#Keanehan Di Rumah Sakit Bab.2

Jimmy dan Morgan akhirnya bisa membawa keluar Laurent dari rumah sakit. Mereka lalu menuju ke rumah Miky untuk meminta bantuan. Dijalan, banyak sekali orang-orang yang sedang berkumpul. Jimmy masih belum mengatakan apa pun mengenai apa yang akan terjadi pada rumah sakit itu. Tapi Jimmy berusaha meyakinkan dirinya, bahwa semua hal itu masih bisa dia cegah. Morgan dan Laurent pun tidak berani bertanya apa-apa. Wajah Jimmy terlihat begitu sangat tegang dan khawatir. Perasaan Jimmy campur aduk saat itu. Dia tidak tahu harus memulai ceritanya dari mana.

Terutama kepada Miky. Meskipun mereka bersahabat sudah sangat lama. Tapi Jimmy tidak yakin kalau Miky mau mempercayai cerita gilanya itu. Untunglah Jimmy menyimpan nomor telfon Miky sebelum mereka berpisah tadi sore. Komunikasi dengan Miky jadi lebih mudah. Mungkin nasib baik sedang berada ditangan Jimmy sekarang. Miky yang sedang mendapatkan tugasnya pun memilih untuk meninggalkan tugasnya demi menunggu kedatangan Jimmy di rumahnya.

"Mike? Syukurlah kau mau mendengarkan ucapanku."

"Duduklah Jim. Bu, tolong ambilkan kami minuman. Dia Jimmy, kalau ibu masih ingat."

Miky hanya berdua tinggal dengan ibunya yang sudah tua. Sedangkan Ayahnya sudah lama meninggalkan mereka, karena malu dengan anaknya yang dulu lebih memilih menjadi seorang gangster. Ayah melakukan hal itu demi kenyamanan dan keamanan keluarganya sendiri. Saat Miky masih menjadi seorang gangster, keluarganya juga ikut menanggung masalahnya. Alasan itulah yang membuat Ayahnya lebih memilih untuk meninggalkan Miky dan ibunya.

"Jimmy?! Kaukah itu? Oh Jim... Kami begitu merindukanmu."

Maria, Ibu Miky langsung memeluk Jimmy ketika tahu bahwa anak angkatnya kini sudah kembali bersama mereka. Jimmy sudah seperti anaknya sendiri. Bukan hanya itu, dia juga sudah menjadi sosok Kakak sekaligus Ayah dari Miky.

"Iya Ibu. Bagaimana kesehatan Ibu?"

"Sekarang aku sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan aku menjadi begitu senang sekarang, karena kau ada disini."

"Iya Bu. Sekarang Ibu masaklah yang enak. Aku akan mengobrol dengan Miky sebentar."

"Oh baiklah. Pasti ini soal perempuan yakan?"

"Ehhh...."

"Ya sudah. Lanjutkan saja."

Maria tersenyum kepada mereka lalu masuk ke dapur dan memasak makanan untuk mereka. Sementara Jimmy memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk mengatakan semua hal yang ia alami kepada Miky.

"Kenapa Jim? Kau terlihat tidak begitu baik."

Tanya Miky sembari menuangkan minuman untuknya.

Jimmy menjawab dengan sangat pelan dan hati-hati, tidak ingin Maria mendengar pembicaraan mereka.

"Dengarkan Mike. Aku ingin kau mempercayai semua yang aku katakan. Dan tolonglah, untuk kali ini saja setelah itu semuanya terserah padamu."

"Aku semakin bingung Jim. Perjelas lagi."

"Baiklah. Dengar. Aku tadi bermimpi sesuatu dan mungkin sekarang sedang terjadi. Semuanya begitu nyata, dan aku yakin semuanya akan menjadi kenyataan. Maka dari itu aku membawa sahabat dan anakku kemari."

"Oke?"

"Sekarang adalah malam saatnya kau bertugaskan?"

"Iya. Tapi aku batalkan dan diwakilkan oleh rekanku. Karena aku harus menyambutmu Jim."

"Bagus. Tapi sekarang akan ada kekacauan di rumah sakit itu Mike."

"Apa maksudmu Jim? Kau merencanakan sesuatu?"

"Tidak! Tidak! Dengarkan dulu Mike!"

"Aku bermimpi kalau semua orang di dalam rumah sakit itu akan dibunuh."

"Dan kau mempercayai mimpi konyolmu itu?"

"Ya Tuhan Mike! Kenapa kau harus memberikan pertanyaan bodoh macam itu?!"

"Jim? Mimpi hanyalah mimpi. Kau paham?"

"Mike. Aku mohon. Aku pernah bermimpi bahwa Ayahmu akan meninggalkanmu. Dan itu terjadi, Iya kan?

Masih banyak mimpi lainnya yang menjadi kenyataan Mike. Untuk sekali ini aku mohon padamu Miky. Tolonglah."

"Baiklah. Sekarang, buktikan semuanya. Ceritakan mimpi mu itu."

"Baiklah Miky."

Jimmy lalu menceritakan semua mimpinya kepada Miky. Awalnya Miky memang ragu. Tapi mau bagaimana lagi, Miky pun pernah membuktikan mimpi Jimmy tentang Ayahnya. Semua itu terjadi, dan persis seperti apa yang Jimmy katakan.

Telfon Miky tiba-tiba berbunyi. Dan dia mendapatkan panggilan dari pimpinannya karena rekannya yang sedang bertugas menelfon ke kantor bahwa dia sedang dalam bahaya dan membutuhkan bantuan. Semua unit kecuali Miky, sudah berangkat kesana. Tempat yang dikatakan dalam telfon itu adalah rumah sakit tempat Laurent dirawat.

Disitulah Miky mulai mempercayai Jimmy. Sekaligus dia membawa Jimmy untuk menemaninya ke lokasi. Jimmy diberi dua buah senjata oleh Miky. Yang satu shotgun, dan yang satunya lagi adalah pistol dengan peluru Magnum. Tak lupa mereka juga memakai rompi anti peluru. Sedangkan Morgan dan Laurent tetap menunggu di rumah Miky, karena Laurent belum membaik sepenuhnya.

Semua persiapan sudah matang, Jimmy dan Miky langsung menuju ke lokasi. Dijalanan begitu ramai. Banyak orang yang berbondong-bondong datang ke rumah sakit itu. Banyak sekali petugas di depan rumah sakit.

"Mike, sepertinya kita sudah terlambat."

"Gila! awalnya aku tidak percaya dengan ucapanmu itu Jim. Tapi setelah melihat ini, aku tidak bisa menyangkalnya."

"Mike! aku ingat sesuatu."

"Apa?"

"Dalam mimpiku, aku keluar membawa Morgan dan Laurent setelah semua kejadian mengerikan dalam rumah sakit itu. Pastinya, para pembunuh itu masih berada di sekitar sini. Melihat petugas yang begitu banyak diluar, sangat tidak mungkin kalau mereka kabur dengan cepat. Apalagi kalau lewat pintu depan."

"Kau benar Jim. Sekarang taruh senjatanya dibelakang. Aku akan menemui ketua, dan menanyakan apa yang terjadi. Sekaligus tentang para pembunuh yang kau sebutkan itu."

"Baiklah kalau begitu."

Miky memutuskan untuk menemui ketuanya dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata semuanya benar, polisi yang bertugas menggantikan Miky ditemukan mati dengan pisau yang menancap dilehernya di salah satu toilet. Dan juga mayat seorang wanita yang sudah tak berkepala ditemukan di salah satu lorong rumah sakit. Miky yang semakin penasaran lalu ikut memeriksa tempat kejadian perkara. Dia melihat kalau mayat wanita itu tergeletak disalah satu lorong yang masih satu lantai dengan tempat Laurent dirawat.

Bukan hanya itu, para petugas juga menemukan lambang Pentagram disetiap punggung para korban. Miky dan beberapa rekannya memeriksa setiap inci bagian rumah sakit. Ada salah satu ruangan dokter yang ia curigai. Miky masuk kedalam ruangan itu, lalu memeriksa lemari, laci, dan semua benda yang ada disana. Saat Miky memeriksa kolong meja kerja dokter, dia menemukan beberapa bilah pisau, dan juga sebuah kain merah dengan jaitan yang berlambang Pentagram. Kain itu lebih mirip dengan ikat kepala.

Tapi dia tidak menemukan pakaian ataupun topeng kelinci yang disebutkan oleh Jimmy dalam mimpinya. Keadaan rumah sakit ini sudah kacau balau. Padahal, Jimmy yang datang ke rumah pun tidak sampai setengah jam perjalanan. Entah bagaimana para pembunuh ini melakukan semuanya dengan sangat cepat. Kalau tidak ada petugas yang datang ke rumah sakit itu dan menelfon ke markas, pasti mereka sudah membersihkan tempat kejadian dengan sangat bersih.

Dirasa semua bukti telah cukup, Miky memberikan penemuannya kepada kepala kepolisian untuk diperiksa lebih lanjut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!