Amarah Dendam

Li Fang menarik mereka berdua ke suatu tempat yang bisa di katakan adalah gudang. Banyak anggota dari Kelompok Aliansi Aliran hitam ini yang memperhatikan mereka bertiga. Namun, dia tetap cuek berjalan.

Mereka bertiga telah berada di dalam sebuah tempat yang di jadikan gudang. Debu-debu memenuhi barang rongsokan di sini. Sarang dari laba-laba memenuhi sudut dari tembok dan balkon atap.

"Kalian berdua terlalu percaya diri dengan penyamaranmu. Sebelumnya aku sudah merasa ada yang aneh dari kalian berdua saat dalam perjalananku kesini. Ku pikir kalian berdua hanyalah orang yang iseng mengikutiku, tetapi melihat keahlian kalian sampai bisa masuk kesini..."

Raut wajah Li Fang berubah menjadi serius. Matanya memandang tajam kedua orang di depannya.

"...Cepat katakan motif tujuan kalian berdua menguntitku dan beritahu aku dengan jujur siapa kalian sebenarnya!" Li Fang berkata dengan pelan seperti berbisik, tetapi nadanya sedikit meninggi.

Jia Song menelan ludah melihat ekspresi dari Li Fang. Dia tak menyangka bahwa anak yang ia anggap masih remaja, bisa menekan dirinya hanya dengan menggunakan ekspresinya.

"Ah! Kau pikir aku juga senang mengikutimu. Jangan kau besar kepala, diriku hanya menuruti apa yang di katakan Kakak bodohku ini!" Balas Jia Bingbu dengan nada yang tak bersahabat.

Li Fang yang diam bergeming memandang Jia Song menunggu jawaban. Segera mengalihkan pandangannya ke seorang remaja yang terlihat seumuran dengannya.

"Memang siapa juga yang bangga ingin di ikuti oleh kalian berdua! Malahan, aku merasa tidak nyaman dan risih terhadap tingkah yang kalian lakukan kepadaku! Diam-diam mengikuti, dasar manusia tak punya kerjaan!"

Li Fang tak senang dengan perkataan anak itu. Dia merasa tersinggung. Anak itu secara tak langsung mengatakan bahwa dia yang salah atas apa yang telah mereka lakukan ini.

Lanjut Li Fang tanpa menunggu ucapan protes yang ingin di keluarkan Jia Bingbu. "Cepat katakan kalian berdua sebenarnya siapa dan juga yang menyuruh kalian. Kau tahu 'kan apa yang akan terjadi, kalau kalian tak berkata jujur..."

Li Fang kembali beralih menjatuhkan pandangannya ke Jia Song.

Namun, Jia Song tidak mengerti mengarah kemana maksud dari ucapan anak yang tengah bertatapan dengannya ini.

"Penyusup! Penyusup!"

Tak di sangka oleh keduanya, Li Fang tiba-tiba berteriak lantang. Segera Jia Song menutup mulutnya, sedangkan Jia Bingbu mengunci pergerakannya.

"Ummm, lepaskan tanganmu dari mulutku!" gumam Li Fang sambil memandang kesal Jia Song.

Mereka berdua melepaskan tangan darinya. Setelah Li Fang diam tak bersuara lagi.

"Beruntung anggota dari Aliansi Aliran Hitam tak lewat di depan gudang ini. Namun, aku tak akan melupakan pertanyaanku. Cepat katakan motif kalian menguntitku sampai kesini!"

Beberapa saat Jia Song terlihat berpikir. Apa tujuannya mengikuti Li Fang? Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya ingin sekedar ikut bermain-main dalam permainannya ini. Itu suatu alasan yang akan di anggap konyol!

"Sulit dan sekaligus aku malu mengatakan yang sebenarnya...," ucap Jia Song terlihat malu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Li Fang mengangkat satu alisnya, setelah mendengar perkataannya. Dia tidak bisa menyimpulkan orang yang terlihat 5 tahun lebih dewasa darinya iji berkata bohong atau jujur. "Katakan saja! Aku tak mempunyai waktu untuk meladeni kalian berdua."

Jia Song merasa sulit mengatakan yang sebenarnya, ia malu dan sangat malu. Mengatakan tujuannya yang terkesan seperti kanak-kanak.

Karenanya, Jia Song hanya membalas. "Yang jelas kami tak mempunyai niat buruk kepadamu..."

Jia Song menatap serius Li Fang berusaha meyakinkannya dengan menggunakan interaksi antara kedua mata.

Akan tetapi, Jia Bingbu segera menyahut.

"Tujuan dari Kakakku dan dengan terpaksa aku menurutinya. Kak Song tadi berkata kepadaku, katanya ia ingin ikut masuk ke dalam permainanmu!" Berkata Jia Bingbu tegaa dan lugas.

Setelah beralih kepada Jia Bingbu, Li Fang kembali berlabuh menatap Jia Song. "Aku masih tidak mengerti. Coba kau jelaskan dengan kalimat yang sederhana, tetapi langsung ke intinya."

Jia Song mendelik tajam saat mendengar perkataan adiknya itu. Namun, segera ia tersenyum malu setelah pertaanyaan tentang motif tujuannya kembali di pertanyakan oleh Li Fang.

Dengan sedikit malu, Jia Song terpaksa menceritakan tujuannya. Dia bercerita dari awal ia melihat Li Fang membunuh Pendekar Aliran Hitam di hutan, sampai akhirnya ia berdua berhasil masuk kesini mengikutinya.

Jia Song menceritakan itu semua secara detail tanpa sedikit pun menyembunyikan sesuatu.

"Baik. Aku ingin tertawa mendengar penjelasanmu. Tapi, aku percaya kalian berdua orang yang baik. Jadi kalian berdua ingin ikut bermain dalam permainanku, bukan?

Jia Song mengangguk pelan setuju sambil senyum cengir. Sementara Jia Bingbu terlihat hanya menghembuskan nafas pelan. Apa yang akan di lakukan Kakaknya ia juga harus ikut.

"Aku mempunyai salah satu kunci kamar, kalian berdua bisa menempatinya. Aku akan mengantar kalian kesana..."

Li Fang juga menemukan sebuah kunci di saku jubah ini, saat ia memperlihatkan lencana itu kepada anggota yang berjaga di pos penjaga tadi.

Mereka bertiga telah sampai di depan sebuah pintu kamar.

"Kalian bersembunyilah di dalam. Aku akan menemui kalian lagi, tapi tidak sekarang. Karena ada yang segera harus aku lakukan."

**

Di dalam sebuah ruangan terlihat dua Penatua memasang wajah melas.

Itu di sebabkan karena tadi Ketuanya, Mo Xing yang tengah berkunjung sebentar kesini. Kembali pergi tetapi dengan perasaan yang tak senang. Mo Xing sedari tadi geram karena terlalu lama menunggu daun yang ia minta tak datang-datang. Dia lalu kemudian pergi dari sini setelah menghancurkan beberapa kursi di ruangan ini.

"Penatua Lang! Di mana anggota kita yang kau suruh pergi ke hutan untuk memetik daun itu." Salah seorang Penatua berkata dengan tangan yang berada di atas meja sambil memegang kepalanya.

"Aku juga tak tahu, Penatua Yun. Tapi, ketika anggota yang ku suruh datang kembali akan ku hajar dia sampai babak belur!"

Setiap markas cabang Aliansi Aliran Hitam di tugaskan hanya beberapa Penatua saja. Apalagi, di area bekas Sekte Pedang Abadi berada jauh dari pusat tempat berkumpulnya para Sekte-sekte Aliran Putih. Maka itulah, markas pertahanan ini hanya di pimpim oleh dua Penatua saja.

"Jelas itu harus di lakukan, bahkan aku akan membunuhnya lalu ku pakai untuk di gunakan sebagai ritual penyembahanku. Agar Kultivasiku meningkat. Hahaha!"

"Ha! Tak akan ku biarkan kau melakukan itu. Aku yang harus melakukannya."

Jabatan sebagai Penatua sepertinya tak cocok di berikan kepada mereka berdua. Tingkahnya seperti dua ekor kucing yang sedang bertengkar karena ingin memperebutkan seekor tikus.

Tuk...

Tuk...

Ketukan itu berasal dari luar pintu ruangan yang di dalamnya sekarang berada mereka berdua.

Kedua Penatua segera menyunggingkan senyum liciknya.

"Masuk saja! Pintu tak di kunci!"

Li Fang yang tangannya memegang sebuah tas kecil yang berisi daun beracun melangkah masuk.

Penatua yang bernama Ba Yun itu segera mengerutkan keningnya. Dia merasa orang di depannya bukan anggota yang telah ia suruh untuk memetik daun beracun yang Ketuanya tadi minta.

"Aku merasa yang ku suruh memetik daun beracun itu, bukan dirimu."

Li Fang sebisanya menahan amarahnya dan berusaha bersikap tak mencurigakan setelah berada di dalam. Dia berkata dengan tenang. "Benar, Tuan. Anggota yang sebelumnya, menyuruh aku untuk menggantikannya memetik daun ini."

Wajah Li Fang menegang akibat menahan amarah dendamnya.

"Tuan? Dasar tak sopan, aku ini Penatua!"

Penatua Yun menendang perut Li Fang, hingga ia terjatuh di bawah.

Tendangan itu ia rasa sama sekali tak sakit. Namun, ia harus berakting kesakitan.

"Ah, maaf Penatua." Li Fang berpura-pura meringis kesakitan.

"Jika kau merasakan tendanganmu. Dirimu akan mengetahui betapa jauhnya perbedaan kekuatan kita, Penatua sampah." Dalam hatinya Li Fang sangat geram.

Penatua Yun kemudian menghampirinya dan berdiri di depannya. Lalu kemudian menginjak pergelangan tangannya.

"Kau bisa keluar dari sini dengan selamat. Apabila daun beracun yang kau petik banyak..."

"Pijakanmu mengingatkanku kepada bantalku tidurku. Sangat lembut sekali." Kembali dirinya berkata dalam hati.

Li Fang kemudian memberikan tas kecil di yang berisi dedaunan itu.

"Lumayan, hasil dari petikanmu banyak juga. Kau beruntung bisa selamat kali ini!"

Li Fang kembali berdiri dengan perlahan, tak lupa ia bersandiwara meringis kesakitan sambil memegang perutnya.

"Apa boleh saya keluar, Penatua?" tanyanya.

Tanpa menoleh, Penatua Yun membalasnya dengan anggukkan.

Li Fang kemudian beranjak keluar. Dan setelah berada di depan pintu ruangan ini. Ia bergumam, "Tunggu saja, sebentar lagi kau akan memohon ampun kedapaku."

Dirinya kemudian beranjak pergi menjauh dari ruangan itu, kembali ke kamarnya menemui kedua orang itu.

Terpopuler

Comments

Harman LokeST

Harman LokeST

kuuaaaaaaaaaaaaaaaaaaattkkaaaannnnnnn teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss teekaaaaaaaaaaaaaaaayaaaaaddmuuuuu

2023-10-03

0

Machan

Machan

next kak

2020-12-17

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!