"Kalian semua buang mayat-mayat tak bernyawa ini ke dalam hutan. Biarkan hewan buas menyantapnya," ucap Mo Xing yang menyuruh sebagian muridnya untuk membersihkan area ini dari mayat-mayat tersebut.
Ming Ling, Yang Shu, telah berdiri di sisi kanan dan kiri Mo Xing. Wajah mereka berdua terlihat masam.
"Aku menyepelekan kemampuan Sekte ini. Awalnya aku berfikir, tentang rumor yang mengatakan bahwa Sekte memiliki murid-murid berbakat itu sama sekali tak benar, tapi kenyataannya."
Yang Shu memandang sedih kepala Guo Heng, yang perlahan-lahan melepuh dan tak lama menjadi cairan hitam.
"Mungkin bukan kau sendiri saja yang berfikir seperti, tetapi semuanya." Ming Ling berkata sembari memandangi tumpukan mayat dari pasukan yang di bawahnya.
Apa yang di katakan oleh kedua orang berbeda gender itu memang benar. Karena dari 20 ribu pasukan yang mereka bawa, sekarang tersisa hanya tak sampai 10 ribu. Ming Ling dan Yang Shu, bahkan kaget tak percaya saat menghadapi beberapa Penatua Sekte ini yang bahkan Kultivasinya hampir menyamai mereka berdua.
"Sudah, sudah, kalian lupakan saja soal itu. Yang terpenting kita bisa menang, dan mengambil pusaka pedang itu. Pusaka yang akan membangkitkan Aliran Hitam."
Tak lama, mereka bertiga di ikuti beberapa Penatuanya melangkahkan kaki memasuki Sekte ini, sambil berjalan tawa-tawa yang bersifat menyeramkan menggelegar dari mulut ketiganya.
**
Tak sampai beberapa jam setelah pertarungan itu, kabar dari kekalahan dan tewasnya Ketua dari Sekte Pedang Abadi telah menyebar ke semua telinga Pendekar Aliran Putih.
Di dalam sebuah ruangan, duduk dua orang berbeda gender yang terlihat telah berumur setengah baya, hampir mencapai usia sepuh.
Wanita tersebut memandang ke jendela dengan tatapan kosong dan tak percaya sambil memegang sebuah kertas putih yang berisi tulisan tinta hitam.
Wanita itu adalah Wen Hwa, Ketua dari Sekte Merpati Putih. Sekte yang saat ini menduduki tahta tertinggi sebagai yang Sekte terkuat Aliran Putih di Kekaisaran Zhou.
Dari fisiknya, mungkin seseorang akan beramsumsi bahwa dia berusia 50 tahunan. Namun, berbanding jauh dari kenyataan yang sebenarnya, karena usia saat ini telah lebih dari seratus tahun.
Semua orang dari Aliran Putih tahu, bahwa Wen Hwa adalah sahabat dari Pendiri Sekte Pedang Abadi yang telah mati. Bahkan, di rumorkan mereka mempunyai hubungan yang jauh lebih dekat dari sekedar sahabat, tetapi itu hanya sekedar rumor belaka. Yang fakta dan keasliannya belum jelas.
"Kalau begini terus, semakin lama Pendekar Aliran Hitam akan semakin leluasa, Ketua." Qen Bu, Penatua sekaligus tangan kanannya berkata.
Wen Hwa tetap pada kediaman yang lantas menciptakan keheningan, tetapi itu hanya sesaat. "Biarpun Aliran Hitam mendapatkan Pusaka itu. Namun, mereka tak akan mampu menggunakannya. Sebelum kitab yang tak ada seorang pun tahu keberadaannya mereka tidak dapatkan...
"Karena Kitab dan Pedang itu saling berkaitan. Di dalam Kitab tersebut terdapat berbagai jurus-jurus yang di khususkan untuk Pusaka itu." Jelas Wen Hwa.
"Bukan hanya itu, Ketua..." Qen Bu kembali membuka suara, "Dari pengamatanku setelah ku teliti pergerakan dari Aliran Hitam. Mereka sepertinya pelan-pelan ingin menguasai dunia persilatan dengan satu persatu menghancurkan Sekte dari Aliran Putih."
Wen Hwa memandang diam Qen Bu beberapa saat, sebelum kemudian berkata. "Saat ini pergerakan dari Pendekar dari Sekte Aliran Putih sedang kunci oleh Kaisar, yang berpihak ke Aliran Hitam."
Qen Bu mengangguk mengerti setelah mendengarkan perkataan Ketuanya. Dia juga tak mengerti mengapa beberapa tahun ini Kaisar lebih mendukung Aliran Hitam.
"Satu hal yang ingin ku tanyakan kepadamu, Qen Bu." Wen Hwa berkata.
Dengan cepat Qen Bu menjawab, "Apa yang anda akan tanyakan 'kan ku jawab."
"Apa benar salah seorang dari Pendekar terkuat Aliran Hitam, telah mencapai tahap Kultivasi Pendekar Langit?"
"Aku juga tidak tahu jelas, Ketua, tapi dari informasi yang telah tersebar. Salah satu dari Pendekar mereka mencapai tahap itu. Tapi, informasi itu masih belum di pastikan keakuratannya."
Kalimat dari terakhir Qen Bu terkesan menenangkan hati dari Ketuanya. Dia tahu wanita di dekatnya ini pasti sedang membandingkan kekuatannya dengan Pendekar dari Aliran Hitam tersebut.
"Aku tak menyangka, ada juga Pendekar yang mencapai tahap itu selain aku dan ---"
Wen Hwa tak melanjutkan perkataannya, raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi rasa bersalah.
"Nenek! Nenek! Nenek!" Seseorang terdengar berteriak dari depan sambil menggedor-gedor pintu ruangan Wen Hwa.
Qen Bu lantas bangkit dari duduknya, berniat untuk membuka pintu.
Seorang gadis kecil yang terlihat berusia sekitar 9 tahun tiba-tiba masuk dan menghampiri Wen Hwa.
"Nenek, Paman Bi tak mau mengajari bermain pedang."
Gadis kecil itu memanyunkan bibirnya sambil melipat kedua tangannya di hadapan Wen Hwa.
"Yu'er, ini sudah waktunya tidur, tak ada lagi yang di perbolehkan berlatih malam ini, kakak Cio pun sudah tidur."
Wen Hwa berkata dengan kelembutan, dia mengelus-elus rambut dari Xue Yu, satu-satunya cucu berjenis kelamin wanita yang ia miliki.
"Ah...Nenek sama saja dengan Paman Bi." Gadis kecil itu memalingkan wajahnya tak mau memandang Wen Hwa.
Wen Hwa hanya tertawa kecil, alasan mengapa ia bersikap lembut kepada cucunya itu. Karena dia juga dulu di perlakukan seperti itu sama kedua Orang Tuanya. Namun, ketika berbicara dengan cucu laki-lakinya, ia akan berucap dengan ketegasan. Itulah yang membuat sebagian sepupu dari Xue Yu iri.
"Coba panggil, Paman Bi, kesini. Nenek ingin berbicara dengannya."
Tanpa di panggil, lelaki yang bernama Dan Bi telah berada di depan pintu. Nafasnya terlihat tak teratur.
"Apa kamu tak mengajari cucuku ini teknik bermain pedang?" tanya Wen Hwa pura-pura memasang wajah seram dengan menaikkan satu alisnya.
Lelaki yang di panggil oleh Xue Yu itu, Paman Bi. kemudian membalas, "Tadi siang, Paman mengajari Nona bermain pedang 'kan."
"Hmph..."
Xue Yu mendengus ke arah Dan Bi. "Tadi siang Paman memberiku pedang plastik. Padahal, aku maunya pedang yang asli, dengan ketajaman yang luar biasa."
Xue Yu berbeda dengan gadis-gadis kecil yang seumuran dengannya. Dia memiliki sedikit jiwa dan keberanian seorang lelaki. Mungkin, hal itu terjadi karena semua saudara dan sepupunya lelaki.
Wen Hwa sebisanya membalas dengan respons yang tak membuat suasana dari cucunya itu semakin memburuk.
"Yu'er...Dahulu, Nenek juga sama sepertimu pada usia yang sama sewaktu kecil dulu Nenek sangat ingin bermain pedang yang tajam, tetapi setelah Orang Tua Nenek memberitahu, bahwa seseorang bisa memegang pedang yang asli pada saat berusia 17 tahun. Pada saat itu, Nenek, tidak mau lagi membantah, dan mengikuti apa yang di katakannya." Jelas Wen Hwa sambil sedikit memberikan edukasi dari seni tentang berpedang kepada cucunya.
Xue Yu menundukkan kepalanya setelah mendengar penjelasan yang panjang dari Neneknya.
"Jangan kamu salahkan dirimu, Yu'er."
Xue Yu kembali mengangkat kepalanya, tetapi dengan senyuman manis terpatri di bibirnya. "Makasih Nenek telah memberitahuku, Yu'er tak akan memaksa lagi untuk itu."
Setelah berkata demikian, Xue Yu lari keluar sambil menarik Dan Bi dari ruangan itu meninggalkan Wen Hwa yang tersenyum melihat tingkahnya.
Qen Bu dengan cepat menutup kembali pintu. Kemudian, mereka berdua kembali lagi duduk di tempatnya semula.
Wen Hwa membuka percakapan terlebih dahulu, setelah duduk kembali.
"Biarkan aku mengumpulkan kekuatan selama beberapa tahun, pada saat itu tiba kita akan membasmi Aliran Hitam..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Kemana Li Feng....
2023-10-31
0
Harman LokeST
laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuuuuuuutttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss
2023-10-03
0