Menyusup

Di depan sebuah gerbang terlihat seseorang berjubah hitam duduk di atas kuda terus memacu kudanya dan berhenti di pos penjaga.

"Berhenti! Kau tunjukkan lencanamu dulu, baru bisa masuk kedalam."

Li Fang yang sedang menyamar di buat kebingungan dengan apa yang di katakan oleh salah satu anggota Kelompok ini. Namun, setelah berfikir beberapa saat. Dia langsung mengerti apa yang di maksud. Li Fang mencoba memeriksa jubah yang di pakainya. Dan ia menemukan sebuah lencana bergambar tengkorak.

"Baik, kau bisa masuk!"

Li Fang kemudian masuk kedalam, menjauh dari pos penjaga.

"Tunggu!"

Seruan itu terpaksa ia memberhentikan langkah kudanya.

"Ada apa lagi?" tanya Li Fang sambil memasang wajah datar. Namun, jantungnya saat ini berdetak cepat, ia takut penyamarannya terbongkar.

"Eh, aku yang telah beberapa tahun berjaga di cabang markas ini baru melihat wajahmu..."

"Cabang markas?" Pikir Li Fang sambil membatin.

Yang tak di ketahui Li Fang adalah bekas Sektenya ini di gunakan oleh Aliansi Aliran Hitam untuk di jadikan markas pertahanan. Tidak ada yang tahu di mana letak markas pusat Mo Xing dan kawan-kawannya berada. Namun, cabang markas-markas kecilnya mereka tidak tutupi.

"Hehe, kau mungkin memang baru melihatku. Aku sama sekali tak pernah keluar dari gerbang ini," balas Li Fang senaturalnya.

Jika ia ingin nyawanya aman. Dia harus berakting layaknya pemain film hebat.

"Benarkah?" Berkata orang itu sambil memegang dagunya berfikir.

"Maaf, maafkan aku...itu pasti daun beracun yang di surukan oleh Ketua, yah?"

Di tangannya sekarang terdapat tas kecil yang berisi daun-daun yang di petik oleh orang tadi sewaktu di hutan. "Untung saja aku membawa daun aneh ini. Jika tidak, habislah aku sekarang," katanya dalam hati.

"Betul, ini adalah daun beracun yang di minta Ketua. Tapi, aku mau bertanya, Ketua sekarang berada dimana? Aku mau memberikan daun ini..."

Li Fang tak tahu siapa orang yang di sebut Ketua itu. Namun, ia tak lupa menanyakan keberadaannya. Dia harus memanfaatkan penyamarannya ini dengan detail.

"Ah, kau tak akan di izinkan untuk langsung menemui Ketua. Kau tinggal berjalan ke depan ruangannya, dan berikan daun itu kepada penjaga yang dirimu temui."

Nada dari perkataan anggota yang menjaga pos itu sedikit curiga. Orang itu berfikir mengapa anggota dari kelompoknya ini tak tahu tentang keberadaan letak ruangan Ketuanya berada.

Akan tetapi, Li Fang segera menjauh dari orang itu, tak mau membuatnya semakin curiga.

"Makasih, karena telah memberitahuku! Aku pergi dulu!"

Li Fang meninggalkan orang itu yang tengah memandangnya curiga. Berusaha mendekatkan dirinya keruangan Ketua Kelompok ini sekarang menjadi tujuannya saat ini.

**

Tanpa di sadari oleh Li Fang, dua individu mengamatinya. Kedua individu tersebut berada di atas genteng tertinggi bangunan ini.

"Apa kakak ingin di sini terus?! Mengamati pergerakan anak itu sampai kita gosong di terpa panasnya sinar matahari." Salah satu dari keduanya berkata dengan kesal.

Sedangkan, individu satunya yang secara tidak langsung di berikan pertanyaan tak membalas. Individu yang terlihat sekilas telah berusia di atas 20 tahun tidak pernah mengalihkan pandangannya kemanapun. Matanya terus mengamati Li Fang, yang saat ini berbicara dengan penjaga pos gerbang.

"Bu'er, kau sabar dulu, jika matahari sudah berada di puncaknya. Kita akan mencari sudut tempat yang agak teduh."

Anak remaja yang terlihat kurang lebih usianya hampir sama dengan Li Fang mendengus kesal setelah mendengar individu yang di panggilnya Kakak.

Nama anak remaja itu Jia Bingbu, sedangkan yang satunya adalah Jia Song. Mereka berdua sudah sedari tadi menguntit Li Fang. Jia Song tertarik dengan Li Fang saat tak sengaja lewat di hutan, ia melihat anak itu membunuh seorang Pendekar Aliran Hitam.

"Lagipula, manfaatnya apa coba, menguntit anak itu. Aku benar - benar tidak mengerti apa maksud dari tindakan Kakak ini!"

Jia Bingbu sejak tadi menggerutu, tetapi Jia Song sama sekali tidak memperdulikannya. Pandangannya tak pernah berlabuh, ia terus-menerus mengamati Li Fang.

Karena pandangannya tak pernah lepas dari Li Fang. Yang di bawah sana tengah berjalan masuk di atas kuda. Ia kemudian menarik tangan Jia Bingbu. Namun, tarikan tangan itu tak di balas dengan menurut olehnya.

"Cepat, Bu'er, sebelum anak itu menghilang!"

"Maksud Kakak apa? Aku kira kita akan mencari tempat yang teduh? Tapi, mengapa, Kakak masih mau menguntitnya!"

"Apa mau, kau ku tinggalkan di sini sendirian? Lebih kamu ikut kata Kakak, kita berdua akan ikut bermain dalam permainan yang di buat anak itu..."

Tanpa menunggu respons adiknya, ia segera menarik paksa lengannya. Dan kemudian menghampiri, lalu menyerang penjaga yang berada di pos tersebut.

Kakak beradik itu dalam beberapa serangan berhasil menotok pingsan tiga anggota yang berjaga di gerbang. Gerakan dari keduanya lumayan lincah.

Tak sengaja melihat seutas tali rotan di dalam pos itu. Keduanya lantas mengikat tubuh ketiga penjaga itu. Lalu membawa pergi agak jauh keluar dari jarak gerbang.

Mereka berdua mengambil jubah pakaian mereka untuk di pakai ke tubuh masing-masing. Awalnya Jia Bingbu menolak, tetapi setelah di paksa oleh Jia Song. Ia akhirnya mau memakai.

"Tadi aku melihat anak itu pergi ke area belakang bangunan ini...," ucap pelan Jia Song sambil berjalan santai.

Wajah jutek dan malas mengiringi jalannya Jia Bingbu, yang ikut berjalan santai di samping Kakaknya.

**

Seluk beluk sudut dari seluruh bangunan ini, bahkan jumlah kamarnya saja ia masih ingat dengan jelas. Hal itu tak beralasan, karena disinilah tempat ia lahir dan di besarkan.

Karena demikian pula, ia pergi ke area paling belakang bangunan ini. Di belakang adalah kandang kuda. Li Fang menyimpan kuda yang ia ambil dari anggota kelompok ini sewaktu di hutan.

Setelah mengembalikan kuda itu ke kandangnya, Li Fang segera melangkah ke pintu masuk bangunan ini dengan di tangannya membawa daun beracun itu.

Dalam perjalanannya, ia tak sengaja berpapasan dengan kedua orang yang memakai jubah sama sepertinya. Dia segera menutup kepalanya dengan tudung jubah ini.

"Kalau aku berpapasan dengan beberapa anggota Kelompok ini, lebih baik aku segera menjauh saja. Tapi, mereka berdua..." batin Li Fang sambil berjalan sambil sesekali menoleh ke kedua orang yang tadi berpapasan dengannya

Namun, dalam langkahnya itu. Li Fang terlihat menyunggingkan senyum terhibur.

Jia Song dan Jia Bingbu terus mengikut Li Fang. Dari penyamarannya, mereka berdua sangat santai seperti sudah terbiasa melakukan ini.

Sementara itu, tanpa terlihat oleh mereka berdua. Li Fang tiba-tiba menghilang dari pandangan jangkauan mata mereka.

"Apa kau melihat dia pergi kemana, Bu'er?" tanya Jia Song sambil menoleh keseluruh penjuru.

"Aku juga tak tahu, Kak. Sama sekali mataku tak menangkap pergerakannya."

Pada saat itu Jia Song seketika di buat panik. Dia berani masuk jauh kedalam karena ingin mengikuti anak itu, karena ia penasaran terhadapnya. Namun, ketika ia kehilangannya? Untuk apalagi dirinya berada sini.

"Coba kita berpencar, Bu'er, barangkali salah satu dari kita menemukannya."

Jia Song berfikir ketika berpencar hal yang paling logis salah satu dari keduanya kemungkinan mendapatkan pergerakan anak itu kembali.

Dengan malas Jia Bingbu membalas. "Baiklah, aku sebagai adik yang baik hati akan menurut."

Jia Song hanya tersenyum tipis mendengar perkataan adiknya.

Karena di depannya sekarang terdapat sebuah lorong kecil pertigaan. Jia Song memutuskan mencari kekiri, sedangkan Jia Bingbu kanan. Jika mereka berdua sekali lagi tak menemukan keberadaannya...

"Jelas dia berjalan lurus..." ucap Jia Song setelah mereka berdua memutuskan masing-masing mengambil arah mana.

Namun, sebelum mereka berdua bergerak. Sebuah suara datang dari belakang.

"Jangan berfikir kalian bisa bersembunyi dari penglihatanku. Aku tahu kalian berdua bukan dari Kelompok Aliansi ini..."

Kakak beradik itu seketika bergidik takut, keringat dingin keluar dari dahi mereka. Mereka mengira pemilik suara itu adalah anggota markas ini. Dengan ritme yang sama Jia Song dan Jia Bingbu berbalik bersamaan.

Seorang Pemuda menyambut pandangan takut mereka dengan senyuman tipis.

Terpopuler

Comments

Harman LokeST

Harman LokeST

buuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuunuhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh seeeeeeemuuuuuuanyaaaaassssaaaaaa

2023-10-03

0

Machan

Machan

Auranya begitu kuat ya bisa bikin takut😄

2020-12-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!