#Ruang Rahasia

Sembari terus mencoba segala cara untuk membobol pagar besi itu, Morgan dan anak buah Miky menggunakan waktu mereka untuk mengobrol. Meskipun mereka sangat terganggu dengan Jimmy yang sedari tadi tidak menghentikan tawanya itu.

"Jim! Jika kau belum gila. Bantulah kami untuk membuka pagar besi ini."

Morgan mencoba membujuk dan menenangkan Jimmy yang mungkin masih panik dengan kejadian tadi. Tapi dengan santainya Jimmy menjawab,

"Kalian tidak akan bisa membuka pagar itu hanya dengan mulut kalian saja."

Suara tawa Jimmy kembali keluar dari mulutnya. Sekarang suaranya jauh lebih keras dari pada sebelumnya. Jerry, seorang anak buah Miky yang tadi sempat menodongkan senjata kepada Jimmy, merasa kesal dengan jawaban itu. Seakan Jimmy menganggap remeh usaha mereka.

"Hey Jim! Kenapa kau tidak sumpal saja mulutmu dengan pantatmu sendiri?! Kau yang banyak bicara Jim! Kau sama sekali tidak membantu."

"Tenang Jerry. Jimmy juga pasti punya rencana."

Morgan mencoba menenangkan Jerry yang masih emosi.

"Yah! Dengan membawa kita ke tempat busuk ini, dan membuat kita hampir saja terpanggang. Mimpi apa aku semalam? sampai harus bertemu dengan orang segila itu."

"Baiklah. Baiklah. Aku minta maaf kepada kalian semua. Tapi, aku mempunyai rencana yang bagus agar kita bisa cepat sampai kesana."

Jimmy mulai menjelaskan rencananya kepada mereka. Tapi mereka menjadi ragu, karena Jimmy sudah membuat semua orang dalam bahaya.

"Dengarkan aku Jim, untuk sekali ini saja. Aku tidak mau membahayakan kita semua. Aku ingin kau mengatur rencana ini dengan sangat matang Jim."

"Aku sudah memikirkannya matang-matang Morgan. Aku sudah mengira kalau kita akan mengalami kendala di bawah sini. Maka dari itulah, kita gunakan rencana kedua."

"Bagaimana Jerry? Kau senang?"

"Baiklah Jim. Tapi jika kau berulah lagi, aku tidak segan-segan untuk menembakmu."

"Oke. Kita jalankan sekarang."

Jimmy naik ke tubuh Jerry, dengan posisi kedua kakinya berada dikedua pundak Jerry. Setelah itu, Jerry mengangkat tubuhnya agar Jimmy sampai pada sebuah lubang kecil diatas. Jimmy lantas memukul lubang kecil itu, hingga lubangnya sekarang menjadi besar. Dan Jimmy naik ke atas, hingga sampailah dia di salah satu ruangan.

Jimmy merasa aneh dengan ruangan ini, sepertinya ruangan ini adalah tempat rahasia. Karena, saat Jimmy melihat sebuah pintu dia tidak bisa membukanya. Tapi dia bisa melihat keluar melalui lubang pintu itu. Ruangan ini berasa dibalik ruangan kerja seorang dokter. Jimmy juga melihat ada seorang anggota polisi yang masih memeriksa tempat ini.

Jimmy buru-buru kabur dari tempat itu, langsung saja dia melompat ke bawah. Untunglah Jerry masih disana, dan berhasil menangkap Jimmy.

"Ada apa Jim?"

Jerry bertanya kepada Jimmy.

"Sepertinya kita sudah menemukan tempat persembunyian para pembunuh itu. Dan aku yakin kalau pelakunya adalah orang dalam."

"Apa maksudmu?"

"Morgan, Jerry, dan semuanya. Sepertinya kita tidak perlu mencuri mayat untuk kita otopsi. Karena aku sudah menemukan tempat persembunyian para pembunuh itu, dan itu tepat di atas kita. Kita harus memberitahu Mike. Agar dia yang memeriksa ruangan itu."

"Bagaimana kau bisa yakin?"

"Morgan, tepat diatas kita ini adalah ruangan rahasia. Dari ruangan itu aku bisa melihat keluar melalui celah pintu. Tapi sepertinya pintu itu hanya bisa dibuka dari luar. Kalau kalian perhatikan baik-baik, lantai yang tadi aku pukul dengan palu kelihatannya baru saja diperbaiki. Berarti para pembunuh itu melewati tempat ini juga."

"Oh Ya Tuhan! Itu artinya kita dalam masalah."

"Tenang, begini saja. Aku akan menaruh ponselku disana. Dan ponsel ini bisa aku kendalikan dari jauh. Jadi aku bisa membuka kamera dari ponsel ini tanpa menyentuhnya."

"Lalu?"

Jerry bertanya kepada Jimmy karena semakin penasaran dengan rencana Jimmy, dan dia sekarang sudah yakin kalau Jimmy memanglah orang yang cerdas dan tidak bisa diremehkan.

"Lalu, kita akan melihat apa saja yang terjadi di ruangan itu. Bagaimana? Kalian setuju."

"Baiklah Jim. Kami setuju dengan rencanamu. Tapi mereka pasti akan curiga. Lihatlah, kita sudah menghancurkan lantainya."

Mendengar jawaban dari Jerry, Jimmy mulai berfikir kembali apa yang harus dia lakukan. Karena Jerry ada benarnya, lantai itu sudah Jimmy hancurkan.

"Baiklah, begini saja. Kita jangan pedulikan soal lantainya. Aku ada rencana lain."

Jimmy kemudian menaruh ponselnya di salah satu bagian saluran pembuangan ini, agar dia bisa mengawasi siapa saja yang masuk. Tidak lupa dia juga melepas kartu ponselnya dan mengatur ponselnya kedalam mode diam , untuk memastikan ponselnya tidak akan berbunyi.

"Sekarang kita secepatnya pergi dari tempat ini. Karena aku yakin, cepat atau lambat mereka akan datang ke tempat ini. Dan kau Jerry, hubungi Morgan. Katakan kalau kita membatalkan misi pertama. Suruh dia temui aku di tempat persembunyian. Sekaligus bawa putriku kesana."

"Oke Jim."

Mereka keluar meninggalkan tempat itu, dan menuju tempat persembunyian Jimmy. Miky yang sedang bertugas tiba-tiba menerima telfon dari Jerry, yang menyuruhnya untuk ke tempat persembunyian Jimmy. Sayangnya, dia tidak bisa datang ke tempat itu karena itu akan menimbulkan kecurigaan.

Sekarang Miky harus menjaga semuanya tetap aman. Miky baru bisa datang ke pemakaman esok paginya. Terpaksa, mereka semua menginap di pemakaman. Jerry dan ke empat anak buahnya mengambil beberapa makanan dari rumah mereka masing-masing. Mengantisipasi kalau mereka akan lama di tempat itu.

Hal ini jelas membuat curiga orang-orang di rumah mereka. Mereka beralasan akan membagikan makanan itu kepada gelandangan. Setelah itu mereka kembali ke pemakaman. Saat di mobil, seorang anak buah Jerry yang bernama Tony bertanya padanya,

"J, semua orang di rumahku curiga dengan kelakuanku yang aneh. Mereka tahu bahwa selama ini aku tidak pernah memberi makan kepada gelandangan. Entah kenapa alasan itu yang harus kita sepakati bersama. Apa kau tidak punya alasan yang lebih berkelas J?"

"Benar J. Kenapa kita tidak mengatakan kepada orang tua kita, kalau kita akan merampok Bank atau yang lainnya. Itu akan lebih berkelas."

Kata Tigo menyambung pertanyaan Tony.

"Apa kalian bisa menutup mulut kalian?! Kalian pikir aku suka mengatakan hal itu?! Hah?! Ayolah! Kita harus membuat mereka lebih berfikir. Lagi pula aku juga tidak mau hidup selamanya menjadi gangster."

"J, kita bisa menjadi gangster yang besar. Kita bisa memiliki kota ini sepenuhnya. Seperti Miky. Benarkan Tigo?"

"Ya J, itu benar."

"Yah! Dan kalian bisa berharap kalian tidak pernah dilahirkan. Jika dia tahu apa yang baru saja kau bicarakan, dia pasti akan mengebirimu."

Tigo dan Tony tidak menjawab ucapan Jerry. Mereka mulai memikirkan kembali apa yang sudah mereka katakan. Miky bukanlah orang yang suka main-main untuk persoalan macam ini. Sepak terjangnya sudah diketahui semua orang. Jangankan gangster kelas teri seperti Jerry, bahkan gangster besar pun bisa takut dengannya.

Terpopuler

Comments

Amalia Zamena

Amalia Zamena

lanjut, bagus ceritanya

2020-12-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!