Aliansi Aliran Hitam

Di depan gerbang Sekte Pedang Abadi, debu tanah mengepul kemana-mana membuat beberapa anggota yang berjaga di sana harus menutupi mulut mereka dengan tangannya, agar debu tak masuk ke dalam mulutnya.

Wang Yuan, Xu He, dan beberapa Penatua berada di atas tembok tertinggi dari Sekte. Mereka terlebih dahulu ingin mengamati situasi, dan memperkirakan jumlah musuh. Dan sebagian Penatua telah bersiap-siap mengatur seluruh muridnya bila hal yang tak di inginkan terjadi.

Wang Yuan juga tak lupa memberitahu kepada beberap Penatua, untuk tak lupa mengungsikan anak-anak, mau itu wanita ataupun laki-laki, termasuk juga para istrinya. Sekte Pedang Abadi memiliki beberapa semacam tempat atau bahkan pintu darurat, yang berada ruang bawah tanah.

Sementara di dalam sebuah kamar, terjadi perdebatan yang panjang antara Li Fang dan Penatua yang di tugaskan oleh Wang Yuan untuk mengevakuasi.

Li Fang memandang kesal Penatua setengah baya di depannya. "Aku sudah bilang tidak akan mengikutimu. Ayah, aku ingin bertemu Ayah!"

Penatua yang bernama Shen Fu itu telah lama berdebat dengan Li Fang. Karena anak itu ingin memaksa menemui Ayahnya.

"Membujuk, Tuan Muda, sepertinya sulit." Shen Fu bergumam sambil berfikir.

Setelah bergumam demikian, ia dengan cekatan mengangkat tangannya berniat memberikan totokan, agar Tuan Mudanya pingsan. Supaya lebih mudah membawanya.

Namun, apa hasilnya? Sama sekali tak terjadi apa-apa. Li Fang tidak kehilangan kesadaran, malahan ia saat ini terlihat tambah kesal. "Apa yang Paman lakukan...?! Jangan bilang Paman ingin membuat aku kehilangan kesadaran."

Kedua mata Shen Fu melebar, tak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya. Dia sangat yakin telah mengalirkan tenaga dalam ke kedua jarinya, dan ia juga yakin tak ada yang bisa mengalahkannnya dalam ilmu totokan di antara Penatua yang lain.

"Ba-bagaimana bisa...," ucapnya dengan ekspresi sedikit kaget.

Li Fang kembali berkata, wajah kesalnya mulai menghilang. "Lebih baik, Paman, ceritakan situasi apa yang sekarang terjadi di depan. Dan Paman tak perlu berbohong. Aku tidak bodoh, tadi telingaku mendengar suara lonceng itu!"

Shen Fu terdiam beberapa detik memandang Li Fang, masih dengan ekspresi tak percaya. Namun, menerka waktu telah beberapa lama ia di sini, secepatnya dia kemudian berkata.

"Di luar...Sebentar lagi akan terjadi pertempuran yang hebat, Tuan Muda. Paman tak perlu menjelaskan secara rinci tentang situasi di de--"

Ucapan Shen Fu refleks terhenti, saat melihat Tuan Muda - nya telah bergerak turun dari kasur. Shen Fu segera menahannya.

"Anda tak bisa kemana-mana, Tuan Muda. Di luar berbahaya!"

Shen Fu dengan cara terpaksa menggendong Li Fang, meskipun wajahnya di cakar-cakar hingga melukainya sedikit. Namun, itu tak apa-apa, jika Tuan Muda - nya terluka, hukuman yang berat akan ia terima dari sang ketua.

**

Suara hentakan kaki kuda masih belum berhenti terdengar, suara kaki kuda itu menginvasi seluruh telinga murid Sekte Pedang Abadi, bahkan debu tanah di depan gerbang semakin mengepul.

Namun, samar-samar dari dalam debu itu, Wang Yuan dan yang lainnya telah dapat melihat ribuan bahkan puluhan ribu orang yang menunggangi kuda.

Dan tak lama, semua orang yang memakai jubah hitam dengan di serasikan tudung hitam berhenti tepat 10 meter dari gerbang Sekte Pedang Abadi berada.

Tiba - tiba pelipis dari Wang Yuan mengeluarkan keringat dingin. Saat pandangan matanya dapat melihat dengan sangat jelas kisaran jumlah musuh yang sangat fantastis banyaknya.

Menurutnya, jika mereka pun menggabungkan kekuatan seluruh tiga Sekte aliran putih terkuat. Dia masih tak yakin akan menang. Jumlah musuh jelas terlalu banyak, jika di bandingkan dengan seluruh jumlah muridnya. Aura mencekam pun keluar dari tubuh masing-masing individu yang duduk di atas kuda itu.

"Penatua He, bisakah anda menghampiri pemimpin mereka, sekedar berbicara baik-baik agar situasi yang tak di inginkan kembali tidak terjadi. Penatua He boleh pergi ke sana bersama dengan beberapa Penatua."

Wang Yuan bukan pengecut, untuk berbicara baik-baik terlebih dahulu. Karena nyawa semua anggotanya sekarang lebih penting.

Xu He mengangguk pelan, ia dengan tiga Penatua yang lain termasuk juga Shen Fu yang telah kembali setelah melakukan tugasnya, bersama-sama turun dari tempat tinggi ini, dan pergi menemui pemimpin dari pasukan musuh mengikuti instruksi ketuanya.

**

"Buka gerbangnya," pinta Xu He kepada anggotannya yang bertugas berjaga di gerbang.

Setelah terbuka dengan lebar, Xu He dan ketiga Penatua lainnya segera berjalan keluar, berniat menemui pemimpin musuh.

Xu He berdiri sekitar beberapa meter dari penunggang kuda yang berada paling depan dari penunggang lainnya, kemungkinan ia adalah pemimpinnya.

Xu He beserta tiga Penatua tak berusaha menyembunyikan aura petarungnya. Malahan, mereka beerempat semakin menguarkan aura petarungnya, ingin menekan pemimpin musuh.

"Saya, Penatua dari Sekte Pedang Abadi ke sini hanya ingin berbicara baik-baik, agar situasi yang 100 tahun lalu, tidak terjadi kembali lagi."

Suara dari Xu He terdengar pelan, tetapi bila sampai di telinga orang yang mendengarnya itu akan terdengar nyaring. Karena di dalam suaranya ia sedikit mengalirkan tenaga dalam ke kerongkongannya. Apa yang di lakukan oleh lelaki sepuh itu sebenarnya bisa di lakukan oleh pendekar lain, tapi dengan syarat, mereka harus memiliki lingkaran tenaga dalam dengan jumlah ratusan lingkaran ke atas.

Namun, jawaban yang di berikan dari perkataannya, hanyalah sebuah keheningan. Dari sekian puluhan ribu orang, sama sekali terdengar tak ada yang meresponnya.

Tak berselang lama suara tawa menggelegar dengan nyaring.

"Ha...ha...ha..."

Puluhan detik berlalu, baru suara tawa itu terhenti. Xu He dan ketiga Penatua tidak tahu siapa pemilik dari sumber tawa yang menggelegar nyaring itu. Namun, yang pasti pemilik dari suara tawa itu adalah seorang wanita, terdengar dari timbre tipisnya suara itu.

Dan tak lama kemudian, penunggang yang berada paling depan dari mereka bersuara. "Aku mengekspektasikan, ketuamu yang datang berbicara denganku. Entah mengapa aku merasa sedikit tersinggung."

Setelah berkata demikian, orang yang bersuara itu membuka tudung kepalanya. Seketika aura membunuh yang pekat menyelimuti area sekitarnya.

Xu He dan ketiga Penatua kaget, saat melihat wajah dari orang itu. Wajahnya di penuhi bekas luka bakar, kekuatannya sangat besar. Kedua anggota Sekte Pedang Abadi yang menjaga gerbang seketika tak sadarkan diri.

Orang itu tak lain, dan tak bukan adalah Mo Xing. Ketua dari Organisasi Iblis Gelap, sebuah Organisasi yang paling kuat Aliran Hitam di seluruh Kekaisaran Zhou.

Mo Xing menyeringai ke arah Xu He. Sebelum kemudian berteriak lantang. "Buka tudung kalian semua!"

Mendengarnya, semua orang-orang yang berada di belakangnya segera membuka tudung yang berada di kepalanya.

Tepat di belakang Mo Xing, ketiga individu yang sangat terkenal dengan kekejaman dan kesadisannya, berada di sana.

Guo Heng, ketua dari Kelompok Kalajengking beracun.

Yang Shu, ketua dari Sekte Bukit Setan. Sebuah sekte aliran hitam sesat terbesar dan terkuat.

Dan yang satunya adalah, Ming Ling. Satu-satunya pemimpin yang berjenis kelamin wanita, dia adalah ketua dari Kelompok Serigala Taring.

Xu He langsung menafsirkan pemilik dari suara tawa itu adalah Ming Ling. Karena dirinya lah sendiri wanita.

Shen Fu dan dua Penatua yang berdiri di belakang Xu He. Tiba-tiba rasa takut menyelimutinya, kaki ketiganya bergetar saat melihat ke empat individu tersebut. Bukan tanpa alasan, mereka mengalami ketakutan itu. Organisasi, Kelompok, dan Sekte, dari ke empat orang itu adalah yang terkuat dalam aliran hitam di seluruh Kekaisaran Zhou. Bahkan Mo Xing sendiri, menempati posisi pertama sebagai pendekar aliran hitam terkuat.

"Haha...Kau ingin berbicara baik-baik dengan kami? Tak perlu lah, Kaisar telah memerintahkan kami untuk merebut pusaka itu, agar akar dari kekacauan tidak lagi ada." Ming Ling kemudian tersenyum sinis.

Mendengar perkataan yang bermaksud merendahkan itu, Xu He seketika mengetahui kemana arah akan terjadinya situasi yang sebentar lagi terjadi, sebuah peperangan tak menunggu waktu lagi untuk terjadi.

"Penatua Fu! Cepat kamu pergi melapor ke ketua. Tentang situasi ini," imbuh Xu He tanpa menoleh ke arah Shen Fu. "Dan jangan lupa perintahkan secepatnya semua pasukan kita untuk menyerang!"

Namun, Shen Fu masih memaku tak beranjak dari tempatnya berdiri. Dia merasa tak enak meninggalkan Xu He dan kedua Penatua lainnya menghadapi ke empat Individu tersebut.

"Cepat!" Teriak Xu He dalam nada perintah sekali lagi.

Tanpa berkata apapun, Shen Fu dengan cepat berlari kedalam menemui ketuanya.

"Kau berani juga, aku sangat mengagumi keberanian yang kamu miliki...," ucap Mo Xing.

"Tapi, dengan keberanianmu tak akan bisa mengalahkanku!" Mo Xing melompat turun dari kudanya, dan langsung menyerang Xu He.

Xu He menyambut serangannya dengan tenang.

**

Q : Kenapa nama MC-nya memakai marga Li sedangkan Ayahnya Wang?

A : Author beritahu sedikit, yang sudah baca sampai episode ini pasti udah tahu bahwa Li Fang sama sekali tak mengetahui keberadaan ibunya. Dan jika Readers membaca sampai ch 8 di situ kalian akan mengetahui sedikit asal usul marga itu.

Singkatnya, ku buka sedikit misteri yang telah ku buat. Li Fang memiliki hubungan darah dengan Li Zheng.

Sementara Marga Li sendiri Author ambil dari sebuah web di goggle yang di tuliskan marga pertama yang ada di daratan Tionghoa adalag marga Li.

Terpopuler

Comments

Lanjutkan tor

2023-10-31

0

Harman LokeST

Harman LokeST

next author

2023-10-03

0

arif tatta

arif tatta

masih tahap memahami isi dri cerita ini, tetap semangat thor

2021-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!