Perpisahan

Laporan yang di berikan oleh Shen Fu tak di respons. Dan juga bukan sesuatu yang patut di balas, pasalnya dari atas sini Wang Yuan telah dapat melihatnya. Bahkan dari barisan paling belakang pasukan musuh ia dapat lihat dengan jelas.

Hati Wang Yuan sekarang di penuhi kesedihan nan rasa bersalah mendalam. Dia telah melihat keempat individu terkuat di aliran hitam bersatu menyerang Sektenya.

"Ahhh..." Hela Wang Yuan, wajahnya terlihat sesal.

Anak kecil pun tahu ketika melihat pertempuran ini, siapa yang akan keluar sebagai pemenang. Wang Yuan hanya bisa pasrah, mungkin hari ini adalah hari di mana Sekte Pedang Abadi hanya menyisakan nama.

Dalam kesedihan yang berlarut-larut selama beberapa saat itu. Dengan tiba-tiba, kedua bola mata Wang Yuan memancarkan sinar kehidupan. Seperti harapan muncul kembali.

Dengan menggebu-gebu ia berkata.

"Penatua Bing, dan yang lainnya tolong kerahkan murid-murid untuk membantu ketiga Penatua lainnya menghadapi musuh! Aku akan pergi sebentar, setelah beberapa saat diriku akan kembali ke medan pertempuran bersama kalian."

Tak menunggu respons Penatuanya, Wang Yuan dengan cepat melesat pergi. Terlihat ia masuk kedalam kediaman Sektenya.

"Aku mengambil alih, dan akan memimpin kalian dalam peperangan ini...," tegas Penatua Bing.

Di bawah tembok yang tinggi tempat berdiri Penatua itu, terletak lapangan Sekte. Di atas tanah lapangan Sekte telah berbaris dua ribu murid dengan keadaan siap bertarung.

Di pinggang mereka masing-masing murid telah tersemat pedang, hanya tinggal di tarik dari sarungnya saja. Mayoritas dari mereka berada di tingkatan Pendekar Raja menengah, sekitar ratusan saja dari mereka mencapai tingkat Pendekar Kaisar awal.

Penatua Bing, yang di tugaskan sementara oleh Wang Yuan untuk memimpin pasukan berkata dengan semangat juang yang tinggi.

"Di depan gerbang Sekte kita yang suci ini, ada sekelompok orang-orang biadab yang mencoba menghancurkan keutuhan Sekte tercinta kita ini. Maka dengan itu ku perintahkan kalian untuk melawan mereka, walaupun nyawa sebagai taruhannya..."

Penatua Bing menarik nafas dalam, setelah itu mulutnya berteriak lantang. Dengan jangka waktu yang kurang lebih 10 detik baru seruannya berhenti.

"Serang...!!!"

Dia mengehela nafas kembali.

**

Sebuah ruangan bawah tanah yang ukuran lebar dan panjangnya sangat menakjubkan, meskipun tempat itu menjadi sarang nyamuk. Namun, di situlah semua orang di evakuasikan.

Berbeda dengan semua orang yang terlihat tenang, di sudut ruangan itu seorang anak kecil yang terlihat tampan sedang meronta-meronta berusaha melepaskan tali yang mengikat kedua tangan dan kakinya.

Sudah sedari tadi Li Fang meronta seperti itu, tetapi hasilnya nihil. Tali yang yang terbuat dari rotan mengikat kedua tangan dan kakinya dengan kuat.

Yang lain ingin membantunya, tetapi saat mengingat perkataan Penatua termuda Sekte, Shen Fu. Mereka kembali memutuskan niatnya untuk membantu Tuan Muda-nya yang dengan susah payah melepaskan tali rotan itu.

Namun, hal yang di anggap hanya usaha kosong saja, membuahkan hasil. Perlahan-lahan dengan tekanan yang di berikan oleh Li Fang kepada kedua tangan dan kakinya, membuat tali rotan itu sedikit demi sedikit menipis, terlihat sebentar lagi akan putus.

Li Fang tak bisa menahan dirinya untuk tersenyum. Tak lama kemudian, bibirnya membentuk senyum yang merekah.

"Akhirnya... Tali ini putus juga," ucapnya senang sembari berdiri.

Senyumnya bertambah lebar saat melihat pintu ruangan bawah tanah sepertinya, tak di kunci dari luar, hanya di kunci dari dalam.

Li Fang kemudian menoleh ke kiri dan kanannya mengeksplorasi seluruh ruangan bawah tanah ini. Dia terlihat seperti sedang mencari seseorang.

"Ah itu dia, Paman San...."

Pandangannya jatuh kepada seseorang yang terlihat paling tua di antara mereka. Lelaki itu sekilas telah berusia 60 tahun ke atas.

Li Fang jalan ke tempatnya berdiri, mencoba menghampirinya. Wajah dari lelaki tua itu terlihat cemas dengan pandangan yang terus menerus menatap ke pintu ruangan bawah tanah ini.

"Paman San..."

Mendengar namanya di sebut, ia lantas menoleh ke sumber suara itu. Kepalanya sedikit ke bawah, karena postur tubuh Li Fang lebih pendek darinya. "Tu-tuan Muda."

Ucapannya sedikit terbata-bata saat melihat diri Li Fang. Dia berkata sambil mengerinyitkan keningnya, menurutnya, Tuan Muda-nya telah di ikat dengan kuat agar tak bisa bergerak leluasa. Bahkan, dia sendiri yang membantu Shen Fu mencari tali rotan.

"Tak perlu kaget, Paman San. Langsung saja, aku ingin meminta kunci ruangan ini." Pinta Li Fang.

Lelaki tua yang di panggil sebagai Paman San terlihat cemas. Berada di antara tengah keputusan yang sulit, apakah dia akan memberi kunci yang telah di titipkan padanya oleh Shen Fu. Atau, ia akan memberikan kuncinya ke Li Fang. Dan Paman San tahu, apa yang anak ini mau, pasti ia akan terus mengejarnya mau bagaimanapun kesulitannya.

"Paman San, tak perlu berbohong. Kunci ruangan ini pasti berada di saku pakaian Paman 'kan!"

Perkataan bohong yang telah di susun oleh Paman San untuk ia ucapkan tak jadi keluar dari mulutnya. Ketika Li Fang memotong menebaknya dengan benar.

Dan dengan cekatan jari jemari mungil tangan Li Fang menerobos masuk tanpa izin ke sakunya, mengambil kunci.

"Ah ini dia! Makasih Paman San!"

Setelah berkata demikian, Li Fang berbalik dan berjalan ke pintu ruangan bawah tanah ini untuk membukanya.

Namun, saat kesenangan telah memenuhi hatinya, karena sebentar lagi perasaan takut bercampur cemas ingin menemui Ayahnya akan terlaksana.

Akan tetapi, belum juga Li Fang melangkahkan satu kakinya keluar....

Wang Yuan atau ayahnya telah menghadang jalannya dengan berada tepat di antara pintu dan dirinya.

"Kamu tak boleh kemana-mana, Fang'er. Di luar bahaya. Lebih baik dirimu ikuti Ayah. Ada sesuatu yang akan Ayah lemahmu ini akan berikan."

Li Fang tak dapat membalas maksud dari perkataan Ayahnya. Pasalnya, Wang Yuan telah terlebih dahulu menarik tangannya.

Wang Yuan mengajak Putranya itu, menyusuri sebuah lorong gelap. Hanya penerangan api kecil saja yang menjadi tanda di sisi sisi tembok lorong itu.

Tak lama berjalan, Wang Yuan sambil tangannya memegang lengan Li Fang berhenti dengan kakinya berada di atas sebuah papan. Yang terlihat seperti pintu, karena ciri khas dari sebuah pintu ada di sana, memiliki penarik untuk membuka. Wang Yuan berjongkok untuk membukanya

Li Fang tersentak kaget saat melihat di dalamnya terlihat ada sebuah penerangan, yang menandakan di bawahnya ada sebuah ruangan.

"Ayo, kita masuk, Fang'er."

Li Fang mengangguk pelan, lalu melangkah masuk melewati pintu bawah tanah yang berbentuk bulat itu. Dia harus melewati anak tangga kayu kecil sebagai penghubung dari atas ke bawah.

Ayah dan anak itu telah berada di bawah dengan kedua kakinya berpijak di atas tanah. Pandangan pertama yang Li Fang fokuskan jatuh ke sebuah pintu, yang tak di sangkanya di dalam ruangan ini masih ada pintu.

Li Fang ingin bertanya tentang keberadaan pintu tersebut. Namun, belum kalimat berupa pertanyaannya keluar, Ayahnya telah terlebih dahulu berbicara.

"Kamu pasti tak percaya dengan ruangan ini. Ayah akan beritahu kepadamu tentang semua rahasia Sekte kita...

"Sekte ini dulu di bangun olek Kakek Ayah atau bisa kamu sebut sebagai buyutmu. Dahulu dia menemukan sebuah pedang yang kekuatannya bukan main di dalam hutan. Letak dari hutan itu berada di belakang pintu itu." Wang Yuan menunjuk pintu yang sebelumnya Li Fang ingin mempertanyakan keberadaannya.

Li Fang mengerutkan keningnya, semakin bingung dengan apa yang di katakan Ayahnya.

Wang Yuan mengartikan wajah kebingungan Putranya sebagai respons dari ucapannya. Dia lantas kembali melanjutkan perkataannya.

"Bila, Fang'er, membuka pintu itu. Maka kamu akan langsung di hadapkan dengan sebuah hutan yang pepohonannya semua tumbuh lebat."

Wang Yuan berhenti sejenak berbicara, seketika wajahnya menjadi sedih. Namun, dengan terasa berat ia melanjutkan kembali penjelasannya.

"Puluhan kilometer dari hutan, bila kamu berjalan, terdapat sebuah Sekte yang telah lama menghilang dan mengundurkan diri dari dunia persilatan. Ayah menyuruh kamu untuk ke sana." Wang Yuan tak bisa lagi menahan kesedihannya. Dia langsung mendekap Li Fang dalam pelukannya.

"Maafkan, Ayahmu ini. Telah harus membuatmu menderita di usia yang masih membutuhkan kasih sayang orang tua."

Li Fang masih bingung, dengan apa yang sebenarnya di maksudkan Ayahnya. Dia tidak bisa menangkap inti dari perkataannya. Karena Ayahnya terlalu terburu-buru menjelaskan. Namun, ada satu hal yang ia tangkap dan mengerti dari penjelasan, Ayahnya. Yaitu letak keberadaan sebuah Sekte.

"Fang'er... kamu bawa lontin ini. Dan bila kamu telah bertemu dengan Ketua dari Sekte itu berikan ini kepadanya." Wang Yuan mengambil sebuah kalung liontin dari sakunya, lalu ia berikan kepada Li Fang.

Li Fang sama sekali tak di berikan ruang oleh Ayahnya untuk membalas.

"Satu lagi, sebelum kamu pergi..."

Wang Yuan berdiri dari hadapan Li Fang. Dia menghampiri sebuah kotak kayu yang berbentuk segi panjang. Kotak kayu itu terlihat lusuh, kayu-kayunya sudah rapuh. Ia membuka kotak kayu itu, lalu mengambil isinya, yang ternyata adalah sebuah pedang yang di tutupi oleh kain putih dari gagang sampai ujung sarungnya.

"Inilah pedang yang Ayah maksud. Sebuah pedang yang menyebabkan dunia persilatan ratusan tahun lalu menjadi kacau." Wang Yuan memberikan, itu kepada Putranya.

"Jangan lupa suatu hari nanti, balaskan dendam seluruh anggota Sekte kita. Pergilah, Nak..."

Wang Yuan berkata tanpa memandang Putranya itu. Ia dengan cepat mengalihkan pandangannya. Terlihat matanya sedikit berkaca-kaca.

"Pergilah, Fang'er!"

"Ta-tapi, Ayah..." Li Fang seketika menangis sedih.

"Pergilah! Sekte sebentar lagi hanya akan tersisa nama! Cepat pergi!"

Mendengar itu, air mata Li Fang semakin deras keluar. Dia langsung memeluk Ayahnya. Lalu kemudian berlari ke arah pintu ruangan ini, dan membukanya.

Wang Yuan hanya menatap punggung Putranya. Tiba-tiba matanya menunjukkan kemarahan dan dendam yang mendalam.

"Ku yakini dari kalian berempat akan ada yang meregang nyawa..." Kata perkata dari kalimatnya, di dalamnya terdengar jelas sekali kemarahan yang terpancar.

**

Maaf jika ada kesalahan, semacam Typo.

Mohon menjadi penyemangat saya untun. Meng- Like, Vote, dan komen ceritaku ini😁

Terpopuler

Comments

Kalau bawa pedang dg Kotak kayu kan berat... apa tdk punya cincin ruang

2023-10-31

0

Harman LokeST

Harman LokeST

kuuaaaaaaaaaaaaaaaaaaattkkaaaannnnnnn teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss teekaaaaaaaaaaaaaaaayaaaaaddmuuuuu Li Fang

2023-10-03

0

Sofandsyah

Sofandsyah

Thooorr.... kok gak di kasih Cincin ruang tuk menyimpan pedang puaakanya... lagian juga kekayaan sektemya kenapa gak di berikan ke anaknya... sebentar lagi kan sektenya di habisin.... kenapa kekayaan nya gak di bawakan ke anaknya.....?

2020-12-24

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!