Jauh di atas keberadaan bumi. Sekitar jutaan mil terpisahkan jaraknya dari antara kedua tempat itu. Terdapat sebuah kehidupan, sama seperti kehidupan seorang manusia di bumi.
Jika, di pandang dari kejauhan, tempat itu terlihat seperti sebuah pulau yang mengambang di atas langit. Tapi, bila di samakan dengan sebuah pulau yang terdapat di pesisir laut di bumi. Bisa di katakan itu sebuah penghinaan. Karena luasnya sangat berbanding jauh sekali, lima persen dari luas pulau yang mengambang itu bahkan tak sama dengan luasnya bumi.
Di sebuah ruangan yang luasnya bukan main, dan di sudut tembok ruangan itu, sebuah singgasana emas yang megah terpasang di sana.
Di atas singgasana megah yang semua bahannya terlihat terbuat dari emas yang bermutu. Duduk seorang lelaki yang sangat sepuh. Terlihat dari keriput di wajahnya, tetapi berbeda dengan ciri-ciri dari seseorang yang telah berusia lanjut. Rambutnya tak menunjukkan salah satu diri-ciri itu, warna dari rambutnya tak berwarna putih, akan tetapi berwarna emas.
Ya. Rambut yang panjangnya hampir sepunggung itu keseluruhannya berwarna emas yang mengkilau. Sangat serasi sekali dengan jubah pakaian yang di pakainya yang mayoritas dari sisi jubahnya memakai warna yang sama dengan rambutnya.
"Aku tak mengekspektasikan ini akan terjadi dengan begitu cepat. Aku pikir sekitar beberapa ratus tahun lagi, rencana liciknya akan terlaksana," gumam pelan Li Zheng dengan wajah datar memandang ke seseorang.
Seorang lelaki yang gagah dengan tubuh kekar, berlutut di hadapannya, wajahnya masih menunduk ke bawah menunggu Tuannya memerintah untuk menegadahkan kepalanya.
"Mohon ingin melapor, Yang Mulia Agung. Ratusan juta pasukan yang di pimpin langsung oleh Li Ba telah berada di depan gerbang istana. Dari perkataan yang penjaga gerbang beritahu kepada Hamba, mereka menunggu kita menemuinya." Tao Sang memberitahu tentang situasi di depan.
"Kamu bisa mengangkat kepalamu Jenderal Sang...
Berbeda dengan keenam Jenderalnya lain yang telah beralih mendukung adiknya, Li Ba. Untuk membuatnya turun tahta. Tao Sang yang kekuatannya terkuat dari semuanya masih setia berada sisi Tuannya. Dia tidak termakan oleh kelicikan itu, dan sama sekali tak percaya bahwa Tuannya yang Agung telah membunuh istri dari Li Ba.
"Menemuinya? Tak ada lagi yang perlu di bicarakan. Aku tahu ia hanya menginginkan sesuatu, atau lebih tepatnya ingin memiliki kedua benda pusaka itu." Li Zheng berkata dengan nada yang monoton, tetapi di dalamnya mengandung kemarahan.
Li Zheng kemudian berdiri dari duduknya. Dan berjalan turun melewati tangga-tangga kecil yang menghubungkan singgasananya dengan lantai tempat kaki Tao Sang berpijak.
Apabila seseorang melihatnya berjalan, pasti mereka akan mengatakan bahwa Li Zheng adalah seorang yang angkuh. Itu tidak salah sama sekali, karena dari cara jalan yang di tunjukkan olehnya sebuah aura kekuasaan dan keangkuhan nampak sekali dengan jelas. Namun, di dalam dirinya ia sama sekali tidak memiliki sifat itu. Karena itu adalah kharisma yang murni dari seorang pemimpin.
"Berapa jumlah pasukan kita, Jenderal? Aku ingin menemui semua pasukan kita."
Tao Sang terdiam selama beberapa detik, menunggu Tuannya selesai menghela nafas. "Dari perkiraannku Yang Mulia, pasukan yang kita miliki jumlahnya berkisar di antara 5 juta."
Mendengar itu, Li Zheng hanya tersenyum kecut. Dia telah tahu jumlah dari musuh berapa. Dan jika di bandingkan dengan pasukannya, itu terlihat seperti bagaikan batu gunung sedang menumpu kerikil. Perbedaannya sangat jomplang.
"Huhhh..." Li Zheng menghembuskan nafas dengan pelan.
Li Zheng tahu, meskipun ia adalah individu yang terkuat di seluruh alam semesta ini. Dia yakin bisa mengalahkan seekor Raja Naga. Dan dia juga yakin dengan kemampuannya. Mengalahkan semua pemimpim yang menduduki tahta dunia ini. Akan tetapi dengan menghadapi musuh yang jumlahnya tak bisa ia hitung dengan matanya. Belum bertarung saja, hasilnya sudah terlihat jelas...
"Antar aku menemui semua pasukan kita. Aku tak mau mental mereka jatuh sebelum bertarung. Setidaknya kita harus membunuh pemimpin - pemimpin musuh," ucap Li Zheng dengan tegas, aura kepemimpinannya seketika keluar.
Tao Sang menatapnya dengan kagum. Dia sangat menyukai kepribadian dari Yang Mulia - nya. Yang tidak pantang menyerah dalam menghadapi situasi apapun, meskipun itu adalah situasi yang genting. Dia merasa Tuannya itu adalah seorang yang telah ditakdirkan menjadi pemimpin.
Tao Sang kemudian mengangangguk, dan berdiri untuk mengantar Yang Mulia- nya ke tempat semua pasukan berkumpul. Mereka berdua hanya perlu berjalan sebentar ke sana.
Beberapa waktu berlalu...
Li Zheng telah memberikan narasi yang panjang kepada seluruh pasukannya. Satu hal yang ia sampaikan dan tekankan kepada seluruh pasukannya adalah masing-masing dari mereka harus membunuh musuh sekitar 20. Karena dengan strategi itulah mereka bisa mengalahkan musuh.
Meskipun itu terdengar mustahil, tetapi strategi itulah yang paling sesuai untuk di lakukan dalam mengurangi jumlah musuh. Dan Li Zheng juga menekankan agar dirinya lah sendiri yang akan menghadapi pemimpin musuh. Semangat semua pasukannya menjadi mengembara. Layaknya api yang sedang berkobar. Ketika selesai mendengar deklarasi Yang Mulia - nya.
"Semoga semangat kalian ini, memberi kita secercah harapan." Li Zheng berkata dalam hati.
Wajah yang tadi senang berseri dengan semangat yang di tunjukkan pasukannya. Seketika kembali menjadi datar dan dingin seperti es yang membeku. Sebuah ekspresi yang ingin sekali membunuh dan menerkam musuhnya.
"Ayo kita temui mereka, Jenderal..." Li Zheng berkata kepada Tao Sang tanpa mengalihkan wajahnya menatapnya. Dan tanpa menanti respons ia kemudian melangkahkan kakinya pelan menuju tempat musuh menunggunya.
"Siap, Yang Mulia. Aku akan membawa pasukan keluar gerbang!"
Tao Sang Kemudian menjadi pemimpin pasukannya. Dia melayang di atas hadapan semua pasukannya. Sama seperti dengan apa yang di lakukan Li Zheng tadi saat berpidato. Lalu membuka mulut berkata, "Kalian semua bersiap-siap! Peperangan sebentar lagi akan terjadi. Yang Mulia memerintahkan aku untuk memimpin kalian semua dalam pertempuran ini!"
Tao Sang kemudian turun kembali ke posisi ia tadi berdiri. Tepat di hadapan seluruh pasukannya. Dia kemudian berjalan ke depan. Melihat Jenderalnya telah melangkahkan kakinya, seketika juga seluruh pasukan mengikuti sambil berjalan berbaris rapi, terlihat seperti seorang kawanan semut.
Lebar yang di miliki oleh gerbang istana ini, sama seperti dari ke seluruhan luas sebuah kota besar yang jika luasnya di jadikan sebuah gerbang maka akan menyamai gerbang istana ini. Bahkan halaman dari istana ini saja, luasnya sama seperti dengan puluhan kota besar di bumi jika di gabungkan menjadi satu.
"Buka gerbangnya!" Perintah Li Zheng kepada penjaga gerbang.
Penjaga kemudian menuruti perintah Yang Mulia - nya. Beberapa centi gerbang itu terbuka. Li Zheng telah dapat melihat musuh-musuhnya berjajar rapi. Dan pada saat gerbang itu terbuka dengan sepenuhnya. Apa yang telah di katakan Tao Sang dengan jumlah musuhnya tak salah.
Di tengah-tengah atau lebih tepatnya beberapa langkah di depan jutaan pasukan itu. Berdiri seorang lelaki yang terlihat seumuran dengannya, bahkan garis wajahnya pun sekilas terlihat mirip. Lelaki yang tak lain adalah Li Ba itu tengah tersenyum menyeringai ke arahnya.
Li Zheng yang melihat itu hanya memasang ekspresi datar dengan tatapan kosong. Tanpa di sadari oleh musuhnya, ia tengah mengalirkan tenaga dalam ke tangannya. Sebagai serangan pertama ke musuhnya yang di artikan sebagai tanda di mulainya peperangan ini.
Tak lama, Tao Sang beserta pasukannya telah berdiri di belakangnya. Semangat seluruh pasukannya tadi seketika padam saat berhadap-hadapan dengan pasukan musuh. Semangat kobaran api yang selama beberapa saat tadi berada di dalam diri mereka masing-masing, langsung padam seperti di siram oleh air.
Tanpa menoleh ke belakang, Li Zheng telah tahu semua pasukannya telah berkumpul. Dia kemudian melesat dengan kecepatan supersonik bagaikan meteor, ke arah Li Ba berdiri sambil mengarahkan kepalan tinjunya. Belum sampai satu tarikan nafas. Ia telah berada di hadapan adiknya itu. Dan seketika terjadi...
Buamm!
Ledakan itu tercipta akibat hantaman tenaga dalam yang besar saling bertemu. Li Ba terpental mundur beberapa langkah, dengan darah yang mengalir di tepi bibirnya.
"Untung saja aku sempat sedikit mengalirkan tenaga dalam ke perutku. Kalau tidak, bisa saja saat ini aku telah mati," gumamnya pelan.
Sementara itu, Li Zheng sendiri tengah berada kembali di hadapan seluruh pasukannya. Melihat Yang Mulia - nya kembali berada di hadapannya. Tao Sang kemudian berkata, "Semua pasukan yang aku cintai, serang para binatang-binatang itu!" perintahnya kepada seluruh pasukannya.
Seluruh pasukan yang melihat Yang Mulia - nya dapat melukai pemimpin musuh dalam sekali serangan. Seketika kembali membuat semangat mereka bangkit. Mendengar seruan perintah itu, mereka semua menarik senjata, dan segera berlari ke depan menyerang pasukan musuh.
Sedangkan Tao Sang masih belum beranjak dari tempatnya berdiri, ia masih menunggu Yang Mulia - nya bergerak terlebih dahulu. Namun, saat ia hanya mengedipkan mata. Tuannya telah tak berada di hadapannya. Li Zheng telah berada di hadapan Li Ba dan keenam Jenderalnya yang berkhianat.
"Aku baru melihat kecepatan seperti itu," ucap Tao Sang dengan nada kagum. Ia terperangah melihat kecepatan Yang Mulia - nya. Dia kemudian menyusul, dan berniat melawan keenam Jenderal yang pernah menjadi teman seprofesinya.
Kakak beradik itu sekarang tengah berhadap - hadapan. Hanya sekitar beberapa meter saja yang menjadi pemisah jarak antara mereka berdua. Aura petarung dari tubuh mereka berdua menguar keluar hingga menekan pasukan yang berada dekat di sekitar mereka. Membuat pasukan yang merasakan aura itu menjadi kesulitan bernafas.
Tanpa berkata sepatah kata apapun, Li Zheng langsung bergerak menyerang Li Ba. Akan tetapi, sebelum ia mencapai target serangannya, mantan keenam Jenderalnya tiba-tiba menghadangnya. Li Zheng terpaksa mengambil langkah mundur terlebih dahulu. Tangan kanannya sekarang berada di gagang pedang yang berada di pingangganya. Pedang itu di tutupi oleh jubahnya.
"Kau pikir bisa menyentuhku dengan mudah! Kau lewati mereka terlebih dahulu," ucap Li Ba sambil tersenyum sinis.
Li Zheng hanya tersenyum tipis mendengar perkataannya. Dia sama sekali tidak berfikir untuk menghapi mereka semua sendiri. Dan seperti perkiraan awalnya. Tao Sang yang tengah berada melayang di atasnya dalam posisi menyerang. Sebentar lagi akan datang untuk membantunya.
Dan tak berselang lama, telapak kakinya telah mendarat dibadan salah satu dari keenamnya. Hingga membuat salah satu Jenderal itu terlempar kuat ke belakang terseret jauh di tanah. Akibat tendangan yang di berikan Tao Sang.
"Kalian terlalu hina untuk menghadapi, Yang Mulia Agung." Tao Sang berkata sembari bergerak memberikan serangan susulan. Menggunakan pedangnya yang berbilah tipis, tetapi sangat tajam. Dia menyerang dengan cepat dan lihai, gerakannya seperti belut yang bergerak-gerak.
Di sisi lain pasukan dari kedua belah pihak telah menyerang satu sama lain. Awalnya, pasukan dari Li Zheng sedikit kewalahan, tetapi dengan berjalannya waktu mereka kembali bisa mendapatkan momentum membuat pertarungan menjadi seimbang.
Melihat itu, Li Ba menjadi kesal dan geram. Ia sama sekali tak senang dengan situasi saat ini. Dia berfikir rencananya ini akan di lalui dengan jalan yang mudah, tetapi perkiaraan hanyalah sebuah perkiraan yang hanya samar-samar menebak apa yang akan terjadi. Terbukti bahwa perkiraannya sepenuhnya salah, bahkan saat ini ia mempunyai firasat situasi yang akan di dapati pihaknya akan semakin memburuk.
"Apa itu?" Li Ba sedikit menyipitkan mata memandang Li Zheng.
Tiba-tiba aura membunuh menyelimuti seluruh area ini. Beberapa prajurit terjatuh di tanah dengan darah keluar dari lubang seluruh tubuhnya, karena tak sanggup menahan aura itu. Li Ba segera mengeksplorasi mencari sumber dari aura itu. Dan benar saja dari firasatnya, sumber dari aura membunuh itu berasal dari Li Zheng.
Di sisi lain, ia juga merasakan kebahagiaan. Karena pusaka yang ia ingin miliki telah berada di depan kedua bola matanya, tetapi di sisi berlawanannya juga ia sedikit khawatir melihat kekuatan dari pedang pusaka itu. Jelas hal yang tak mau ia lihat terjadi di pasukannya, sepertinya akan segera terlaksana.
Li Zheng mengeluarkan pedang dari balik jubahnya. Menunjukkan bilah pedang itu sangatlah tajam, dan memiliki aura mencekam. "Tak akan ku biarkan kedua pusaka warisan istana ini jatuh ke tangan orang yang salah..."
Setelah berkata demikian, ia dengan cepat menyerang musuhnya. Dalam satu tarikan nafas, ia telah berada di depan Li Ba dengan tangan kanannya mengayunkan pedang ke arah leher nadinya berada.
Li Ba tak ingin mati, melihat itu ia sesegeranya juga mengeluarkan pedang nya, ingin menangkis serangan yang akan datang.
**
Sebulan telah berlalu. Pertempuran antara kedua belah pihak masih berlanjut, tetapi tepat di jam, menit, dan detik ini. Hasil dari pertempuran besar itu telah terlihat. Pasukan dari Li Zheng saat ini telah hampir sampai kepada kekalahan. Jumlah mereka sekarang hanya berkisar sekitar 20 ribu.
Sedangkan pasukan yang di bawa musuh sekarang tersisa 20 juta dari total 100 juta yang mereka bawa. Sebetulnya jumlah dari pasukan Li Ba tidak sebesar itu, hanya saja ia menghasut beberapa Jenderal dan prajurit untuk melakukan fitnah kepada prajurit istana kepada Li Zheng lalu kemudian menyebarkan dan menimbulkan asumsi yang salah bahwa pembunuhan istrinya di lakukan oleh pemimpinnya sendiri. Dan ia berjanji akan memberikan imbalan yang memuaskan, kalau mereka ingin menjadi bawahannya.
Padahal, dalang yang sebenarnya adalah dia sendiri, yang membunuh dengan sadis istri dan anaknya agar skenario dari rencananya berjalan lancar.
"Lebih baik kau serahkan kedua benda pusaka itu!" Teriak Li Ba sambil melayangkan serangan kepada kakaknya itu.
Li Zheng saat ini sedang terpuruk, satu telinganya putus. Akibat melawan Li Ba dan ketiga sisa Jenderal. Tao Sang telah tewas, ia hanya mampu membunuh tiga orang Jenderal.
"Aku tak akan, memberikan apapun kepada kau! Tidak ada yang pantas peninggalan leluhur kita, engkau dapatkan!"
Sedetik setelah berkata demikian, Li Zheng tiba - tiba membuka jubahnya lalu mengambil sebuah kitab dalam sakunya. Terlihat sayatan-sayatan pedang yang dalam, tertera di dadanya.
"Apa yang akan kau lakukan! Jangan bertindak bodoh!" Li Ba geram melihat apa yang akan di lakukan sebentar lagi oleh kakaknya.
Li Zheng hanya tersenyum merekah melihat ekspresi adiknya itu. Dia mengalirkan semua tenaga dalam yang di masih tersisa di tubuhnya ke kedua tangannya. Dalam posisi hendak melempar, sesuai dengan posisinya ia mengangkat kedua benda pusaka itu sekaligus.
Li Ba dan ketiga Jenderal segera bergerak menghentikannya, tetapi sudah terlambat. Li Zheng dengan kekuatan penuhnya melempar kedua benda itu ke kedua arah yang berbeda. Tangan kanannya melempar pedang ke selatan, sedangkan kitab ia lempar ke timur. Kedua benda itu langsung menghilang dari jangkaun mata mereka semua, karena kecepatan lajunya melebihi kilat petir.
Melihat itu, Li Ba dengan geram menusukkan mata pedangnya tepat ke arah tengah perut Li Zheng berada. "Dasar tak berguna..."
**
Bagi yang bingung mengapa Li Zheng bisa melempar sampai sejauh itu, padahal pulau ini sangat besar.
Power Of, Li Zheng : Gunung pun akan lenyap, dalam satu ayunan tanganku!
Maaf jika ada kesalahan, semacam Typo.
Mohon menjadi penyemangat saya untun. Meng- Like, Vote, dan komen ceritaku ini.
150 Tahun Telah Berlalu...
Di dalam dunia ini. Yang kuat akan berkuasa, sedangkan yang lemah akan tertindas. Pernyataan tersebut sepenuhnya benar. Lemah dan kuat akan selalu ada. Misalnya takut antonimnya adalah berani. Berlawanan tetapi berkaitan.
"Kaisar, beberapa tahun ini terlihat lebih condong mendukung aliran hitam..." Berkata salah seorang lelaki dengan intonasi tegas. Lelaki itu adalah Wang Yuan ketua dari Sekte Pedang Abadi. Salah satu pilar dalam dalam menghadapi Era kekacauan 100 tahun yang lalu.
Sekte Pedang Abadi adalah sebuah Sekte yang masuk dalam tiga besar Sekte terkuat Kekaisaran Zhou, atau lebih tepatnya mereka berada di urutan ketiga. Di atasnya ada Sekte Merpati Putih dan Tapak Suci.
Dalam ruangan ini, Beberapa Penatua juga sedang berada di sini. Hanya sebuah meja kayu bundar yang memisahkan kursi mereka. Semuanya berkumpul di sini karena satu pembahasan yang sama.
"...Aku sedikit kecewa mendengar keputusan dari Kaisar untuk memerintahkan seluruh Pendekar aliran hitam untuk merebut pusaka Sekte kita." Nada dari dari perkataan Wang Yuan sedikit terdengar lemah.
Semua Penatua menatap ketuanya dengan perasaan sedikit iba. Belum sampai 5 tahun Ayah Wang Yuan meninggal, tapi dia sudah di hadapkan dengan situasi seperti ini.
Ayah Wang Yuan, Wang Guo adalah ketua dari Sekte Pedang Abadi sebelum Wang Yuan. Namun, karena penyakit keras yang menimpanya 6 tahun lalu. Ia terpaksa menghembuskan nafas terakhirnya karena sudah tak kuat melawan penyakitnya selama setahun penuh ini yang semakin parah.
Wang Yuan kembali melanjutkan perkataannya, "Aku merasa akan sangat bersalah kepada Ayah, bila pusaka Sekte di ambil oleh Kaisar."
Pusaka yang dari tadi ia sebutkan, adalah sebuah pusaka pedang. Dahulu sekitar 120 tahun yang lalu, Kakeknya tak sengaja menemukan sebuah pedang yang memiliki aura mencekam. Dari sejarah yang ada, setelah mendapatkan pedang pusaka itu Kakeknya langsung membangun sebuah Sekte. Dalam waktu singkat Sekte itu menjadi besar dengan memiliki berbagai murid yang berbakat, nama dari Sekte tersebut adalah SEKTE PEDANG ABADI.
Namun, tak berselang lama. Situasi yang buruk menimpa Kakeknya sekitar 100 tahun yang lalu, semua pendekar memberontak ingin memperebutkan pedangnya dan di tambah dengan tiba-tiba munculnya sebuah kitab, menjadikan situasi semakin memburuk. Hingga sampai saat ini, hari itu di peringati sebagai hari kekacauan sepanjang masa Kekaisaran berdiri, dan gelombang kedua dari kekacauan itu sepertinya akan kembali lagi terjadi.
"Tak ada jalan lain, selain melawan Kaisar! Kita tak bisa memberikan pusaka itu! Ku pikir Kaisar terdahulu telah membuat perjanjian dengan Sekte kita untuk membantu menjaga pusaka itu." Salah seorang Penatua yang terlihat paling sepuh dari semua orang yang berada disini berkata sambil menggebrak meja pelan.
Xu He adalah Penatua paling senior, ia menjadi penatua sudah sejak dahulu, pada zaman Kakek Wang Yuan menjadi ketua. Dia berkata seperti itu, karena dirinyalah yang menjadi saksi perjanjian yang terjadi antara ketuanya bersama Kaisar terdahulu.
"Aku setuju dengan perkataan, Penatua He. Tak ada jalan lain selain melawan, aku dan semua muridku akan berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan keutuhan Sekte kita!" Penatua yang lain menambahkan. Di ikuti dengan anggukkan oleh Penatua yang mendengar itu, mengartikan bahwa mereka semua setuju untuk mengambil langkah melawan.
Mendengar semua pendapat yang di sampaikan oleh seluruh Penatua. Wang Yuan memijat kepalanya, terlihat jelas saat ini ia sedang berfikir keras. Dia tak ingin mengulangi kejadian yang telah berlalu itu, maka dengan itu pula ia berniat berbicara empat mata terlebih dahulu kepada Kaisar. Tetapi, melihat ketegasan dari perkataan seluruh Penatuanya....
Wang Yuan menghela nafas terlebih dahulu, lalu kemudian membuka suara. "Baiklah, sebagai ketua, aku memutuskan untuk mempertahankan pusaka kita."
Sebagai ketua dari Sekte, mau bagaimanapun situasi yang menghimpitnya. Ia harus tetap membuat keputusan, dan karena para Penatuanya setuju mengambil langkah itu. Maka, ia juga harus mengikuti apa yang di katakan mereka, karena pertemuan kali ini adalah pertemuan musyawarah yang hasilnya akan di putuskan dengan kesepakatan bersama.
Selesai melakukan diskusi yang lumayan panjang dengan semua Penatuanya. Wang Yuan kembali ke kamarnya ingin menemui Putra semata wayangnya.
Pada saat membuka sedikit pintu, ia melihat Putranya sedang berdiri di depan jendela transparan itu sambil mematung memandang semua murid yang tengah berlatih.
"Fang'er...Kamu tahu...bahwa menjadi kuat itu tidak seharusnya menjadi seorang pendekar yang hebat. Kata "kuat" tak semestinya harus selalu di kaitkan dengan seorang pendekar. Seorang kuli bangunan pun, kuat. Makanya kamu jangan berkecil hati, mungkin saja bakatmu bukan menjadi pendekar, atau bisa saja kau menjadi seorang sastrawan yang hebat," ucap Wang Yuan yang telah berada di samping Li Fang.
Li Fang mendongakkan kepalanya memandang sang Ayah. Saat ini ia baru berusia 11 tahun, tapi entah mengapa beban yang ada di pundaknya sangat besar. Mungkin, karena Ayah dan Kakeknya adalah seorang ketua yang kekuatannya sebagai pendekar sangat hebat. Dan itu membuat Li Fang mempunyai beban, karena ia sama sekali tak memiliki bakat seperti Ayah dan Kakeknya.
Pada saat anak seusianya telah memulai berkultivasi, ia hanya mengurung di dalam kamar, karena kelemahan tubuh yang dia punya. Telah banyak Tabib dan ahli pengobatan dunia persilatan yang telah datang mengobatinya. Namun, hasilnya tetap sama, tak ada yang tahu akibat tubuhnya menjadi seperti ini.
Di dalam tubuh seorang pendekar, ada Dantian dan Meridian. Dantian adalah pusat dari tempat penyimpanan tenaga dalam, sedangkan Meridian berfungsi sebagai tempat mengalirnya tenaga dalam keseluruh tubuh.
Yang menjadi masalah tubuh Li Fang sesuai dengan apa yang di katakan oleh semua tabib dan ahli pengobatan yang mengobatinya. Meridiannya semua tertutup, kendati demikian memang meridian tertutup, dan bila ingin membukanya seseorang harus melewati tahapan-tahapan. Akan tetapi setiap manusia lahir, satu meridiannya akan terbuka tanpa melakukan latihan, yang menjadi fungsi sebagai jembatan untuk membuka meridian yang lainnya.
Dan yang lahir sebagai jenius, dan di takdirkan kelak sebagai pendekar hebat, meridian yang terbuka di dalam tubuhnya bisa mencapai belasan.
Li Fang kembali mengembalikan pandangannya ke depan. Dari balik jendela, ia dapat melihat murid dari Sekte Pedang Abadi berlatih. Hanya itu kegiatan sehari-harinya memperhatikan murid yang sedang berlatih.
Melihat anaknya terdiam tenang, Wang Yuan memutuskan untuk keluar meninggalkannya sendirian.
Ketika Ayahnya tak lagi berada di dekatnya, ia segera membuang badannya di atas kasur, dan seketika matanya menjadi berair. Li Fang menangis, sedih melihat apa yang ia derita.
"Me-mengapa Dewa menciptakan dunia dengan ketidakadilan." Li Fang berkata dengan suara yang tiba-tiba menjadi serak, karena menangis.
Apa yang di ucapkan oleh Li Fang sepuhnya tak salah. Bukan hanya, tubuhnya saja yang ia merasa Dewa memberikan takdir yang tak adil. Dia juga berkata seperti itu, saat mengingat semua anak seumurannya memiliki kedua orang tua yang lengkap. Sementara dirinya hanya memiliki seorang Ayah, tak pernah sama sekali melihat wujud Ibunya.
Setiap kali ia bertanya kepada Ayahnya tentang keberadaan Ibunya. Jawaban yang ia dapat hanyalah keheningan belaka, tanpa sepatah katapun Ayahnya memberitahu tentang Ibunya.
"Dunia ini memang tak adil!" Teriaknya, tapi dengan menutupi mulutnya dengan bantal. Agar meredam suaranya supaya tak di dengar oleh yang lain.
**
Malam berlalu dengan cepat, berbeda dari malam-malam yang di rasakan oleh Wang Yuan. Malam ini sangat tenang sekali. Namun, di sisi lain dia juga merasakan ke anehan.
Ketenangan seperti ini merututnya adalah awal dari sebuah keributan. Wang Yuan, Xu He, dan semua Penatua kembali berkumpul di ruang pertemuan.
Hal yang tak di eskpektasikan oleh Penatua yang lain tiba-tiba terjadi...
Tring...Tring...
Lonceng yang berfungsi sebagai alarm bahaya Sekte, berbunyi. Lonceng berulang kali berbunyi, menandakan di luar sekarang sedang terjadi situasi yang genting.
Wang Yuan sebenarnya telah mengetahui ini, maka dengan itu ia hanya bersikap tenang, berbeda dengan semua Penatua selain Xu He yang sekarang memasang wajah cemas. Jelas para Penatua yang lain tak memperkirakan bahwa ini akan terjadi dengan begitu cepat, dan mereka mengekspek, pendekar suruhan Kaisar akan menyerang pada siang hari.
Wang Yuan dan seluruh Penatua berdiri dari kursinya dengan kasar. Dan langsung berlari keluar.
Note: Tingkatan kultivasi pendekar di bagi menjadi beberapa tingatan yaitu:
Yang paling rendah sampai tertinggi.
*Pendekar Raja
*Pendekar Kaisar
*Pendekar Bumi
*Pendekar Langit
*Pendekar Semesta
Dan dalam tingkatan itu di dalamnya terdapat masing-masing 4 tahapan yang harus di lalui, bila ingin naik ke tingkat selanjutnya.
Yaitu jumlah;
1. Tenaga Dalam,
2. Lebar kapasitas Dantian,
3. Seberapa banyak jumlah Meridian yang tlah terbuka, Dan,
Yang terakhir adalah sebuah tahapan khusus dalam setiap tingkatan. Author akan membahasnya di episode yang akan datang.
Maaf jika ada kesalahan, semacam Typo.
Mohon menjadi penyemangat saya untun. Meng- Like, Vote, dan komen ceritaku ini😁
Di depan gerbang Sekte Pedang Abadi, debu tanah mengepul kemana-mana membuat beberapa anggota yang berjaga di sana harus menutupi mulut mereka dengan tangannya, agar debu tak masuk ke dalam mulutnya.
Wang Yuan, Xu He, dan beberapa Penatua berada di atas tembok tertinggi dari Sekte. Mereka terlebih dahulu ingin mengamati situasi, dan memperkirakan jumlah musuh. Dan sebagian Penatua telah bersiap-siap mengatur seluruh muridnya bila hal yang tak di inginkan terjadi.
Wang Yuan juga tak lupa memberitahu kepada beberap Penatua, untuk tak lupa mengungsikan anak-anak, mau itu wanita ataupun laki-laki, termasuk juga para istrinya. Sekte Pedang Abadi memiliki beberapa semacam tempat atau bahkan pintu darurat, yang berada ruang bawah tanah.
Sementara di dalam sebuah kamar, terjadi perdebatan yang panjang antara Li Fang dan Penatua yang di tugaskan oleh Wang Yuan untuk mengevakuasi.
Li Fang memandang kesal Penatua setengah baya di depannya. "Aku sudah bilang tidak akan mengikutimu. Ayah, aku ingin bertemu Ayah!"
Penatua yang bernama Shen Fu itu telah lama berdebat dengan Li Fang. Karena anak itu ingin memaksa menemui Ayahnya.
"Membujuk, Tuan Muda, sepertinya sulit." Shen Fu bergumam sambil berfikir.
Setelah bergumam demikian, ia dengan cekatan mengangkat tangannya berniat memberikan totokan, agar Tuan Mudanya pingsan. Supaya lebih mudah membawanya.
Namun, apa hasilnya? Sama sekali tak terjadi apa-apa. Li Fang tidak kehilangan kesadaran, malahan ia saat ini terlihat tambah kesal. "Apa yang Paman lakukan...?! Jangan bilang Paman ingin membuat aku kehilangan kesadaran."
Kedua mata Shen Fu melebar, tak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya. Dia sangat yakin telah mengalirkan tenaga dalam ke kedua jarinya, dan ia juga yakin tak ada yang bisa mengalahkannnya dalam ilmu totokan di antara Penatua yang lain.
"Ba-bagaimana bisa...," ucapnya dengan ekspresi sedikit kaget.
Li Fang kembali berkata, wajah kesalnya mulai menghilang. "Lebih baik, Paman, ceritakan situasi apa yang sekarang terjadi di depan. Dan Paman tak perlu berbohong. Aku tidak bodoh, tadi telingaku mendengar suara lonceng itu!"
Shen Fu terdiam beberapa detik memandang Li Fang, masih dengan ekspresi tak percaya. Namun, menerka waktu telah beberapa lama ia di sini, secepatnya dia kemudian berkata.
"Di luar...Sebentar lagi akan terjadi pertempuran yang hebat, Tuan Muda. Paman tak perlu menjelaskan secara rinci tentang situasi di de--"
Ucapan Shen Fu refleks terhenti, saat melihat Tuan Muda - nya telah bergerak turun dari kasur. Shen Fu segera menahannya.
"Anda tak bisa kemana-mana, Tuan Muda. Di luar berbahaya!"
Shen Fu dengan cara terpaksa menggendong Li Fang, meskipun wajahnya di cakar-cakar hingga melukainya sedikit. Namun, itu tak apa-apa, jika Tuan Muda - nya terluka, hukuman yang berat akan ia terima dari sang ketua.
**
Suara hentakan kaki kuda masih belum berhenti terdengar, suara kaki kuda itu menginvasi seluruh telinga murid Sekte Pedang Abadi, bahkan debu tanah di depan gerbang semakin mengepul.
Namun, samar-samar dari dalam debu itu, Wang Yuan dan yang lainnya telah dapat melihat ribuan bahkan puluhan ribu orang yang menunggangi kuda.
Dan tak lama, semua orang yang memakai jubah hitam dengan di serasikan tudung hitam berhenti tepat 10 meter dari gerbang Sekte Pedang Abadi berada.
Tiba - tiba pelipis dari Wang Yuan mengeluarkan keringat dingin. Saat pandangan matanya dapat melihat dengan sangat jelas kisaran jumlah musuh yang sangat fantastis banyaknya.
Menurutnya, jika mereka pun menggabungkan kekuatan seluruh tiga Sekte aliran putih terkuat. Dia masih tak yakin akan menang. Jumlah musuh jelas terlalu banyak, jika di bandingkan dengan seluruh jumlah muridnya. Aura mencekam pun keluar dari tubuh masing-masing individu yang duduk di atas kuda itu.
"Penatua He, bisakah anda menghampiri pemimpin mereka, sekedar berbicara baik-baik agar situasi yang tak di inginkan kembali tidak terjadi. Penatua He boleh pergi ke sana bersama dengan beberapa Penatua."
Wang Yuan bukan pengecut, untuk berbicara baik-baik terlebih dahulu. Karena nyawa semua anggotanya sekarang lebih penting.
Xu He mengangguk pelan, ia dengan tiga Penatua yang lain termasuk juga Shen Fu yang telah kembali setelah melakukan tugasnya, bersama-sama turun dari tempat tinggi ini, dan pergi menemui pemimpin dari pasukan musuh mengikuti instruksi ketuanya.
**
"Buka gerbangnya," pinta Xu He kepada anggotannya yang bertugas berjaga di gerbang.
Setelah terbuka dengan lebar, Xu He dan ketiga Penatua lainnya segera berjalan keluar, berniat menemui pemimpin musuh.
Xu He berdiri sekitar beberapa meter dari penunggang kuda yang berada paling depan dari penunggang lainnya, kemungkinan ia adalah pemimpinnya.
Xu He beserta tiga Penatua tak berusaha menyembunyikan aura petarungnya. Malahan, mereka beerempat semakin menguarkan aura petarungnya, ingin menekan pemimpin musuh.
"Saya, Penatua dari Sekte Pedang Abadi ke sini hanya ingin berbicara baik-baik, agar situasi yang 100 tahun lalu, tidak terjadi kembali lagi."
Suara dari Xu He terdengar pelan, tetapi bila sampai di telinga orang yang mendengarnya itu akan terdengar nyaring. Karena di dalam suaranya ia sedikit mengalirkan tenaga dalam ke kerongkongannya. Apa yang di lakukan oleh lelaki sepuh itu sebenarnya bisa di lakukan oleh pendekar lain, tapi dengan syarat, mereka harus memiliki lingkaran tenaga dalam dengan jumlah ratusan lingkaran ke atas.
Namun, jawaban yang di berikan dari perkataannya, hanyalah sebuah keheningan. Dari sekian puluhan ribu orang, sama sekali terdengar tak ada yang meresponnya.
Tak berselang lama suara tawa menggelegar dengan nyaring.
"Ha...ha...ha..."
Puluhan detik berlalu, baru suara tawa itu terhenti. Xu He dan ketiga Penatua tidak tahu siapa pemilik dari sumber tawa yang menggelegar nyaring itu. Namun, yang pasti pemilik dari suara tawa itu adalah seorang wanita, terdengar dari timbre tipisnya suara itu.
Dan tak lama kemudian, penunggang yang berada paling depan dari mereka bersuara. "Aku mengekspektasikan, ketuamu yang datang berbicara denganku. Entah mengapa aku merasa sedikit tersinggung."
Setelah berkata demikian, orang yang bersuara itu membuka tudung kepalanya. Seketika aura membunuh yang pekat menyelimuti area sekitarnya.
Xu He dan ketiga Penatua kaget, saat melihat wajah dari orang itu. Wajahnya di penuhi bekas luka bakar, kekuatannya sangat besar. Kedua anggota Sekte Pedang Abadi yang menjaga gerbang seketika tak sadarkan diri.
Orang itu tak lain, dan tak bukan adalah Mo Xing. Ketua dari Organisasi Iblis Gelap, sebuah Organisasi yang paling kuat Aliran Hitam di seluruh Kekaisaran Zhou.
Mo Xing menyeringai ke arah Xu He. Sebelum kemudian berteriak lantang. "Buka tudung kalian semua!"
Mendengarnya, semua orang-orang yang berada di belakangnya segera membuka tudung yang berada di kepalanya.
Tepat di belakang Mo Xing, ketiga individu yang sangat terkenal dengan kekejaman dan kesadisannya, berada di sana.
Guo Heng, ketua dari Kelompok Kalajengking beracun.
Yang Shu, ketua dari Sekte Bukit Setan. Sebuah sekte aliran hitam sesat terbesar dan terkuat.
Dan yang satunya adalah, Ming Ling. Satu-satunya pemimpin yang berjenis kelamin wanita, dia adalah ketua dari Kelompok Serigala Taring.
Xu He langsung menafsirkan pemilik dari suara tawa itu adalah Ming Ling. Karena dirinya lah sendiri wanita.
Shen Fu dan dua Penatua yang berdiri di belakang Xu He. Tiba-tiba rasa takut menyelimutinya, kaki ketiganya bergetar saat melihat ke empat individu tersebut. Bukan tanpa alasan, mereka mengalami ketakutan itu. Organisasi, Kelompok, dan Sekte, dari ke empat orang itu adalah yang terkuat dalam aliran hitam di seluruh Kekaisaran Zhou. Bahkan Mo Xing sendiri, menempati posisi pertama sebagai pendekar aliran hitam terkuat.
"Haha...Kau ingin berbicara baik-baik dengan kami? Tak perlu lah, Kaisar telah memerintahkan kami untuk merebut pusaka itu, agar akar dari kekacauan tidak lagi ada." Ming Ling kemudian tersenyum sinis.
Mendengar perkataan yang bermaksud merendahkan itu, Xu He seketika mengetahui kemana arah akan terjadinya situasi yang sebentar lagi terjadi, sebuah peperangan tak menunggu waktu lagi untuk terjadi.
"Penatua Fu! Cepat kamu pergi melapor ke ketua. Tentang situasi ini," imbuh Xu He tanpa menoleh ke arah Shen Fu. "Dan jangan lupa perintahkan secepatnya semua pasukan kita untuk menyerang!"
Namun, Shen Fu masih memaku tak beranjak dari tempatnya berdiri. Dia merasa tak enak meninggalkan Xu He dan kedua Penatua lainnya menghadapi ke empat Individu tersebut.
"Cepat!" Teriak Xu He dalam nada perintah sekali lagi.
Tanpa berkata apapun, Shen Fu dengan cepat berlari kedalam menemui ketuanya.
"Kau berani juga, aku sangat mengagumi keberanian yang kamu miliki...," ucap Mo Xing.
"Tapi, dengan keberanianmu tak akan bisa mengalahkanku!" Mo Xing melompat turun dari kudanya, dan langsung menyerang Xu He.
Xu He menyambut serangannya dengan tenang.
**
Q : Kenapa nama MC-nya memakai marga Li sedangkan Ayahnya Wang?
A : Author beritahu sedikit, yang sudah baca sampai episode ini pasti udah tahu bahwa Li Fang sama sekali tak mengetahui keberadaan ibunya. Dan jika Readers membaca sampai ch 8 di situ kalian akan mengetahui sedikit asal usul marga itu.
Singkatnya, ku buka sedikit misteri yang telah ku buat. Li Fang memiliki hubungan darah dengan Li Zheng.
Sementara Marga Li sendiri Author ambil dari sebuah web di goggle yang di tuliskan marga pertama yang ada di daratan Tionghoa adalag marga Li.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!