Li Fang bergegas ke kamarnya, sambil tetap berjalan waspada, agar tak di curigai oleh anggota-anggota cabang markas aliansi Aliran Hitam ini. Setelah berada di depan pintu, yang di dalamnya telah ada dua individu yang baru di kenalnya tadi, dirinya segera buru-buru masuk.
"Dari mana saja kau," ucap Jia Song sembari menoleh memandang Li Fang yang baru saja masuk. "Aku semakin tertarik untuk ikut bermain bersamamu."
Dalam perkataannya itu, Jia Song mengirinya dengan senyum aneh.
Li Fang sedikit mengerinyitkan keningnya.
Tidak ada yang Li Fang tak ketahui dari ciri-ciri seseorang yang telah melewati kepedihan dalam kehidupan sehari-harinya. Dia tahu senyum yang dirinya lihat tadi, di baliknya tersemat sebuah dendam. Ketika malam tiba, sebelum tidur. Ia sering menyunggingkan senyum itu kala teringat kembali kenangan bersama Ayahnya.
"Namun, dendamku jauh lebih luas darinya...," guman pelan Li Fang sembari melangkah menghampiri mereka berdua dan kemudian duduk di atas kasur.
"Ah, apa yang kau bilang?" Respons Jia Song terhadap perkataan yang di keluarkan dengan gumamam pelan itu.
"Lupakan saja, itu tak penting," lanjut Li Fang, "seperti apa yang telah tadi ku katakan. Aku akan kembali lagi menemui kalian berdua..."
Li Fang beralih memandang Jia Bingbu yang tengah tertidur lelap di sampingnya. "Bisa kau bangunkan dia? Entah mengapa mendengar dengkurannya membuat aku sangat terganggu."
Jia Song mengangguk menyanggupi, ia kemudian meniup lubang telinga Jia Bingbu.
"Mengapa kau selalu mengganggu kala aku tertidur, Kak." Jia Bingbu terbangun dengan wajah kesal. "Dan sudah kukatakan berulang kali untuk tak membangunkanku dengan cara seperti itu!"
"Cepat bangun! Dia sudah kembali."
Li Fang menahan tawanya agar tak keluar. Melihat tingkah apa yang di lakukan kedua orang yang ia asumsikan sebagai kakak beradik ini.
"Aku tadi mengatakan akan segera kembali. Namun, dalam waktu sesingkat itu kau sudah tertidur. Bagaimana jika aku pergi selama setahun..."
Di bangunkan oleh Kakaknya dengan meniupi telinganya sudah sangat membuatnya kesal. Dan di tambah dengan sebuah hinaan candaan yang bersifat sedikit terdengar sebagai perumpamaan, seketika menambah kekesalannya kepada mereka berdua menjadi-jadi.
"Hei, kau tak perlu menatapku seperti itu. Yang pantas melakukan itu hanyalah aku, dan kalian berdua sebagai objeknya..."
"Langsung saja, kau anak sombong...," ucap Li Fang sambil menatap Jia Bingbu. "Perkenalkan dirimu kepadaku."
"Anak sombong? Asal kau tahu, aku bersikap seperti ini hanya mengikuti suasana hatiku saja."
"Benar, jangan kau salah paham. Adikku ini sebenarnya baik dan ia sangat menjunjung sopan santun," komentar Jia Song.
"Aku senang mendengar pujianmu itu, Kak. Dan secara tak langsung kamu mengatakan bahwa aku bersikap begini karena salahmu," lanjut Jia Bingbu, dengan menjawab pertanyaan Li Fang. "Namaku Jia Bingbu, kamu bisa memanggilku dengan panggilan Bu. Itupun jika kau ingin memanggilku seperti itu!"
Li Fang tersenyum kecil mendengarnya. "Jelas saja aku akan memanggilmu seperti itu, kau harus berterima kasih kepada Kakakmu karena telah melontarkan pujian yang membuat diriku menjadi memandangmu sebagai anak yang baik."
"Baik, sesuai dengan apa yang ku prediksi. Kamu yang akan menjelaskan secara detail perkenalan dirimu. Aku mengharapkan kau juga memberitahuku tentang asal dari mana kalian berdua berasal."
Li Fang ingin mendengar itu di jelaskan secara detail dan yang di berikan tuntutan saat ini untuk menjelaskan adalah Pria di sampingnya yang jauh lebih dewasa darinya.
Jia Song mengangguk mengiyakan, sebelum kemudian menjelaskan. "Aku bernama Jia Song, kamu bisa memanggilku dengan sebutan apapun. Dan yang sudah ku eskpektasikan, kamu pasti telah mengetahui bahwa kami berdua adalah saudara."
Li Fang tak memberi balasan yang berarti, ia hanya menggukkan kepala sekali. Memberikan kesempatan untuk Jia Song melanjutkan penjelasannya.
"Menjawab pertanyaan yang kau berikan tentang dari mana kami berdua berasal... Pasti kamu telah mengetahui kami berdua adalah Pendekar. Dan lebih ku jelaskan secara tepat, Aku dan Adikku berasal dari sebuah Sekte kecil. Yang letaknya tak banyak orang ketahui," jelas Jia Song.
Li Fang mengangguk membalas. Namun, ia masih belum puas. Dia yang tahu apa tujuan sebenarnya dari Jia Song. Kendati begitu, dirinya berfikir akan menanyakan hal itu ketika ia sedang bertatap empat mata saja.
"Aku tak mau menanyakan tentang nama Sektemu. Aku cuman ingin tahu di mana letaknya saja..."
"Sangat jauh, kita harus melewati banyak perbatasan. Sekteku berdampingan dengan Bukit, seperti yang sudah ku katakan letaknya berada di pedalaman terpencil. Namun, masuk dalam wilayah daratan kota Lu'an. Kalau ingin pergi kesana, seseorang harus terlebih dahulu melewati Kota Feszhou."
Jia Song berharap dengan penjelasan panjangnya itu. Kepercayaan anak di samping kanannya yang duduk Jia Bingbu di tengah sebagai pemisah mereka, semakin besar. Agar tak ada lagi kecurigaan di dalam dirinya kepada mereka berdua.
Namun demikian, Li Fang bertanya itu dengan suatu tujuan selubung. Mempertanyakan letak Sektenya, ia gunakan sebagai pengalihan saja. Dia sekarang semakin percaya bahwa kedua orang itu menguntitnya sampai kesini, bukan untuk alasan konyol dan sepele seperti itu.
Li Fang yakin mereka berdua pasti mempunyai tujuan tertentu untuk kesini, dan hanya sekedar tak sengaja mereka menyambung-nyambungkan alasan kepada dirinya agar mereka berdua bisa masuk dengan mudah kesini.
"Tidak mungkin, 'kan, seseorang tanpa tujuan mau datang jauh-jauh sampai kesini. Aku tak sepolos yang kalian pikirkan kawan...," batin Li Fang.
**
Tempat yang memiliki aura mencekam, karena di dalam sini yang lebih mendominasi adalah kegelapan. Akar belukar pohon banyak tumbuh di sekeliling ruangan gelap ini.
Di atas kursi yang terbuat dari akar lebat duduk seorang individu, yang tak lain adalah Shi Fei. Lelaki yang mendeklarasikan dirinya sebagai Ketua dari para Siluman Ular.
"Penatua Ryu, aku ingin kamu menyusul kepergian anak itu. Diriku tak mau akan terjadi sesuatu buruk menimpanya," katanya kepada seorang lelaki setengah baya yang berlutut di depannya.
Saat bertarung dengan Li Fang, ia di buat kaget. Kekuatan fisik dari tubuhnya, mengingatkan dirinya ke seseorang. Karenanya, ia menyuruh beberapa muridnya untuk diam-diam pergi ke Sekte Kabut Bayangan menemui anak itu.
Namun, muridnya mengatakan bahwa ia tak menemukan anak yang di maksud. Dan info lain yang di berikan kepadanya, anak itu sudah pergi dari Sekte tersebut. Beberapa hari yang lalu.
"Baik, Ketua, dengan kemampuan penuh. Aku akan berusaha menemukannya..."
Dan, sebab itulah, ia memanggil salah satu Penatuanya. Long Ryu satu-satunya Penatua-nya yang sangat ahli dalam bidang mencari informasi dan melacak seseorang.
"Ingat, jangan kamu sakiti dia. Anak itu kamu harus jaga kemanapun ia pergi. Bila ia tidak suka dengan keberadaanmu kau boleh mengambil jarak untuk menjaganya."
"Siap, Ketua!"
Long Ryu tanpa banyak kata lagi segera berbalik dan berjalan keluar.
Sebuah pintu yang terlihat seperti hologram menjadi penghubung antara tempat ini dan luar.
Long Ryu telah berada di luar dengan wujud kembali berubah menjadi ular.
"Meskipun, aku tak mengerti dengan jalan pikiran, Ketua. Menaruh perhatian kepada anak yang telah menyerangnya, tetapi aku tetap akan menjalani misi ini..."
Dalam wujud ular itu, ia masuk kedalam semak-semak. Wujudnya ini juga memberikan keuntungan bagi Siluman Ular sepertinya. Radius pendeteksian terhadap hawa keberadaan seseorang menjadi lebih luas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Harman LokeST
laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuuuuuuutttttt
2023-10-03
0
Machan
tempat yg gelap bagus buat uji nyali😁😁
2020-12-17
1