#Perjalanan Jimmy Don & Morgan Julian

Morgan masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Buru-buru sahabatnya itu berkemas dan mempersiapkan segala sesuatunya. Dengan terpaksa, Morgan membantu sahabatnya itu.

Jimmy yang tidak mau melihat sahabatnya kahawatir, terus berusaha menasehatinya. Mengatakan kepada Morgan bahwa semua akan baik-baik saja. Jimmy berusaha membuang keraguan pada diri sahabatnya itu. Dia ingin sahabatnya berperan penting dalam misi Jimmy. Kemampuan Morgan dalam mengusut sesuatu sudah tidak diragukan lagi.

Memang, semua itu juga Jimmy yang mengajarinya. Tapi Jimmy selalu merendah dihadapan sahabatnya itu. Mereka benar-benar seperti kakak beradik. Padahal, mereka berasal dari keluarga yang berbeda. Mereka juga bukan berasal dari negara yang sama. Hanya satu hal yang sama, yaitu mereka sama-sama memiliki tekad yang kuat dalam melakukan sesuatu. Dan mereka juga memiliki agama yang sama.

"Morgan, tenang saja. Semuanya akan baik-baik saja."

"Iya. Semoga saja begitu."

"Hey! Kita harus yakin. Kita harus terus berusaha untuk mendapatkan apa yang kita inginkan."

Jimmy mengatakannya kepada Morgan dengan penuh keyakinan. Sembari menunjuk jarinya ke dada Morgan. Dia berusaha dengan keras agar mencapai keinginannya untuk sampai ke Kota Bloody Grass. Meskipun banyak hal yang harus disiapkan, tapi Jimmy mengerjakannya tanpa lelah. Begitu juga dengan Morgan. Dia mendapatkan tugas untuk membuat sebuah pasport palsu. Dan juga mendapatkan tiket pesawat dengan meretas sistem bandara.

Hal ini memang sering Jimmy lakukan agar ia bisa keliling dunia tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Bukan hanya itu, Jimmy juga menghapus semua data tentang dirinya. Sosok Jimmy dikenal hanya dari mulut ke mulut. Tidak ada bukti pasti siapa Jimmy sebenarnya. Begitu juga dengan Morgan. Maka dari itu, mereka bisa masuk ke dunia militer bersama-sama. Mereka cukup lama melakukan pengabdian kepada negara mereka. Dirasa cukup, mereka lalu menggunakan keahliannya masing-masing untuk bertahan hidup.

Jabatan detektif swasta yang dipegang oleh Morgan pun hanyalah sebuah kedok. Nama yang tertera dimejanya adalah nama palsu. Dia dikenal dengan nama Sam Martino. Tentu saja nama itu hanyalah nama karangan Morgan. Nama sebenarnya ialah Sam Morgan Julian. Morgan awalnya adalah anak teman ayahnya Jimmy. Mereka dulu tidak mau saling mengenal. Karena Jimmy anak yang aktif, sedangkan Morgan anak yang pasif. Namun siapa sangka kalau mereka dipertemukan kembali menjadi sepasang sahabat setia.

Selama menjalin persahabatan, mereka tidak pernah bertengkar sekali pun. Sungguh luar biasa. Jarang sekali orang diluar sana yang sama seperti mereka. Jimmy kini sudah menginjak usia 37 tahun. Dan Morgan berusia 41 tahun. Meskipun usia Morgan jauh lebih tua, tapi dia tidak pernah bisa lepas dari campur tangan Jimmy. Selama ini Jimmylah yang selalu membantu Morgan setiap dia menghadapi masalah yang menyangkut keluarganya.

"Jim? Apa kau sudah yakin dengan keputusan yang kau ambil? Aku yakin ini bukan lelucon Jim."

"Hey Morgan. Tenang saja, kau tidak perlu khawatir. Kita harus membuat masa tua kita menjadi berarti. Jangan disia-siakan."

"Kau menyia-nyiakannya. Sekarang kau bahkan belum memikirkan untuk pernikahan."

"Ooh... Ayolah Morgan. Siapa yang mau dengan orang macam ini. Suka berpindah-pindah tempat."

Sebenarnya Morgan ingin menjodohkan Jimmy dengan adik istrinya yang bernama Sarah. Tapi dia masih ragu. Jimmy pasti akan. menolaknya. Karena Sarah adalah seorang janda. Apalagi sekarang Sarah sudah tidak secantik dulu. Dia belum tahu seperti apa selera Jimmy. Sepanjang perjalanan mereka, Morgan tak pernah melihat kalau Jimmy ada niat untuk menikah. Dia suka berganti-ganti pasangan. Karena kemampuannya menghilangkan jejak layaknya manusia super, Jimmy akan meninggalkan pasangannya ketika dia sudah merasa bosan.

Walaupun Jimmy orang seperti itu, tapi dia juga orang yang dermawan. Dia menghamburkan uangnya untuk membiayai kehidupan orang diluar sana yang masih merasakan kesengsaraan. Jimmy juga memiliki sebuah panti asuhan yang diurus oleh karyawannya. Tapi Jimmy jarang sekali berkunjung, dia sibuk dengan dunianya. Juga sibuk menimbun uang.

Jimmy bukanlah orang mata duitan. Dia berusaha mengumpulkan uang untuk menghidupi orang-orang miskin dan anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tuanya. Kehidupan Jimmy biasa saja, seperti orang lain pada umumnya. Dia seperti bunglon. Dimana dia berada, Jimmy selalu bisa menyatu dengan keadaan. Ketiak berada di kawasan elite, dia akan menggunakan setelan yang mahal. Tapi ketika di tempat yang sederhana, dia juga akan melakukan hal yang sama.

Bagi Jimmy, uang memang bisa membeli apa pun yang dia suka. Tapi kemanusiaan adalah segala-galanya. Sikap itu sudah tertanam sejak Jimmy kecil. Ayahnya sering mengajak Jimmy ke sebuah tempat yang kumuh dan juga tempat-tempat yang dipenuhi dengan gelandangan. Agar dia bisa menyadari makna kehidupan yang sebenarnya.

Lepas dari itu semua, Morgan yang sudah bosan menunggu Jimmy terlalu lama mempersiapkan barang bawaannya, memutuskan untuk mengambil sebotol minuman sembari menghisap rokoknya. Jimmy hanya menghela nafas melihat sikap sahabatnya yang tidak biasa itu.

"Kenapa kau tidak sekaligus mengangkut apartemen mu ini Jim?"

"Jangan cerewet. Cukup ibuku saja yang seperti itu."

"Jim. Aku sangat yakin bahwa aku bisa mengumpulkan semua informasi itu dalam waktu beberapa jam saja."

"Iya, aku tahu Morgan. Tapi ini bukan hanya soal mengumpulkan informasi."

"Lalu?"

Jimmy yang sudah selesai dengan semua persiapannya kemudian duduk disamping Morgan. Dia mengambil minuman dan juga rokoknya. Lalu menjelaskan semuanya kepada Morgan.

"Begini. Aku sudah membaca surat kabar yang kau berikan. Dan aku mencari semua informasi tentang perusahaan yang mencetak surat kabar itu."

"Ya? Dan apa hubungannya dengan Kota Bloody Grass?"

"Perusahaan itu bangkrut karena mengalami kebakaran hebat. Dan pada bulan depannya, semua orang yang bekerja di tempat itu menghilang secara misterius. Sampai sekarang belum ada kabar tentang keberadaan mereka. Dari barang-barang mereka, semuanya masih lengkap. Begitu juga dengan pakaian mereka."

"Aku tidak paham apa yang kau katakan Jim."

"Pakaian yang mereka kenakan dihari itu ada disina, Morgan. Begitu juga dengan barang-barang mereka. Jadi, kemana para karyawannya?"

"Tunggu sebentar Jim. Aku harus berfikir sejenak."

"Oke."

Jimmy dan Morgan menuang kembali minuman mereka. Sembari berbicara, sedikit demi sedikit mereka menikmati minuman dan rokoknya.

"Kita akan menuju ke Bloody Grass. Ya kan?"

"Iya."

"Lalu apa hubungannya Bloody Grass dengan perusahaan percetakan surat kabar itu?"

"Surat kabar itu terbit tiga jam sebelum kebakaran terjadi. Dan semua karyawannya menghilang setelah mereka diketahui mendatangi Bloody Grass, untuk meliput kembali berita pembantaiannya. Karena berita itu masih sangat hangat dalam kurun waktu bertahun-tahun. Itulah yang membuatku semakin tertarik."

"Hmmm... Jujur saja Jim. Awalnya aku sama sekali tidak suka dengan apa yang kau lakukan Tapi sekarang, aku menjadi tertarik."

"Nah! Begitulah harusnya sikap seorang kakak kepada adiknya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!