Tak berapa lama, Jerry, Tigo, dan Tony sudah sampai ke pemakaman tempat Jimmy bersembunyi. Mereka membawa banyak sekali makanan untuk disantap bersama.
"Hey Jim!"
Jerry membuka pintu sebuah gubuk kecil di pemakaman itu.
"Oh J.. Aku hampir saja kelaparan kalau kau tidak datang."
"Yah! Lihatlah! Kami membawa banyak makanan. Dan kami yakin kau akan suka. Setidaknya mulutmu tidak lagi cerewet setelah ini."
"Hahaha."
Jimmy menyantap makanan yang dibawa oleh tiga teman barunya itu dengan lahap. Seharian ini dia merasa bosan karena tidak ada televisi ataupun radio di tempat ini. Itu adalah aturan yang diterapkan oleh pengurus makam sebelumnya.
"Oh ya Jim. Kenapa kau tidak membeli televisi yang kecil untuk kita bermain game. Setidaknya kau juga tidak bosan."
Tony mulai merasa bosan karena tempat ini begitu sepi. Yah, karena itulah tempat ini dinamakan pemakaman. Jerry mengisi rasa bosannya dengan menelfon pacarnya. Suaranya yang keras membuat Jimmy dan yang lainnya menjadi kesal.
Tigo lalu mengambil kunci mobil Jerry untuk dia bawa pergi keluar. Tapi Jerry melarangnya, karena akan ada yang curiga jika mereka terlalu sering bolak-balik daerah ini.
"Hey J! Kau bisa menghubungi pacarmu sampai bosan. Aku hanya ingin keluar sebentar untuk membeli tv dan video game. Kenapa kau melarangku J?!"
Jerry menutup telfonnya dan bangun dari kursi. Dia lalu memarahi Tigo. Hal itu bisa membahayakan semua orang. Sekarang ini bukan hanya saja Jimmy yang dicari, tapi Jerry dan dua temannya juga dicurigai polisi. Karena mereka yang paling sering membuat kenakalan di kota. Meskipun tidak seberapa, tapi hal itu sering mereka lakukan.
"Hey!"
Jimmy meneriaki mereka berdua karena mereka terus saja berdebat.
"Sebaiknya kita melihat komputerku saja. Dan melihat apa yang kita dapatkan di tempat itu."
Mereka berdua menghentikan pertengkarannya. Dan membantu Jimmy mempersiapkan semuanya. Dengan dibantu oleh Jerry dan dua temannya, Jimmy bisa mengatur tempat ini agar menjadi lebih nyaman layaknya lab komputer. Tempat itu tidak cukup luas. Jadi Jimmy harus pintar-pintar mengatur segala hal di tempat itu. Tempat inilah yang nantinya akan menjadi markasnya untuk waktu yang lama.
Setelah mempersiapkan semuanya. Mereka lalu duduk untuk melihat apa yang terjadi dengan ruang rahasia yang berada di rumah sakit itu. Gambar yang di dapat pada ponsel Jimmy cukup jelas untuk dilihat. Sayangnya, mereka masih belum melihat adanya pergerakan di tempat itu. Bahkan tak ada suara apa pun.
Terdengar suara ketukan pintu di luar, saat mereka sedang serius melihat layar komputer. Jerry mengambil pistol yang terselip di pinggangnya, untuk berjaga-jaga. Kemudian membuka kunci pintu secara perlahan.
Ternyata....
Itu adalah Miky. Mereka merasa lega karena yang mengetuk pintu itu bukanlah polisi yang sedang mencari Jimmy.
"Hey Mike?"
"Jim?"
"Apa kalian semua baik-baik saja?"
"Tenang saja Mike. Semuanya aman. Kemari sebentar."
Jimmy mengajak Miky untuk ikut serta melihat rekaman pada komputer Jimmy. Dia sama sekali tidak ingat dengan saluran pembuangan itu. Padahal, dulu Miky pernah mencuri obat-obatan di rumah sakit itu dengan menyusup lewat saluran pembuangan tersebut.
"Lalu bagaimana kau bisa tidak mengetahui adanya ruangan ini?"
"Jim, dulu aku tidak membuat lubang sendiri. Aku dan kawan kawanku melewati tempat itu. Aku tidak menyangka kalau ada ruang rahasia di rumah sakit Jim."
"Yah... Saat aku masuk ke tempat itu. Ternyata ruangan ini terhubung dengan ruangan dokter. Aku mencurigai, kalau selama ini para pelaku sudah bersembunyi di tempat itu cukup lama."
"Hmmmm."
Miky mencoba membuat sebuah rencana kembali, agar ia bisa memasuki ruangan itu.
"Bagaimana kalau kita meminta bantuan kepada teman-temanku yang lainnya?"
"Jangan Mike. Semakin banyak orang, maka akan semakin banyak juga masalah yang kita hadapi."
Jimmy ragu dengan rencana Miky. Tapi dia terus memaksa Jimmy agar melakukan hal itu. Padahal, hal ini bisa membahayakan nyawa yang lainnya. Karena mereka masih belum mengetahui siapa yang akan mereka hadapi nanti.
"Ayolah Jim! Miky sudah berpengalaman."
Tigo dan Jerry mencoba meyakinkan Jimny untuk melaksanakan rencana itu. Menurut mereka, semakin banyak orang justru akan semakin meringankan beban mereka. Apalagi banyak teman-teman Miky yang sudah menjadi tentara, dan jelas sudah memiliki kemampuan yang mumpuni.
"Hey, dengar kalian semua. Aku yakin kalau ini bukan hanya sekedar kejahatan biasa. Aku mencurigai kalau semua ini ada hubungannya dengan Bloody Grass. Aku yakin itu."
"Lalu apa rencanamu Jim?"
Miky bertanya kepada Jimmy.
"Rencanaku adalah, melihat dulu isi dari rekaman yang diberikan oleh Liu. Setidaknya aku harus mendapatkan gambaran tentang kota Bloody Grass."
"Jadi kau ingin kita masuk kesana dan mengorbankan nyawa untuk kasus sialan ini Jim?!"
Miky yang mendengar pertanyaan itu menjadi bangkit amarahnya, lalu mencekik Jerry dan menodongkan pistol padanya.
"Dengar J! Aku tidak memaksamu untuk ikut ke dalam misi ini. Tapi jika kau mengulang perkataanmu sebelumnya, aku benar-benar akan membunuhmu. Ini bukan permainan bodoh yang biasa kau mainkan dengan teman-teman homomu ini J! Apa kau paham? J?"
"Baiklah Mike. Aku mengerti. Tapi tolong jangan sebut mereka homo."
Miky lalu melepaskan tangannya, dan kembali menyimpan pistolnya itu. Walaupun dia masih sangat kesal dengan ocehan Jerry. Miky tidak suka ketika masalah serius seperti ini dihadapi dengan candaan. Apalagi, sekarang karirnya sebagai pihak berwajib sedang dipertaruhkan.
Bukan hanya saja dia. Tapi nyawa ibu dan teman-temannya yang lain juga bisa terancam.
Jimmy mendekati Miky, dan mencoba untuk menenangkan semua orang.
"Begini Mike, J, Tony, dan Tigo. Aku sungguh tidak akan memaksa kalian untuk membantuku. Tapi sekatang lihatlah, aku terancam. Begitu juga dengan kalian nantinya. Jika kita tidak melakukan tindakan apa pun untuk membongkar kasus ini, maka kita tinggal menunggu kematian kita. Oke?"
"Itu sama saja Jim. Begitu juga dengan tidak melakukan apa-apa. Kita bisa aman dan hidup nyaman Jim. Ayolah."
Jerry mulai merasa tidak yakin kalau semua ini akan berakhir dengan baik. Dia lalu mengambil kunci mobilnya,
"Miky, aku tidak ingin membahayakan siapa pun. Aku berjanji akan menjaga semua rahasia ini. Rahasia kalian semua. Mulai sekarang aku tidak akan ikut campur lagi dalam masalah ini Mike."
Jerry lalu pergi meninggalkan mereka berempat. Sedang kedua temannya, Tigo dan Tony kini lebih mempercayai Miky dan Jimmy. Mereka memutuskan untuk tetap bergabung. Dan siap untuk diminta bantuan apa pun.
"Baiklah. Sekarang semuanya sudah jelas. Biarkan Jerry sendiri dulu. Sekarang Mike, ambillah rekamannya. Dan ayo kita mulai pekerjaan kita."
"Yeah! Kami berdua akan selalu siap."
Tony dan Tigo terlihat sangat bersemangat. Dengan mengikuti Jimmy, mereka tidak perlu lagi mendengarkan mulut Jerry yang cerewet. Miky pun merasa sangat senang, karena mereka berdua sudah memilih jalannya sendiri. Kini kerja keras mereka akan dimulai pada malam ini juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Amalia Zamena
up yang banyak kak... terimakasih
2021-01-06
1