Saling bercanda, hingga tawa-tawa kebahagiaan keluar dari mulut mereka. Li Fang dan Wu San seperti memiliki dunianya sendiri.
"...Ha...Hahaha..."
Li Fang memegang perutnya yang kesakitan, akibat terlalu berlebihan ketawa. "Sudahlah, Paman, lebih baik kita mencari topik bercandaan yang lain. Topik yang Paman ceritakan itu terlalu vulgar..."
"Tapi, kamu suka mendengarkannya, 'kan? Rubah tua itu memang terlalu bodoh, haha."
Li Fang berusaha menahan diri untuk tak tertawa. "Paman, aku merasa apa yang kau ceritakan itu, seperti berkaitan dengan kehidupan seseorang, dan, Paman, sendiri termasuk di dalamnya. Apa benarkah?"
Li Fang menoleh ke Wu San meminta jawaban, dia terlihat sedikit serius dengan pertanyaannya.
"Ah, bukan, bukan, itu cuma kisah dari apa yang ku baca di buku dongeng saja."
Dari apa yang di katannya, nampak jelas ada sedikit kebohongan. Sedetik kemudian suasana menjadi sedikit canggung. Namun, Wu San segera mengalihkan pembicaraan.
"Ini saja, aku akan menceritakan kisah soal diriku di masa lampau. Dan kamu pasti telah menunggu-nunggu ini tentang mengapa aku yang hanya seorang Kakek tua yang terlihat lemah di Sektemu, membawamu kesini. Aku mulai menceritakannya dari sini..."
Li Fang menjadi ekspresif ingin mendengarkan cerita panjang dari Pamannya itu. Karena dia sudah mempertanyakan itu, pada saat pertama kali dirinya melayang di udara dalam gendongan Pamannya. Setiap kali bertanya, Wu San selalu menjawab 'nanti saja, ketika kau sudah sedikit kuat', maka itu, saat ini ia sedikit antusias ingin mendengarkan.
"Aku dan Kakekmu, Wang Guo, dahulu kami berdua bersahabat, Ayah kami adalah Ketua dari dua Sekte hebat di Kekaisaran ini. Dan aku di berikan amanat oleh Ayahku sebelum meninggal...
"Bahwa aku harus pergi ke Sekte Pedang Abadi untuk menjaga Ayah dari Wang Guo, Wang Fei. Namun, diriku tidak melakukannya, karena semua anggota Sekte Kabut Bayangan termasuk aku harus menjalani pertapaan yang panjang untuk meningkatkan tahapan Kultivasi kita semua. Dan pada saat itulah, Sekte kami menjadi tertutup, menjauhkan diri dari dunia persilatan yang kejam ini. Kamu tahu 'kan, gunung di dekat kita..."
Li Fang jelas tahu, karena di situlah ia pertama kali memulai latihannya. Untuk menguatkan fisik.
"Di situlah semua anggota Sekteku melakukan pertapaan atau lebih tepatnya di sebuah kaki gunung itu ada sebuah gua. Di situlah, mereka semua melakukan pertapaan panjang yang belum selesai sampai saat ini..."
Wu San juga tak lupa menceritakan kisahnya saat selesai melakukan pertapaan dan setelah keluar ia langsung bergegas untuk ke Sekte Pedang Abadi.
"Sampai saat ini, aku masih sangat merasa bersalah sekali. Karena setelah aku sampai datang ke Sektemu, hari itu adalah hari dimana Wang Fei menghembuskan nafas terakhirnya. Maka pada hari itulah aku berjanji kepada diriku sendiri dan juga ingin melakukan amanat dari Ayahku yang sempat tak kulakukan. Aku berniat menjaga semua keturunan Wang Fei...
"Dari situlah, aku sedikit demi sedikit mendekati Wang Guo, dan akhirnya kita menjadi sahabat. Namun, identitas yang ku beritahu bukan sebagai Pendekar, tetapi manusia lemah saja yang butuh tempat tinggal."
Wu Sang juga menambahkan bahwa dia mengetahui semua sejarah Sekte Pedang Abadi. Walaupan rahasia itu sekecil apapun ia juga ketahui.
"Fang'er...Coba kamu keluarkan Pedangmu..."
Li Fang kemudian mengeluarkan Pedangnya yang selama ini ia selalu simpan dari balik jubah pakaian.
"Pedang ini mempunyai banyak sekali sejarah. Pedang yang mempunyai kekuatan luar biasa ini adalah jembatan dari pertemanan Ayahku dan dengan Ketua pertama sekaligus pendiri Sekte Pedang Abadi, Wang Fei."
"Jadi, Paman, umurmu yang sebenarnya berapa? Setelah mendengar apa yang Paman ceritakan tadi, membuat aku mempertanyakan usia Paman saat ini."
"Usiaku berapa, yah?" tanya Wu San kepada dirinya.
Wu San tersenyum penuh makna memandang ke atas langit. "Terlalu banyak yang tlah kulalui dalam hidupku. Sampai-sampai umurku saja tidak ku ingat telah menginjak angka berapa. Tapi, mungkin sedikit di atas Kakekmu, Wang Guo."
Li Fang hanya menanggapi itu dengan senyuman tipis, terlintas di hatinya untuk tak melanjutkan topik pertanyaan. Dia bisa melihat dan merasakan keharuan dari dalam diri Pamannya itu.
"Kamu masukkan kembali Pedangmu, tak baik jika berada di alam bebas terlalu lama."
Li Fang kembali menyimpan Pedang itu ke dalam balik jubah pakaiaannya.
"Apa kamu masih mau mendengarkan cerita yang membosankan ini?" tanya Wu San di barengi tawaan kecil.
"Ceritamu sama sekali tak membosankan, Paman." Li Fang mengangguk tersenyum. "Tapi, sebelum di lanjutkan. Aku ingin menanyakan satu hal kepada, Paman..."
"Apa?"
"Apa nama Pedang ini, Paman? Soalnya, aku tidak tahu harus memanggil Pedang ini dengan sebutan apa."
"Jadi itu..."
Wu San terlihat berfikir untuk menjawab pertanyaan darinya.
"Yah! Aku baru ingat, pernah ku dengar cerita. Saat Ayahku dan Kakek buyutmu bercerita aku sempat menguping pembicaraan mereka berdua sedikit, namanya Pedang Surgawi. Yang ku ingat, kata Ayahku Pedang itu tiba-tiba muncul di permukaan bumi ini, sehingga menimbulkan stigma sejarah dari ilmuan-ilmuan dahulu bahwa Pedang ini jatuh dari atas langit, bukan hanya itu saja di katakan Kitab juga tiba-tiba muncul setelah kemunculan Pedang misterius ini. Namun, itu terlihat seperti karangan imajinasi mereka saja."
Li Fang sangat serius sekali saat mendengarkan cerita Pamannya. Namun, tadi juga ia mendengar sebuah Kitab. "Kitab? Kitap apa itu, Paman?"
"Hehe, nanti Paman beritahu lebih lanjut tentang Kitab itu. Namun, saat kita sudah kembali di Sekte."
Tiba-tiba terbersit di hatinya untuk mengenal dan mencari tahu lebih jauh lagi tentang Kitab tersebut, dirinya tidak tahu mengapa ia seperti sangat tertarik pada Kitab itu, akan tetapi dia juga tak mau memaksa Pamannya untuk menceritakan.
"Jadi nama Pedang ini adalah Surgawi, tapi sepertinya itu agak aneh, Paman. Mengapa Pedang ini dinamakan Surgawi, kata itu 'kan, banyak di artikan dalam bahasa sebagai kesucian, sedangkan Pedang ini ku lihat berbanding terbalik dengan kata itu, aura yang berbau sedikit mencekam sangat terasa ketika saat pertama kali Pedang ini ku sentuh."
"Aku juga tak tahu dengan itu, mungkin kamu bisa bertanya kembali kepada rumput yang bergoyang."
Walaupun sedikit garing, tetapi itu berhasil membuat Li Fang sedikit tertawa.
"Singkat cerita, setelah aku berjanji kepada diriku sendiri. Di situlah aku hidup berdampingan dengan Ayahmu. Aku bahkan yang menjadi pengasuh dari Ayahmu waktu dirinya masih menjadi bocah ingusan."
Dari semua yang telah di ceritakan oleh Paman, kalimat yang barusan ia ceritakan paling terlihat mempunyai banyak kebohongan, terkesan dia menc**oba menyembunyikan sesuatu. Jika, Paman, menjadi pengasuh Ayah sejak kecil, berarti...Batin Li Fang sambil memandang diam Pamannya.
"Hei, Fang'er, hei..." Wu San melambai-lambaikan tangannya di depan wajahnya.
Perkataan Wu San berhasil memutuskan Li Fang dari rantai pikirannya.
"Mengapa kamu memandangiku seperti itu, aku jadi takut deh, jika kamu menyu-"
"Apaansih, Paman. Itu sama sekali tidak lucu!" Li Fang mendengus pelan.
"Haha, Paman, hanya bercanda. Lebih baik kita istirahat saja, kekenyangan ini membuatku menjadi mengantuk. Besok baru kita kembali ke Sekte."
Selama seminggu ini, mereka berdua tidur hanya beralaskan tanah saja.
Namun, mereka berdua tetap siap dengan kewaspadaan. Karena malam sudah larut, hewan buas pun banyak berkeliaran malam-malam begini.
Pada saat ingin memejamkan mata untuk tidur. Tiba-tiba Li Fang berkata dengan intonasi gelisah.
"Paman, mengapa udara di sekitar ini aku rasa menjadi lebih dingin..." Li Fang mengelus lehernya, akibat kedinginan.
Hahaha, hei Tua Bangka, kau tidak menceritakan secara detail kisah antara kita berdua~~
Suara itu? Suara itu tiba-tiba bergema kembali menginvasi pendengaran mereka berdua.
Li Fang seketika bangkit dari posisi tidurnya, mengganti menjadi posisi duduk.
"Apa Paman, dengar suara itu?"
Berbeda dengan Li Fang, dari raut wajahnya ia terlihat menahan amarahnya.
Dengan tenang Wu San berkata, "Sudah, sudah, Fang'er. Mungkin kamu hanya berhalusinasi saja, karena akibat tubuhmu yang kelelahan..."
Li Fang kembali ke posisi tidurnya... Dan tak lama ia telah terlelap.
"Dasar Siluman Tua, masih saja kau mengangguku." Pikir Wu San dalam hati.
**
Maaf jika ada kesalahan, semacam Typo.
Mohon menjadi penyemangat saya untun. Meng- Like, Vote, dan komen ceritaku ini😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Siapa yang disebut Siluman Tua
2023-10-31
0
Harman LokeST
seeeeeeeeeeeeeeemmmaaaaaaaaaannngggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaTtttttttttttttttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss
2023-10-03
0
Oon san ci pa
Thor maaf klau bisa jangan muter" cerita na.Biar pembaca gak bosen.
2020-12-30
1