Bloody Dawn

Bloody Dawn

Chapter 1 - Underground Jail

30 tahun yang lalu, Ras manusia setengah dewa atau yang di biasa di sebut Demigod, membuat pergerakan besar dan keputusan yang menggemparkan dunia.

Satu keputusan yang memicu amarah hampir semua ras yang ada di dunia.

Mereka berambisi mengatur semua jalannya pemerintahan sebagai “Dewa” yang menciptakan dunia.

Demi-god adalah salah satu ras terkuat yang di juluki sebagai manusia yang kekuatannya setara seperti dewa. Daratan Demigod berada di atas sebuah tebing besar yang menjulang ke langit dengan ketinggian 20 Kilometer diatas permukaan tanah. Tanah itu disebut dengan sebutan, “Holy Land” atau Daratan Suci.

Jelas terjadi penolakan sebagian besar ras di dunia atas pengakuan mereka, seperti Elf, Demi-human, Nereid, Surian, dan Manusia.

Ras Elf, Manusia peri dengan ciri khas bertelinga panjang. Mereka juga memiliki kekuatan sihir yang sangat besar di antara Ras lain.

Ras Demi-human, atau manusia setengah hewan. Mereka juga di sebut sebagai salah satu ras terlemah, tapi kemampuan bertarung mereka sangat terlatih dengan kekuatan fisik yang besar.

Ras Nereid, atau bisa juga di sebut Elf Laut dengan ciri khas bertelinga seperti sirip ikan. Kekuatan sihir mereka akan semakin besar jika bertarung di dasar lautan, oleh karena itu mereka banyak membangun pemukiman di dasar laut.

Ras Surian, atau manusia reptil. Ciri khas ras Surian memiliki lidah panjang dan rahang yang tajam. Kulit mereka juga jauh lebih keras di bandingkan yang lain. Oleh karena itu, mereka lebih mengandalkan kekuatan fisik di banding kekuatan sihir.

Dan yang terakhir Manusia, salah satu ras yang memiliki banyak macam sihir sekaligus ras tertua yang mengisi kehidupan dunia sejak lama.

Kelima Ras itu, menolak keras keputusan Demi-god secara mentah-mentah, dan bahkan mereka sama tidak berniat untuk menganggap Demi-god sebagai ras "dewa"..

Karena Invasi besar-besaran itu, kelima Ras tersebut bergabung menjadi pasukan aliansi yang sekaligus memicu pertempuran besar-besaran melawan kaum Demigod.

Terjadilah peperangan besar-besaran yang terus berlangsung selama bertahun-tahun lamanya. Dunia saat itu di landa oleh kekacauan hebat, banyak sekali kerajaan yang hancur dan mengalami krisis berkepanjangan.

Tidak terhitung juga berapa banyak nyawa yang melayang dari pihak Aliansi. Berbeda dengan Demigod yang di juluki sebagai salah satu ras terkuat, total korban mereka hanya menyentuh angka ratusan. Sangat berbeda jauh dari pihak aliansi yang berkisar ratusan ribu hingga jutaan.

Setelah bertahun-tahun di landa kekacauan panjang, dengan nyawa yang terus berjatuhan dari pihak Aliansi dan nyawa yang tidak berdosa, puncak peperangan akhirnya berakhir dengan kemenangan telak untuk ras Demi-god.

Akibat kemenangan itu, Lima pemimpin dari pihak Aliansi terpaksa menyerah di bawah pemerintahan Demi-god sekaligus mendeklarasikan Demi-God sebagai sosok "Dewa", dimana mereka dipaksa mengikuti semua peraturan yang di atur oleh dewan tertinggi Demi-God—Hensikha.

***

Arc 1 Rakshassin

March, N630 | Drakea Kingdom.

30 tahun setelah Demi-god mengambil sistem pemerintahan dunia, semua orang mulaiterbiasa menjalani kehidupan mereka, bahkan tidak sedikit dari mereka yang telah melupakan peperangan itu.

Kerajaan-kerajaan, khususnya wilayah manusia, perlahan pulih dari krisis peperangan 30 tahun lalu.

Salah satu dari kerajaan tersebut, adalah kerajaan Drakea.

Drakea terkenal sebagai kerajaan ‘minim’ hukum. Meski pembangunan di kerajaan tersebut tidak semaju kerajaan lain, penduduk Drakea hidup dengan damai di kerajaan tersebut.

Drakea memiliki istana kerajaan yang cukup megah sebagai pusat pemerintahan kerajaan. Tentunya, di istana tersebut menjadi tempat tinggal keluarga kerajaan.

Terdapat juga sebuah markas besar tentara sihir yang berjarak beberapa puluh meter di samping istana kerajaan. Tentara sihir Drakea atau dikenal sebagai“Shirogami” adalah pasukan bersenjata yang melindungi kedamaian seluruh penjuru kerajaan sekaligus pelindung bagi kerajaan.

Tapi …

Di bawah markas besar Shirogami, terdapat sebuah penjara bawah tanah yang sangat gelap. Penjara bawah tanah itu di buat khusus untuk pemberontak yang menentang pemerintah atau penjahat berbahaya.

Gelapnya penjara bawah tanah Shirogami, seperti menandakan tidak ada lagi masa depan untuk para tahanan tersebut. Penjara itu juga sangatlah sunyi menyelimuti kegelapan seolah kematian hanyalah tempat yang bisa mereka tuju.

Namun, ada satu tahanan yang saat ini mendekam dipenjara. Kedua tangannya terborgol menempel ke tembok beton, dengan kepala yang menunduk seolah putus asa.

Rambut hitam segelap malam dan sedikit acak-acakan, seorang pria berusia sekitar 24 tahun. Penampilan pria itu terlihat biasa saja dengan pakaian serba hitam. Terlihat juga sebuah pedang yang berkilau, tergeletak beberapa meter di hadapannya.

Tapi jauh dari kegelapan, tatapan merah darah dari sang pria seolah menjadi satu-satunya cahaya dari kegelapan penjara. Layaknya sebuah bintang yang akan tenggelam kedalam lautan darah pada sebuah malam tanpa bintang.

Tatapan itu...

Itu adalah tatapan dari seorang pembunuh dengan aura mengerikan yang dapat membuat siapa saja berlari ketakutan.

***

Underground Prison, Markas Shirogami, Ibukota Dhuris.

“Oi, apa kau dengar? Orang itu masih di tahan di tempat ini.”

“Benarkah? Kukira orang itu sudah di eksekusi mati.”

“Yah, sayangnya tidak seperti itu. Kalau aku jadi komandan, aku pasti sudah mengeksekusi orang itu.”

“Hahaha, mana mungkin kau bisa menjadi komandan?!”

“Kan itu hanya misalnya!”

“Tapi … kalau tidak salah, dia sudah di tangkap beberapa kali kan?”

“Entahlah, sebaiknya kita berhati-hati.”

“Aku setuju, tatapan  merah orang itu sangatlah menakutkan.”

“Ya, apalagi setelah mendengar rumor tentangnya dari wakil komandan.”

“Uh... sebaiknya cepat kita segera pergi dari sini.”

“Kau benar."

Dua orang yang sedang mengobrol, mereka adalah anggota dari pasukan Shirogami. Seragam yang mereka kenakan memiliki ciri khas berwarna putih dengan beberapa garis emas di sekitar lengan seragam, sesuai makna dari nama Shirogami itu sendiri.

Mereka tidak hanya datang berdua, melainkan berjalan di keheningan penjara bawah tanah bersama seorang wanita berambut panjang dengan kedua tangannya yang terborgol.

Ekspresinya tampak begitu datar saat wajahnya menunduk. Dia berjalan di arah depan, bersama dua prajurit Shirogami yang menuntunnya dari belakang.

Melewati beberapa sel penjara yang tampak kosong, dua orang itu berhenti di depan sebuah penjara yang tampak kotor dan tak terawat. Mereka kemudian membuka pintu sel dengan sebuah kunci dan seolah mengerti, sang wanita berjalan masuk ke dalam rumah barunya.

Setelah memastikan wanita itu masuk, kedua prajurit itu kemudian mengunci pintu sel yang terbuat dari batu anti-sihir itu dan langsung meninggalkan penjara tanpa berkata apapun. Mereka bergegas pergi meninggalkan tempat itu, merasa ketakutan dengan sosok yang ada di depan sel wanita itu.

Kemudian—

“Maaf ya, Nona. Sepertinya aku akan menganggu pemandanganmu.”

Sebuah suara yang terdengar datar, memecah keheningan penjara bawah tanah Shirogami, Lemiel Raksha.

“Tapi aku sangat senang. Entah sudah berapa lama aku tidak melihat wanita di tempat ini,” lanjutnya kemudian.

Tidak seperti sebelumnya yang terdengar datar, suaranya kali ini berubah seolah hendak mencairkan suasana. Tapi, tidak satupun respon yang keluar dari sang wanita berambut biru gelap itu.

Jika di lihat dari arah sang wanita, tepat di hadapannya adalah sel penjara dari Lemiel Raksha..

Karena sang wanita masih tidak memberikan respon, Lemiel menghela napas berat.

“Tidak ada respon ya? Sayang sekali, padahal aku sudah senang bisa melihat orang lain selain diriku di tempat menyedihkan ini.”

Wanita itu tetap tidak memberikan respon sedikitpun. Dia hanya duduk menyandar ke tembok yang dilapisi oleh anti-sihir, sambil sesekali melirik ke arah Lemiel yang sejak tadi menunduk saat berbicara dengannya.

Suasana penjara kembali diselimuti kesunyian, dan berakhir dengan Lemiel yang kembali ditelan rasa kesepiannya.

***

Dua hari telah berlalu.

Menghabiskan hari demi hari di penjara bawah tanah Shirogami, keheningan  seperti malam yang abadi.

Bahkan mereka berdua belum berbicara lagi sejak Lemiel membuka pembicaraan dua hari terakhir—

“—Namamu Lemiel Raksha, bukan?” Pertanyaan singkat sekaligus datar dari sang wanita, memecah keheningan

“… jadi harus menunggu dua hari ya untuk berbicara denganku?” Gelapnya sel penjara membuat wajah Lemiel tertutup oleh kegelapan, kecuali sepasang mata merah darahnya yang seolah bersinar dari gelapnya sel penjara.

Namun, wanita itu tahu kalau Lemiel sedang tersenyum, terdengar dari bagaimana caranya merespoon.

“Apa aku benar?”

“Aku tidak menyangka bisa terkenal dikalangan wanita.”

“Kudengar kau orang yang sangat berbahaya.”

“Itu terdengar berlebihan, Nona.”

“Memang itu hanya rumor, tapi tatapanmu sudah membuktikan kebenaran akan rumor itu.”

“Bisakah kita memulai pembicaraan ini secara normal? Seperti perkenalan nama mungkin?”

“Aku hanya tidak mau berbasa-basi.”

“Wah, benar-benar datar. Tapi kau wanita yang menarik.”

“Apa kau sedang menyindirku?”

“Kau terlalu berburuk sangka. Aku hanya ingin berkenalan denganmu.”

Wanita itu terdiam dan sempat ragu. Berpikir kalau kata-katanya adalah sebuah kejujuran, apa yang di katakan Lemiel sama sekali tidak ada salahnya. Dan sepertinya tidak ada sesuatu yang perlu dicurigakan olehnya.

Mungkin untuk saat ini...

“Baiklah, namaku Selena.”

“Seperti yang kau katakan, namaku Lemiel, senang berbicara denganmu.” Lemiel mengangkat wajahnya, melirik ke arah sang wanita yang bernama Selena itu.

Sejak awal, mereka berdua memang berbicara tanpa menatap satu sama lain. Dan setelah menghabiskan malam yang panjang, untuk pertama kalinya mereka saling bertukar pandangan satu sama lain. Tentu Selena hanya membalasnya dengan tatapan datar.

“Entah sudah berapa lama aku tidak mengobrol seperti ini. Ah, rasanya sangat melegakan. Sebenarnya aku sudah hampir putus asa karena tidak bisa mengobrol dengan siapapun,” lanjutnya dengan sebuah ******* kecil.

“Tapi dari nada bicaramu, kau tidak seperti orang yang putus asa.”

“Aku hanya mencoba menyesuaikan diri. Kau tahu? kita harus bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar."

Lemiel terus merespon setiap perkataannya dengan santai, bahkan sesekali melempar sebuah candaan yang hanya di respon oleh tatapan datar Selena.

“Kenapa kau berada di penjara ini?”

“Itu juga menjadi pertanyaanku.”

“Jadi kau tidak tahu kesalahanmu?”

“Kalau di sebut tidak tahu, mungkin itu kurang tepat. Alasan mereka menagkapku lebih terdengar konyol bagiku.”

“Konyol?”

“Lupakan saja. Aku tidak ingin memperburuk reputasi Shirogami."

Mendengar cara Lemiel menanggapi pertanyaannya, Selena tentu heran. Kenapa dia menganggap hal ini seperti sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan? Apa memang seperti itu sifat aslinya?

“Kalau begitu, aku punya pertanyaan untukmu.” Selena menatap Lemiel dengan tajam hingga membuat suasana menjadi hening.

“Apa kau orang yang dipanggil sebagai Iblis Merah pada pertempuran Karagis 6 tahun lalu?" lanjutnya.

Lemiel dihadapkan dengan pertanyaan itu, dan terdiam selama beberapa saat.

Terdiam, saat sudut bibirnya tak berubah dan mata merah darahnya—dapat Selena rasakan bahwa suasana percakapan ini telah berubah.

Terutama saat mengetahui, itu adalah tatapan yang mengeluarkan hasrat membunuh.

To be Continued…

[Edited, 04-09-2021]

Terpopuler

Comments

Jo-Ann

Jo-Ann

up

2023-08-04

0

Triyunianto Anto

Triyunianto Anto

anjay Bagus bangat semangat terus kak

2023-04-11

0

Andhea

Andhea

Wahh demigod

2022-10-07

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Underground Jail
2 Chapter 2 - Prisoners
3 Chapter 3 - Sword Clash
4 Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5 Chapter 5 - Rakshassin
6 Chapter 6 - Naye Village
7 Chapter 7 - Three Assassins
8 Chapter 8 - Scheming
9 Chapter 9 - Heartless
10 Chapter 10 - Unknown Guest
11 Episode 11 - Message
12 Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13 Chapter 13 - The Unexpected
14 Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15 Chapter 15 - Crazy Arrival
16 Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17 Chapter 17 - Played Like a Dog
18 Chapter 18 - Human Heart
19 Chapter 19 - Warmth
20 Chapter 20 - One Quite Afternoon
21 Chapter 21 - Wend One's Way Home
22 Chapter 22 - Insults and Questions
23 Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24 Chapter 24 - Noisy
25 Chapter 25 - Bloody Dessert
26 Chapter 26 - Innocence
27 Chapter 27 - Old Friend
28 Chapter 28 - Nivelied
29 Chapter 29 - Vanity
30 Chapter 30 - Inexplicable Things
31 Chapter 31 - Curiosity
32 Chapter 32 - Good and Bad Side
33 Chapter 33 - Neklace
34 Chapter 34 - On The Road to Imais
35 Chapter 35 - Real Purpose
36 Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37 Chapter 37 - Needle of Rage
38 Chapter 38 - Intent of a Reason
39 Chapter 39 - Ravid Determination
40 Chapter 40 - Answer
41 Chapter 41 - At The End of Hopeless
42 Chapter 42 - Sense of Empathy
43 Chapter 43 - Threaten
44 Chapter 44 - Wind Disaster
45 Chapter 45 - Steps That Will End
46 Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47 Chapter 47 - The Visited Place
48 Chapter 48 - Under Passage
49 Chapter 49 - Sudden Changes
50 Chapter 50 - An Unexpected Requests
51 Chapter 51 - Aimless
52 Chapter 52 - Disrupted Way
53 Chapter 53 - Thought
54 Chapter 54 - Rumors of the Wind
55 Chapter 55 - A Man Full of Worries
56 Chapter 56 - Elite Assassin
57 Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58 Chapter 58 - Ninazu
59 Chapter 59 - The Next Step
60 Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61 Chapter 61 - Poison Wine
62 Chapter 62 - Antique Merchant
63 Chapter 63 - White Vs Green Shard
64 Chapter 64 - Mirror Magic
65 Chapter 65 - Two Investigator
66 Chapter 66 - Full Moon
67 Chapter 67 - After the Moonlight
68 Chapter 68 - Memories...
69 Chapter 69 - Truth
70 Chapter 70 - Little Desire
71 Chapter 71 - Pursuit
72 Chapter 72 - Generous, Expectedly
73 Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74 Chapter 74 - Turning Point
75 Chapter 75 - Reflection of Anger
76 Chapter 76 - Explosive Stone
77 Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78 Chapter 78 - Reflected Blood
79 Chapter 79 - Whisper Away
80 Chapter 80 - Gale Impulse
81 Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82 Chapter 82 - A Bound Conversation
83 Chapter 83 - Little Confrontation
84 Chapter 84 - One Question Behind
85 Chapter 85 - Between of All Odds
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1 - Underground Jail
2
Chapter 2 - Prisoners
3
Chapter 3 - Sword Clash
4
Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5
Chapter 5 - Rakshassin
6
Chapter 6 - Naye Village
7
Chapter 7 - Three Assassins
8
Chapter 8 - Scheming
9
Chapter 9 - Heartless
10
Chapter 10 - Unknown Guest
11
Episode 11 - Message
12
Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13
Chapter 13 - The Unexpected
14
Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15
Chapter 15 - Crazy Arrival
16
Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17
Chapter 17 - Played Like a Dog
18
Chapter 18 - Human Heart
19
Chapter 19 - Warmth
20
Chapter 20 - One Quite Afternoon
21
Chapter 21 - Wend One's Way Home
22
Chapter 22 - Insults and Questions
23
Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24
Chapter 24 - Noisy
25
Chapter 25 - Bloody Dessert
26
Chapter 26 - Innocence
27
Chapter 27 - Old Friend
28
Chapter 28 - Nivelied
29
Chapter 29 - Vanity
30
Chapter 30 - Inexplicable Things
31
Chapter 31 - Curiosity
32
Chapter 32 - Good and Bad Side
33
Chapter 33 - Neklace
34
Chapter 34 - On The Road to Imais
35
Chapter 35 - Real Purpose
36
Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37
Chapter 37 - Needle of Rage
38
Chapter 38 - Intent of a Reason
39
Chapter 39 - Ravid Determination
40
Chapter 40 - Answer
41
Chapter 41 - At The End of Hopeless
42
Chapter 42 - Sense of Empathy
43
Chapter 43 - Threaten
44
Chapter 44 - Wind Disaster
45
Chapter 45 - Steps That Will End
46
Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47
Chapter 47 - The Visited Place
48
Chapter 48 - Under Passage
49
Chapter 49 - Sudden Changes
50
Chapter 50 - An Unexpected Requests
51
Chapter 51 - Aimless
52
Chapter 52 - Disrupted Way
53
Chapter 53 - Thought
54
Chapter 54 - Rumors of the Wind
55
Chapter 55 - A Man Full of Worries
56
Chapter 56 - Elite Assassin
57
Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58
Chapter 58 - Ninazu
59
Chapter 59 - The Next Step
60
Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61
Chapter 61 - Poison Wine
62
Chapter 62 - Antique Merchant
63
Chapter 63 - White Vs Green Shard
64
Chapter 64 - Mirror Magic
65
Chapter 65 - Two Investigator
66
Chapter 66 - Full Moon
67
Chapter 67 - After the Moonlight
68
Chapter 68 - Memories...
69
Chapter 69 - Truth
70
Chapter 70 - Little Desire
71
Chapter 71 - Pursuit
72
Chapter 72 - Generous, Expectedly
73
Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74
Chapter 74 - Turning Point
75
Chapter 75 - Reflection of Anger
76
Chapter 76 - Explosive Stone
77
Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78
Chapter 78 - Reflected Blood
79
Chapter 79 - Whisper Away
80
Chapter 80 - Gale Impulse
81
Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82
Chapter 82 - A Bound Conversation
83
Chapter 83 - Little Confrontation
84
Chapter 84 - One Question Behind
85
Chapter 85 - Between of All Odds

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!