Legenda Pedang Surgawi
Jauh di atas keberadaan bumi. Sekitar jutaan mil terpisahkan jaraknya dari antara kedua tempat itu. Terdapat sebuah kehidupan, sama seperti kehidupan seorang manusia di bumi.
Jika, di pandang dari kejauhan, tempat itu terlihat seperti sebuah pulau yang mengambang di atas langit. Tapi, bila di samakan dengan sebuah pulau yang terdapat di pesisir laut di bumi. Bisa di katakan itu sebuah penghinaan. Karena luasnya sangat berbanding jauh sekali, lima persen dari luas pulau yang mengambang itu bahkan tak sama dengan luasnya bumi.
Di sebuah ruangan yang luasnya bukan main, dan di sudut tembok ruangan itu, sebuah singgasana emas yang megah terpasang di sana.
Di atas singgasana megah yang semua bahannya terlihat terbuat dari emas yang bermutu. Duduk seorang lelaki yang sangat sepuh. Terlihat dari keriput di wajahnya, tetapi berbeda dengan ciri-ciri dari seseorang yang telah berusia lanjut. Rambutnya tak menunjukkan salah satu diri-ciri itu, warna dari rambutnya tak berwarna putih, akan tetapi berwarna emas.
Ya. Rambut yang panjangnya hampir sepunggung itu keseluruhannya berwarna emas yang mengkilau. Sangat serasi sekali dengan jubah pakaian yang di pakainya yang mayoritas dari sisi jubahnya memakai warna yang sama dengan rambutnya.
"Aku tak mengekspektasikan ini akan terjadi dengan begitu cepat. Aku pikir sekitar beberapa ratus tahun lagi, rencana liciknya akan terlaksana," gumam pelan Li Zheng dengan wajah datar memandang ke seseorang.
Seorang lelaki yang gagah dengan tubuh kekar, berlutut di hadapannya, wajahnya masih menunduk ke bawah menunggu Tuannya memerintah untuk menegadahkan kepalanya.
"Mohon ingin melapor, Yang Mulia Agung. Ratusan juta pasukan yang di pimpin langsung oleh Li Ba telah berada di depan gerbang istana. Dari perkataan yang penjaga gerbang beritahu kepada Hamba, mereka menunggu kita menemuinya." Tao Sang memberitahu tentang situasi di depan.
"Kamu bisa mengangkat kepalamu Jenderal Sang...
Berbeda dengan keenam Jenderalnya lain yang telah beralih mendukung adiknya, Li Ba. Untuk membuatnya turun tahta. Tao Sang yang kekuatannya terkuat dari semuanya masih setia berada sisi Tuannya. Dia tidak termakan oleh kelicikan itu, dan sama sekali tak percaya bahwa Tuannya yang Agung telah membunuh istri dari Li Ba.
"Menemuinya? Tak ada lagi yang perlu di bicarakan. Aku tahu ia hanya menginginkan sesuatu, atau lebih tepatnya ingin memiliki kedua benda pusaka itu." Li Zheng berkata dengan nada yang monoton, tetapi di dalamnya mengandung kemarahan.
Li Zheng kemudian berdiri dari duduknya. Dan berjalan turun melewati tangga-tangga kecil yang menghubungkan singgasananya dengan lantai tempat kaki Tao Sang berpijak.
Apabila seseorang melihatnya berjalan, pasti mereka akan mengatakan bahwa Li Zheng adalah seorang yang angkuh. Itu tidak salah sama sekali, karena dari cara jalan yang di tunjukkan olehnya sebuah aura kekuasaan dan keangkuhan nampak sekali dengan jelas. Namun, di dalam dirinya ia sama sekali tidak memiliki sifat itu. Karena itu adalah kharisma yang murni dari seorang pemimpin.
"Berapa jumlah pasukan kita, Jenderal? Aku ingin menemui semua pasukan kita."
Tao Sang terdiam selama beberapa detik, menunggu Tuannya selesai menghela nafas. "Dari perkiraannku Yang Mulia, pasukan yang kita miliki jumlahnya berkisar di antara 5 juta."
Mendengar itu, Li Zheng hanya tersenyum kecut. Dia telah tahu jumlah dari musuh berapa. Dan jika di bandingkan dengan pasukannya, itu terlihat seperti bagaikan batu gunung sedang menumpu kerikil. Perbedaannya sangat jomplang.
"Huhhh..." Li Zheng menghembuskan nafas dengan pelan.
Li Zheng tahu, meskipun ia adalah individu yang terkuat di seluruh alam semesta ini. Dia yakin bisa mengalahkan seekor Raja Naga. Dan dia juga yakin dengan kemampuannya. Mengalahkan semua pemimpim yang menduduki tahta dunia ini. Akan tetapi dengan menghadapi musuh yang jumlahnya tak bisa ia hitung dengan matanya. Belum bertarung saja, hasilnya sudah terlihat jelas...
"Antar aku menemui semua pasukan kita. Aku tak mau mental mereka jatuh sebelum bertarung. Setidaknya kita harus membunuh pemimpin - pemimpin musuh," ucap Li Zheng dengan tegas, aura kepemimpinannya seketika keluar.
Tao Sang menatapnya dengan kagum. Dia sangat menyukai kepribadian dari Yang Mulia - nya. Yang tidak pantang menyerah dalam menghadapi situasi apapun, meskipun itu adalah situasi yang genting. Dia merasa Tuannya itu adalah seorang yang telah ditakdirkan menjadi pemimpin.
Tao Sang kemudian mengangangguk, dan berdiri untuk mengantar Yang Mulia- nya ke tempat semua pasukan berkumpul. Mereka berdua hanya perlu berjalan sebentar ke sana.
Beberapa waktu berlalu...
Li Zheng telah memberikan narasi yang panjang kepada seluruh pasukannya. Satu hal yang ia sampaikan dan tekankan kepada seluruh pasukannya adalah masing-masing dari mereka harus membunuh musuh sekitar 20. Karena dengan strategi itulah mereka bisa mengalahkan musuh.
Meskipun itu terdengar mustahil, tetapi strategi itulah yang paling sesuai untuk di lakukan dalam mengurangi jumlah musuh. Dan Li Zheng juga menekankan agar dirinya lah sendiri yang akan menghadapi pemimpin musuh. Semangat semua pasukannya menjadi mengembara. Layaknya api yang sedang berkobar. Ketika selesai mendengar deklarasi Yang Mulia - nya.
"Semoga semangat kalian ini, memberi kita secercah harapan." Li Zheng berkata dalam hati.
Wajah yang tadi senang berseri dengan semangat yang di tunjukkan pasukannya. Seketika kembali menjadi datar dan dingin seperti es yang membeku. Sebuah ekspresi yang ingin sekali membunuh dan menerkam musuhnya.
"Ayo kita temui mereka, Jenderal..." Li Zheng berkata kepada Tao Sang tanpa mengalihkan wajahnya menatapnya. Dan tanpa menanti respons ia kemudian melangkahkan kakinya pelan menuju tempat musuh menunggunya.
"Siap, Yang Mulia. Aku akan membawa pasukan keluar gerbang!"
Tao Sang Kemudian menjadi pemimpin pasukannya. Dia melayang di atas hadapan semua pasukannya. Sama seperti dengan apa yang di lakukan Li Zheng tadi saat berpidato. Lalu membuka mulut berkata, "Kalian semua bersiap-siap! Peperangan sebentar lagi akan terjadi. Yang Mulia memerintahkan aku untuk memimpin kalian semua dalam pertempuran ini!"
Tao Sang kemudian turun kembali ke posisi ia tadi berdiri. Tepat di hadapan seluruh pasukannya. Dia kemudian berjalan ke depan. Melihat Jenderalnya telah melangkahkan kakinya, seketika juga seluruh pasukan mengikuti sambil berjalan berbaris rapi, terlihat seperti seorang kawanan semut.
Lebar yang di miliki oleh gerbang istana ini, sama seperti dari ke seluruhan luas sebuah kota besar yang jika luasnya di jadikan sebuah gerbang maka akan menyamai gerbang istana ini. Bahkan halaman dari istana ini saja, luasnya sama seperti dengan puluhan kota besar di bumi jika di gabungkan menjadi satu.
"Buka gerbangnya!" Perintah Li Zheng kepada penjaga gerbang.
Penjaga kemudian menuruti perintah Yang Mulia - nya. Beberapa centi gerbang itu terbuka. Li Zheng telah dapat melihat musuh-musuhnya berjajar rapi. Dan pada saat gerbang itu terbuka dengan sepenuhnya. Apa yang telah di katakan Tao Sang dengan jumlah musuhnya tak salah.
Di tengah-tengah atau lebih tepatnya beberapa langkah di depan jutaan pasukan itu. Berdiri seorang lelaki yang terlihat seumuran dengannya, bahkan garis wajahnya pun sekilas terlihat mirip. Lelaki yang tak lain adalah Li Ba itu tengah tersenyum menyeringai ke arahnya.
Li Zheng yang melihat itu hanya memasang ekspresi datar dengan tatapan kosong. Tanpa di sadari oleh musuhnya, ia tengah mengalirkan tenaga dalam ke tangannya. Sebagai serangan pertama ke musuhnya yang di artikan sebagai tanda di mulainya peperangan ini.
Tak lama, Tao Sang beserta pasukannya telah berdiri di belakangnya. Semangat seluruh pasukannya tadi seketika padam saat berhadap-hadapan dengan pasukan musuh. Semangat kobaran api yang selama beberapa saat tadi berada di dalam diri mereka masing-masing, langsung padam seperti di siram oleh air.
Tanpa menoleh ke belakang, Li Zheng telah tahu semua pasukannya telah berkumpul. Dia kemudian melesat dengan kecepatan supersonik bagaikan meteor, ke arah Li Ba berdiri sambil mengarahkan kepalan tinjunya. Belum sampai satu tarikan nafas. Ia telah berada di hadapan adiknya itu. Dan seketika terjadi...
Buamm!
Ledakan itu tercipta akibat hantaman tenaga dalam yang besar saling bertemu. Li Ba terpental mundur beberapa langkah, dengan darah yang mengalir di tepi bibirnya.
"Untung saja aku sempat sedikit mengalirkan tenaga dalam ke perutku. Kalau tidak, bisa saja saat ini aku telah mati," gumamnya pelan.
Sementara itu, Li Zheng sendiri tengah berada kembali di hadapan seluruh pasukannya. Melihat Yang Mulia - nya kembali berada di hadapannya. Tao Sang kemudian berkata, "Semua pasukan yang aku cintai, serang para binatang-binatang itu!" perintahnya kepada seluruh pasukannya.
Seluruh pasukan yang melihat Yang Mulia - nya dapat melukai pemimpin musuh dalam sekali serangan. Seketika kembali membuat semangat mereka bangkit. Mendengar seruan perintah itu, mereka semua menarik senjata, dan segera berlari ke depan menyerang pasukan musuh.
Sedangkan Tao Sang masih belum beranjak dari tempatnya berdiri, ia masih menunggu Yang Mulia - nya bergerak terlebih dahulu. Namun, saat ia hanya mengedipkan mata. Tuannya telah tak berada di hadapannya. Li Zheng telah berada di hadapan Li Ba dan keenam Jenderalnya yang berkhianat.
"Aku baru melihat kecepatan seperti itu," ucap Tao Sang dengan nada kagum. Ia terperangah melihat kecepatan Yang Mulia - nya. Dia kemudian menyusul, dan berniat melawan keenam Jenderal yang pernah menjadi teman seprofesinya.
Kakak beradik itu sekarang tengah berhadap - hadapan. Hanya sekitar beberapa meter saja yang menjadi pemisah jarak antara mereka berdua. Aura petarung dari tubuh mereka berdua menguar keluar hingga menekan pasukan yang berada dekat di sekitar mereka. Membuat pasukan yang merasakan aura itu menjadi kesulitan bernafas.
Tanpa berkata sepatah kata apapun, Li Zheng langsung bergerak menyerang Li Ba. Akan tetapi, sebelum ia mencapai target serangannya, mantan keenam Jenderalnya tiba-tiba menghadangnya. Li Zheng terpaksa mengambil langkah mundur terlebih dahulu. Tangan kanannya sekarang berada di gagang pedang yang berada di pingangganya. Pedang itu di tutupi oleh jubahnya.
"Kau pikir bisa menyentuhku dengan mudah! Kau lewati mereka terlebih dahulu," ucap Li Ba sambil tersenyum sinis.
Li Zheng hanya tersenyum tipis mendengar perkataannya. Dia sama sekali tidak berfikir untuk menghapi mereka semua sendiri. Dan seperti perkiraan awalnya. Tao Sang yang tengah berada melayang di atasnya dalam posisi menyerang. Sebentar lagi akan datang untuk membantunya.
Dan tak berselang lama, telapak kakinya telah mendarat dibadan salah satu dari keenamnya. Hingga membuat salah satu Jenderal itu terlempar kuat ke belakang terseret jauh di tanah. Akibat tendangan yang di berikan Tao Sang.
"Kalian terlalu hina untuk menghadapi, Yang Mulia Agung." Tao Sang berkata sembari bergerak memberikan serangan susulan. Menggunakan pedangnya yang berbilah tipis, tetapi sangat tajam. Dia menyerang dengan cepat dan lihai, gerakannya seperti belut yang bergerak-gerak.
Di sisi lain pasukan dari kedua belah pihak telah menyerang satu sama lain. Awalnya, pasukan dari Li Zheng sedikit kewalahan, tetapi dengan berjalannya waktu mereka kembali bisa mendapatkan momentum membuat pertarungan menjadi seimbang.
Melihat itu, Li Ba menjadi kesal dan geram. Ia sama sekali tak senang dengan situasi saat ini. Dia berfikir rencananya ini akan di lalui dengan jalan yang mudah, tetapi perkiaraan hanyalah sebuah perkiraan yang hanya samar-samar menebak apa yang akan terjadi. Terbukti bahwa perkiraannya sepenuhnya salah, bahkan saat ini ia mempunyai firasat situasi yang akan di dapati pihaknya akan semakin memburuk.
"Apa itu?" Li Ba sedikit menyipitkan mata memandang Li Zheng.
Tiba-tiba aura membunuh menyelimuti seluruh area ini. Beberapa prajurit terjatuh di tanah dengan darah keluar dari lubang seluruh tubuhnya, karena tak sanggup menahan aura itu. Li Ba segera mengeksplorasi mencari sumber dari aura itu. Dan benar saja dari firasatnya, sumber dari aura membunuh itu berasal dari Li Zheng.
Di sisi lain, ia juga merasakan kebahagiaan. Karena pusaka yang ia ingin miliki telah berada di depan kedua bola matanya, tetapi di sisi berlawanannya juga ia sedikit khawatir melihat kekuatan dari pedang pusaka itu. Jelas hal yang tak mau ia lihat terjadi di pasukannya, sepertinya akan segera terlaksana.
Li Zheng mengeluarkan pedang dari balik jubahnya. Menunjukkan bilah pedang itu sangatlah tajam, dan memiliki aura mencekam. "Tak akan ku biarkan kedua pusaka warisan istana ini jatuh ke tangan orang yang salah..."
Setelah berkata demikian, ia dengan cepat menyerang musuhnya. Dalam satu tarikan nafas, ia telah berada di depan Li Ba dengan tangan kanannya mengayunkan pedang ke arah leher nadinya berada.
Li Ba tak ingin mati, melihat itu ia sesegeranya juga mengeluarkan pedang nya, ingin menangkis serangan yang akan datang.
**
Sebulan telah berlalu. Pertempuran antara kedua belah pihak masih berlanjut, tetapi tepat di jam, menit, dan detik ini. Hasil dari pertempuran besar itu telah terlihat. Pasukan dari Li Zheng saat ini telah hampir sampai kepada kekalahan. Jumlah mereka sekarang hanya berkisar sekitar 20 ribu.
Sedangkan pasukan yang di bawa musuh sekarang tersisa 20 juta dari total 100 juta yang mereka bawa. Sebetulnya jumlah dari pasukan Li Ba tidak sebesar itu, hanya saja ia menghasut beberapa Jenderal dan prajurit untuk melakukan fitnah kepada prajurit istana kepada Li Zheng lalu kemudian menyebarkan dan menimbulkan asumsi yang salah bahwa pembunuhan istrinya di lakukan oleh pemimpinnya sendiri. Dan ia berjanji akan memberikan imbalan yang memuaskan, kalau mereka ingin menjadi bawahannya.
Padahal, dalang yang sebenarnya adalah dia sendiri, yang membunuh dengan sadis istri dan anaknya agar skenario dari rencananya berjalan lancar.
"Lebih baik kau serahkan kedua benda pusaka itu!" Teriak Li Ba sambil melayangkan serangan kepada kakaknya itu.
Li Zheng saat ini sedang terpuruk, satu telinganya putus. Akibat melawan Li Ba dan ketiga sisa Jenderal. Tao Sang telah tewas, ia hanya mampu membunuh tiga orang Jenderal.
"Aku tak akan, memberikan apapun kepada kau! Tidak ada yang pantas peninggalan leluhur kita, engkau dapatkan!"
Sedetik setelah berkata demikian, Li Zheng tiba - tiba membuka jubahnya lalu mengambil sebuah kitab dalam sakunya. Terlihat sayatan-sayatan pedang yang dalam, tertera di dadanya.
"Apa yang akan kau lakukan! Jangan bertindak bodoh!" Li Ba geram melihat apa yang akan di lakukan sebentar lagi oleh kakaknya.
Li Zheng hanya tersenyum merekah melihat ekspresi adiknya itu. Dia mengalirkan semua tenaga dalam yang di masih tersisa di tubuhnya ke kedua tangannya. Dalam posisi hendak melempar, sesuai dengan posisinya ia mengangkat kedua benda pusaka itu sekaligus.
Li Ba dan ketiga Jenderal segera bergerak menghentikannya, tetapi sudah terlambat. Li Zheng dengan kekuatan penuhnya melempar kedua benda itu ke kedua arah yang berbeda. Tangan kanannya melempar pedang ke selatan, sedangkan kitab ia lempar ke timur. Kedua benda itu langsung menghilang dari jangkaun mata mereka semua, karena kecepatan lajunya melebihi kilat petir.
Melihat itu, Li Ba dengan geram menusukkan mata pedangnya tepat ke arah tengah perut Li Zheng berada. "Dasar tak berguna..."
**
Bagi yang bingung mengapa Li Zheng bisa melempar sampai sejauh itu, padahal pulau ini sangat besar.
Power Of, Li Zheng : Gunung pun akan lenyap, dalam satu ayunan tanganku!
Maaf jika ada kesalahan, semacam Typo.
Mohon menjadi penyemangat saya untun. Meng- Like, Vote, dan komen ceritaku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Derajat
Alur awal yang bagus
semoga tidak putus ditengah jalan
2023-10-31
0
Harman LokeST
semoga yang mendapatkan pedang dan kitab itu adalah orang yang sama
2023-10-03
0
Rizky Adeva
mantap nih alur ceritanya
2022-02-14
0