Li Fang telah berada di tempatnya yang selama beberapa hari ini, menjadi tempat berfungsi sebagai peristirahatan dirinya dan Wu San, setelah melakukan latihan.
Di tempat inilah semua kenangan lucu dengan Pamannya itu terjadi. Dari mendengar suara dengkurannya ketika tidur yang selalu membangunkan dirinya tengah malam, dan satu hal yang tak bisa ia lupakan, yaitu Pamannya ternyata ileran. Ketua dari Sekte yang kemungkinan besar semua anggotanya kuat, ileran? Seseorang akan tertawa terbahak-bahak ketika cerita itu ia sebarkan.
Li Fang sesegeranya masuk jauh ke dalam hutan, tepatnya di tempat kemarin dia di kejutkan dengan kejadian yang terkesan sangat mistis tersebut.
"Aku tidak boleh berlama-lama di dalam sini, tak baik bagi keselamatan diriku. Sebelum malam aku harus segera kembali ke Sekte, takut Paman memarahiku..."
Bukannya takut. Mungkin, jika belasan hewan buas yang telah berumur dewasa menyerangnya, ia masih bisa lawan. Namun, jika semua hewan buas itu muncul, dan hal yang tak di untungkan terjadi, yaitu pada malam tiba. Dia yakin tubuhnya akan menjadi santapan para hewan buas itu.
Li Fang mulai masuk lebih dalam lagi ke hutan. Dia hanya mengikuti semak-semak bekasnya kemarin lewati sebagai penuntun jalan.
Beberapa lama berselang, sekitar belasan meter lagi berjalan, tempat yang ia sangat yakin di situlah ia mendapat teror tersebut, tepatnya di bawah sebuah pohon yang sangat besar. Di sanalah ia mendengar suara tersebut.
Li Fang kemudian mencoba berjalan lebih dekat ke pohon besar itu berada. Setelah sangat dekat dengan pohon itu, dia sedikit kagum karena melihat batangnya sangat tebal, tak sengaja ia memandang ke atas, matanya melihat pohon ini sama sekali tak memiliki daun. Ranting-rantingnya sangat besar dengan akar belukar yang tak bisa di katakan melalui kata-kata lagi.
"Wah...Pohon ini luar biasa indah sekali. Aku baru menyadari pohon ini terlihat seperti sebuah rumah pohon yang sengaja di desain dengan arsitektur mengagumkan." Li Fang melebarkan matanya karena kagum.
Entah apa yang di pikirkannya, mungkin karena rasa penasarannya. Dia menggerakkan telunjuk tangan kanannya untuk menyentuh batang pohon itu.
Sedetik setelah telunjuk tangannya menempel di batang pohon itu. Angin tiba-tiba bergemuruh, di ikuti oleh auman seluruh binatang-binatang di hutan ini.
"Ada apa ini?" Li Fang mengerutkan dahinya memandang ke atas, burung-burung gagak dengan tak di sangkanya berkerumun tepat beberapa meter di atasnya, sejajar dengan tinggi pohon ini.
Harimau, Kera, dan hewan-hewan lainnya mengeluarkan suara khas mereka masing-masing. Namun, Li Fang masih bernasfas lega, karena dari suaranya, dia dapat mendengar suara dari hewan-hewan itu jauh dari tempatnya sekarang berdiri.
"Ah, ini..." Li Fang mengelus lehenya.
Angin aneh yang terakhir kali ia rasakan, saat ini tiba-tiba dirinya rasakan kembali.
"Sensasinya..., aku masih ingat betul sensasi dari angin aneh ini."
Hawa yang mengkecam dan sedikit mempunyai aura mistis adalah sensasi yang ia rasakan dari angin aneh ini.
"Dinginnya sampai menusuk ke pembuluh darah..."
Tak lama kemudian, hawa dari angin aneh itu kembali menghilang lenyap tak bersisa. Anehnya, setelah hawa dari angin itu menghilang, suara menggeram dari hewan-hewan sudah tak terdengar lagi, beserta burung gagak di atasnya juga ikut berhambur pergi.
Li Fang terlihat mengepalkan kedua tangannya keras, berusaha menahan rasa takut yang tiba-tiba datang tanpa perintah, menerpanya. Dia tak tahu sumber dari ketakutannya ini apa, tetapi ia yakin naluri takutnya muncul pasti mempunyai sebab. Tapi sebabnya apa?
"Mengapa...mengapa area sekitarku..."
Li Fang memandang seluruh area sekelilingnya, karena ia berdiri terus disini, semakin lama aura yang lebih mencekam nan mistis kembali dirinya rasakan. Namun, aura ini ia rasa kapasitas kemistikannya lebih besar dari sebelumnya.
Beberapa saat kemudian, hal yang tak di ekspektasikannya sama sekali, dan itu juga bukan sesuatu yang pantas di jadikan ekspektasi seseorang. Tiba-tiba muncul di hadapannya.
Ratusan ular dengan sisik hitam dengan tak di sangka, tanpa sepengetahuannya sekalipun muncul di depannya.
"Dari mana ular-ular ini berdatangan!"
Tak sengaja, Li Fang melihat ular-ular hitam yang belum bergabung dengan semuanya, keluar dari dalam pohon, di dekat pohon yang berada di sampingnya ini.
Ular-ular yang semua badannya, dari kepala hingga ujung ekor mempunyai sisik hitam hanya matanya saja yang berwarna merah, keluar dalam pohon layaknya hologram.
Ular-ular itu seperti menembus keluar, bisa di sambungkan ketika masyarakat yang sangat percaya dengan mistis berkata, ular itu layaknya hampir sama dengan setan, begitu orang-orang yang sangat mempercayai mistis akan menyimpulkan.
Namun, Li Fang tak bisa mempercayai itu, jika manusia yang muncul di hadapannya, ia dengan yakin akan membuat kesimpulan bahwa itu adalah setan, meskipun masih agak aneh menurutnya, mengapa setan keluar dari dalam pohon.
"Tak bisa, aku tak bisa percaya ular itu adalah setan...
"...Kurang ajar!"
Li Fang menghindari serangan ular yang dengan tiba-tiba menyerangnya dari arah samping. Dia hanya perlu melangkah mundur satu langkah kebelakang untuk menghindarinya tanpa terluka sedikit pun.
Ratusan Ular itu kemudian terlihat membentuk sebuah formasi lingkaran.
Li Fang menggemeretakkan gigi-giginya, ia tak menyangka ular-ular ini berhasil, dan cukup pintar juga menutup pergerakannya.
"Saat ini aku baru tahu, bahwa hewan juga ternyata mengetahui strategi bertarung. Kalian hebat, aku kagum...," ucap Li Fang sambil tersenyum kecut.
Li Fang tak tahu harus berbuat apa, ia hanya bisa bolak-balik menoleh-noleh kepalanya ke kiri kanan memandang kerumunan ular ini.
Ular yang berada di sisi kanannya mengangkat kepalanya ingin mematuk Li Fang. Namun, dengan cekatan dan pergerakan lebih cepat dari ular itu datang.
Li Fang menangkap ular itu, tepat sedikit di bawah kepalanya, bisa di katakan leher dari ular itu ia cengkram sekeras-kerasnya, dan berselang beberapa detik, ular itu terlihat sudah mati. Dia melempar ular itu dari tangannya, tetapi hal yang lagi-lagi membuatnya terkejut terjadi.
Sebelum jatuh ke tanah, mulut ular itu tiba-tiba terbuka, dan kemudian mulutnya mengeluarkan semprotan sebuah cairan ingin mengincar kedua bola mata lawannya.
Li Fang dengan refleksnya memiringkan kepalanya ke kiri menghindari semprotan cairan hitam itu agar tak terkena matanya.
"Aku asumsikan cairan hitam itu adalah racun berbisa dari sang ular, untung saja aku sempat menghindar, jika tidak, hal yang buruk akan terjadi," batin Li Fang.
"Kepintaran kalian ternyata di barengi dengan kelicikan juga. Aku hampir lupa, bahwa ular ternyata memiliki sifat alamiah seperti itu!"
Li Fang dengan geram mengepalkan tangan kanannya keras, dan kemudian ia angkat berniat ingin memberi pelajaran pada ular itu.
Lalu berselang satu detik kemudian, tinjuannya yang sudah mendarat di rahang ular itu, mengakibatkan tubuh sang ular terpental terbang tinggi ke atas, kepala ular itu hancur. Percikan darah kecil berwarna hitam tersemat di tangan Li Fang ketika sehabis meninju rahang ular itu hingga membuat seisi kepalanya hancur.
Setelah itu, pandangan Li Fang kembali ke semua ular lain yang sekarang sedang mengerumuninya.
Di sisi lain kepanikan yang di deritanya, Li Fang juga menaruh rasa simpati kepada ular-ular ini.
Ular-ular yang sedang mengerumuninya bahkan terlihat mengalahkan manusia dalam segi kehidupan bersosial. Saat ini semua ular tengah memandang ke satu arah, di mana salah satu kawanannya di terbangkan oleh Li Fang.
Dari sinar matanya, Li Fang yang sering mengalami kesedihan, mengetahui bahwa semua ular-ular ini bersedih.
Namun, tak lama, kesedihan itu kembali berubah menunjukkan sinar mata kemarahan. Nampak jelas dengan suara derikan yang di keluarkan dari masing-masing ular itu.
Merasa situasinya semakin memburuk, Li Fang memasang kewaspadaannya saat ini lebih tinggi dari sebelumnya. Di pikirannya terlintas untuk menggunakan pedangnya untuk pertama kali ini.
Sesuai dengan firasatnya, semua ular dari semua sisi, bahkan saat ini sebagian ular ada yang bergeser ke sisi belakang dan depannya, yang awalnya hanya berjumlah belasan. Kini semua sisi jumlahnya seimbang. Berniat menyerangnya secara beringas.
"Majulah Kalian semua! Akan ku tebas kepala kalian satu persatu..." Li Fang sangat berharap gertakannya berhasil menakuti semua ular, tetapi di balik itu, j ia juga sepenuhnya pesimis. Dia hanya bisa menutup matanya saja dan menunggu malaikat datang membantunya. Palingan satu atau dua saja yang bisa ia bunuh, maka dengan itu ia berfikir lebih baik tidak usah bergerak.
Dan benar saja, semua ular dari sisi: kanan, kiri, depan, belakang, melompat menyerang ke dirinya dalam posisi mematuk.
"Jika Sang pencipta ini menyayangiku, pasti ia akan menyelamatkanku...," gumamnya pelan, sebelum taring dan racun berbisa dari ular-ular itu semua sampai ke seluruh tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Nice
2023-10-31
0
Harman LokeST
laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuuuuuuutttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss
2023-10-03
0
Machan
hadir
2020-12-17
1