#Huru-Hara

Semua orang di tempat itu kalang kabut. Mereka berlarian kesana-kemari karena asap itu sudah mulai bereaksi. Meski pun mereka kebal terhadap peluru biasa, tapi bukan berarti tubuh mereka bisa kebal terhadap racun. Mereka justru sangat sensitif karena racun yang dibuat Jimmy tidak tanggung-tanggung.

Entah semua asap racun itu terbuat dari apa, yang jelas racun itu sudah banyak memakan korban dalam waktu yang singkat.

"Bagaimana Jim?" tanya Morgan.

"Tenang. Kita hanya perlu beberapa menit lagi." Jawab Jimmy.

"Sangat panas disini. Apa tidak berbahaya untuk kita?"

"Racun ini hanya akan bereaksi ketika masuk ke tubuh kita melalui hidung dan mulut. Ini hanya rasa panas yang tidak seberapa. Jangan cerewet."

'Oh.. dasar orang gila."

"Kau belum melihat kegilaanku yang lain."

Morgan hanya bisa geleng kepala karena ulah sahabatnya itu. Laurent menunggu di dalam mobil untuk memastikan kalau tidak ada orang yang akan menembaki mereka dari belakang. Setelah ramai oleh jeritan dan keributan di dalam, perlahan suasana mulai berubah menjadi sangat sunyi. Hanya suara hembusan angin yang terasa begitu sayu.

"Miky! Masuk!" teriak Jimmy kepada Miky

"Itu perintah untuk kita! Ayo!" ucap Miky pada teman-temannya.

Dengan cepat Miky dan anak buahnya langsung menyergap ke tempat persembunyian mereka. Tapi anehnya Miky dan anak buahnya tidak menemukan apa pun selain beberapa helai jubah yang mereka kenakan.

"Tidak ada apa-apa disini Jim." Ucap Miky pada Jimmy.

Jimmy memeriksa seluruh bagian ruangan. Tapi tidak ada satu celah pun yang menjadi jawaban kemana mereka pergi. Jimmy dan yang lainnya hanya melihat ruangan yang penuh dengan lemari buku dan juga beberapa

benda aneh yang mereka gunakan untuk ritual.

"Pasti ada sesuatu di tempat ini yang belum kita semua ketahui." Ucap Laurent sembari memeriksa semua dinding ruangan itu.

"Cari apa saja yang bisa kita gunakan untuk menghancurkan tempat ini" Perintah Jimmy.

Mereka mencari segala hal ke segala bagian tempat itu. Sampai akhirnya Morgan menemukan ada sebuah kotak yang didalamnya terdapat empat tombol dengan warna yang berbeda. Dilihat dari warnanya, sepertinya tombol itu bisa digunakan untuk membuka sebuah ruangan rahasia, atau sebuah jebakan. Setiap warna tentunya menentukan nasib bagi orang yang menekannya.

"Bagaimana Jim?" tanya Morgan.

"Kita bagi empat tim. Miky memilih tombol berwarna merah. Aku akan memilih tombol biru. Dan kau Morgan, kau pilih warna kuning. Dan untuk yang terakhir, adalah pilihanmu Laurent, yaitu warna hijau."

"Tapi aku takut ayah"

"Jangan takut Laurent, kau tidak sendirian. Anak buah Miky akan berada disampingmu.

"Baiklah ayah. Aku akan mencobanya."

Mereka pun sepakat untuk memilih tombol yang telah ditentukan oleh Jimmy. Dan ternyata benar, ada empat jalan yang terbuka di ruangan itu. Jalan yang dipilih oleh Jimmy menuju ke sebuah ruangan bawah tanah. Sedangkan yang ketiganya menuju sebuah labirin. Awalnya Jimmy merasa beruntung karena dia mendapatkan ruangan bawah tanah.

Dia juga mengira kalau Miky, Morgan dan Laurent berada di jalan yang sama. Namun ternyata dia salah. Setiap tombol menuju ke ruangan yang berbeda, dengan isi yang berbeda pula.

...****************...

Morgan dan beberapa anak buah Miky mulai menyusuri labirin itu. Semuanya terlihat sangat membingungkan, dan membuat semua orang

yang ada di tempat itu menjadi linglung.

"Tetap waspada, tempat seperti ini akan menipu kita. Buat sebuah angka disetiap pengkolan yang kita lewati, agar kita tidak tersesat. Kalian paham?"

"Kami paham maksudmu."

Morgan memilih jalan yang berbelok ke kanan. Lalu dia menengok kembali ke belakang dan juga melihat-lihat sekelilingnya. Semuanya sama. Tembok labirin yang ditumbuhi rerumputan hijau. Semakin Morgan masuk, maka tempat itu akan semakin gelap. Morgan lalu menyuruh salah satu anak buah Miky untuk menembakkan pistolnya ke depan.

Entah kenapa suara gesekan peluru yang berhenti terasa sangat jauh. Semakin ke depan,

labirin itu juga semakin gelap. Bahkan letupan api dari senapan yang ditembakkan tidak cukup untuk menerangi lorong labirin itu.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya salah seorang anak buah Miky.

"Kita keluar, lalu ledakkan tempat ini."

"Maksudmu? Kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang ada di dalam sana."

"Siapa peduli? Manusia tetaplah manusia, sehebat apa pun mereka, mereka tetap bisa mati. Jika tempat ini hancur, maka mereka akan mati dengan cara mereka sendiri."

"Oke. Aku setuju denganmu. Aku tidak mau mati karena melewati lorong sialan ini."

Akhirnya mereka pun kembali ke ruangan utama, dengan mengikuti setiap petunjuk angka yang telah mereka buat sendiri diawal mereka masuk. Jimmy terduduk diam dengan nafas terengah-engah. Dia tidak menyangka

kalau harus mendapat masalah seperti ini. Semua penyerangannya diawal mungkin sesuai dengan perhitungannya, tapi tidak untuk yang satu ini.

Diaharus menghadapi musuh yang jauh lebih kuat diatasnya. Kedua tangan dan kakinya terikat pada sebuah kursi. Semua badannya merasakan sakit karena luka yang ia dapatkan. Semua anak buah Miky yang ia bawa juga mengalami penyiksaan yang sama. Dipukul dan ditusuk dengan jarum- jarum kecil pada tubuh mereka. Pipi mereka disayat menggunakan silet.

Bahkan ada salah satu anak buah Miky yang matanya dicongkel. Tapi dia masih hidup dan masih bertahan dengan rasa sakitnya itu.

"Jimmy.... Kau masih hidup. Kami mengira kau sudah mati. Apakah kau belum cukup puas dengan siksaan yang kami berikan?" ucap orang yang memakai jubah hitam itu.

Wajahnya tidak terlihat karena jubah itu memiliki penutup kepala yang panjang dan besar. Sehingga hanya mulut dan hidung mancungnya saja yang bisa Jimmy kenali. Jimmy yang memang sudah terbiasa dari dulu

mengalami rasa sakit ditubuhnya, sama sekali tidak kaget. Jimmy justru tertawa mengejek dan meludahi wajah orang itu. Lagi, lagi, dan lagi, sebuah hantaman mendarat di wajah Jimmy.

"Bunuh saja aku. Itu kalian mampu." Kata Jimmy cengengesan.

Sekumpulan orang berjubah hitam itu hanya diam menatap Jimmy tajam. Mereka tidak mungkin membunuh Jimmy, karena itu dapat memancing kemarahan ribuan orang diluar sana. Sekarang saja, banyak orang yang sudah berdemo di depan gedung istana untuk menuntut keadilan bagi Jimmy dan teman-temannya.

Hal itu terjadi karena Liu dan Samuel, mereka menyebarkan semua bukti rekaman kegiatan yang ada dikota Bloody Grass melalui komputer yang ada di markas Pacilo. Sebagian besar orang di negara itu mulai melakukan ancaman kepada pemerintah jika permintaan mereka tidak dipenuhi. Mereka mati-matian membela Jimmy dan orang-orang yang bersamanya.

Mereka tidak lagi mempedulikan bom yang meledak beberapa waktu lalu, karena sama

sekali Jimmy tidak menyerang warga sipil. Semua kantor kepolisian dan kantor-kantor penting lainnya yang menjadi sasaran Jimmy adalah tempat para orang-orang korup berkumpul. Warga sipil yang kehilangan anggota keluarga mereka yang menjadi korban penculikan pun berkumpul untuk melakukan serangan dadakan ke kota Bloody Grass.

Mereka akan membumi hanguskan kota itu menjadi abu. Dengan bekal senjata yang mereka curi dari kantor kepolisian, mereka mulai menembaki setiap orang yang masih berpihak kepada Bloody Grass. Mereka sudah tidak peduli lagi dengan tuntutan hukum yang ada di negara ini. Mereka tidak mau lagi diperbudak oleh kebohongan yang bersumber dari Kota itu.

Dan setiap detik yang berlalu, maka jumlah warga sipil yang mengamuk pun akan semakin bertambah banyak. Jumlah mereka tidak terbendung. Militer dan pihak hukum lainnya sudah kalang kabut menghadapi situasi itu. Satu-satunya cara untuk meredam amukan mereka adalah dengan membebaskan Jimmy, membiarkan warga kota membakar habis Kota

Bloody Grass, dan selanjutnya, orang-orang yang terlibat dengan kejahatan Kota Bloody Grass harus diserahkan kepada warga sipil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!