ia juga akan bersiap-siap.
.....
Hari sudah malam.
Di dalam rumah, terlihat ada laki-laki tengah menonton TV. Ia hanya sendiri. Semua orang rumah pergi karena mendapat undangan pernikahan anak dari teman bisnisnya.
Erik memilih tidak ikut. Karena ia lebih suka suasana sepi di rumah. Karena sudah malam, semua pembantunya telah pulang ke rumahnya mereka masing-masing karena jaraknya yang dekat.
Saat sedang serius menonton TV sambil merokok tiba-tiba lampu rumahnya mati. Tentu saja Erik spontan mengeluarkan kata-kata mutiaranya.
Perlahan Erik berdiri, ia ingin mengecek listrik rumahnya padam atau tidak.
BUGH !!
Tiba-tiba ada ada yang memukul tengkuknya dengan keras. Tentu saja, itu membuat Erik jatuh tak sadarkan diri seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ymmers
temen masa kecil KU.. not MU ..
2023-05-27
0
Nia Kurnia
entoddss aj thor itu 3 most wanted nya .
2022-05-12
0
Bahkron Sanjaya
ybiiv
2021-11-05
0