Nama: Dray Elzaphan
Umur: 25 Tahun
_________________________________________
“Jadi sejak awal, bersekutu dengan desa ini hanya sebuah bualan ya.” Lemiel memiringkan senyumannya, setelah Dray menceritakan tujuan sebenarnya.
“Heheheh, kau sebenarnya sudah mengetahui hal itu bukan?” Dray memandangnya tajam, disertai tawa yang terdengar keji.
“Lalu, tujuan kalian yang ingin membunuhku hanya untuk meyakinkan mereka, kan?”
“Itu tidak sepenuhnya benar, Lemiel. Aku sendiri masih berniat untuk membunuhmu. Tapi melihat kondisimu sekarang,” desahnya dengan hembusan berat, “aku jadi mengurungkan niatku,” lanjutnya.
“Hmph, sebaiknya kau menyesali keputasanmu mulai dari sekarang. Karena kalau kita bertemu lagi nanti, kau yang akan terbunuh,” ucap Lemiel dengan suara menyantai.
Dray tersenyum tipis, meski terdengar bercanda, tapi dirinya tahu kalau Lemiel serius dengan ucapannua.
Lalu dia memejamkan matanya dan berkata, “Menarik sekali, Lemiel Raksha. Baru dua kali kita bertemu, tapi aku sudah merasa nyaman mengobrol denganmu.”
“Aku juga berpikiran begitu.”
“Bahkan aku harap kita bisa bekerja sama, sebagai sesama pembunuh bayaran tentunya.” Dray menawarkan kerja sama kepada Lemiel meski dia tahu itu tidak mungkin terjadi. Tapi, Dray sebenarnya cukup serius tentang ucapannya.
Lemiel hanya menyambutnya dengan senyuman kecil. “Kau terlalu percaya diri. Memang benar kita berdua adalah pembunuh bayaran, tapi kita sangatlah berbeda.”
Sudut mulut Dray terangkat tajam. “Hmph, mungkin kau benar. Bos juga sudah mengatakan hal itu padaku.”
“Lagi-lagi kau membicarakan seseorang yang tidak kukenal.”
“Tidak. Aku yakin sekali kau akan mengenalnya, Akaenma.” Dray memberi senyuman mencurigakan, tatapan matanya seakan menyimpan sesuatu yang membuat Lemiel cukup penasaran.
Tentu saja selain mengetahui nama julukan—tidak, mungkin itu lebih tepatnya sebuah hinaan bagi Lemiel. Tapi yang menarik perhatiannya adalah orang yang dimaksud pria berambut ungu gelap itu.
Dray yang memperhatikan rasa kepenasaran dari wajah Lemiel, mulai tersenyum tipis.
“Ada apa, Lemiel? Apa kau sedang bernostalgia dengan nama julukanmu? Atau, kau sudah mengetahui orang yang kumaksud ...?” Diakhir kata, suaranya terdengar cukup berat seakan memberi penekanan yang entah apa tujuannya.
Lemiel hanya memandangnya dengan datar. “... tidak. Aku hanya tidak menyangka masih ada saja orang yang memanggilku dengan nama jelek itu,” ucapnya setengah jujur.
“Aku yakin masih banyak orang di luar sana yang tidak melupakan keganasan seorang Akaenma.”
“Maaf saja ya, tapi sejak dulu namaku adalah Lemiel Raksha.”
Keheningan angin yang berhembus di sekitar mereka berdua tiba-tiba saja terpecah dengan suara hentakan kaki yang terdengar menuju tempat mereka.
Dari suara hentakannya, jelas kaki kakiku itu sedang berlari.
“Lemiel! Di mana kah dirimu?!”
Orang yang meneriakkan namanya adalah Ravid. Dari kejauhan, Ravid terus memanggil-manggil namanya sambil berteriak. Dia bersama Selena, yang berlari dengan wajah datar meski Lemiel tidak begitu jelas melihatnya, tapi dia yakin akan hal itu.
“Itu dia!” seru Ravid sambil berlari menunjuknya. “Tapi, apa-apaan dengan darah yang sebanyak itu?!” Kemudian tatapannya melebar.
Lemiel hanya memandangi mereka dengan datar sambil menghela nafas beratnya. Sedangkan Dray yang merasa tidak punya kepentingan lagi, lalu membangunkan tubuh Jack yang sejak tadi terbaring bersimbah darah
“Sayang sekali, kita harus berpisah disini.”
Lemiel memandangi Dray yang mengangkat tubuh besar Jack, merangkulnya untuk berdiri meski pria besar itu masih tak sadarkan diri.
“Kukira kau orang yang tidak peduli pada anak buahmu,” ucap Lemiel.
“Aku hanya tidak ingin kehilangan orang-orangku lagi, terutama si bodoh ini.”
“Jadi kau sudah tahu kalau dia akan berakhir seperti itu?”
“Aku hanya mencoba mengabulkan permintaannya ....” Tepat setelah mengatakan itu, perlahan hembusan angin mulai meniup rambut mereka yang terasa begitu menyejukkan sekaligus mematikan tentunya.
Tapi sebelum ia pergi, sudut bibir Dray seketika setengah melengkung, memandangi Selena dan juga Ravid yang semakin mendekat.
“Sepertinya, kau telah memiliki teman-teman yang mengkhawatirkanmu.”
“Hmph, jangan mengatakan hal yang konyol. Mereka bukanlah teman-temanku.” Tentu saja Lemiel serius mengatakan itu, bahkan dia menganggap mereka berdua hanyalah penganggu.
“Padahal itu tidaklah masalah. Tapi ingatlah, Lemiel. Sebanyak apapun kau melangkah, kau tidak akan bisa menghindar dari masa lalu, heheheh ….” Kemudian, Dray menghilang bersama dengan Jack, meninggalkan kata-kata tidak jelas yang sarat akan makna.
Hembusan angin juga seketika menghilang bersamaan dengan datangnya Selena dan Ravid disamping Lemiel. Namun, Lemiel menurunkan tatapannya, bersama kerutan dikeningnya.
“Sebenarnya apa yang membuatmu terluka sampai seperti itu?”
Mendengar pertanyaan Selena yang tiba-tiba, seketika Lemiel kembali ke dirinya.
“Kalian berdua masih di sini rupanya? Kukira kalian sudah pergi.”
“Hahaha, mana mungkin kita melakukan itu. Kita sedang bekerja, kan?” Ravid bergabung ke obrolan disertai tawa kecil yang menganggu.
“Jadi kalian masih saja bersikeras untuk bekerja denganku ya?”
“Ayolah, ajak aku bergabung denganmu, Lemiel! Ayolah, ayolah, ayolah!” Ravid mulai memaksanya, menyentuh luka-luka yang ada di tubuh Lemiel dengan polosnya.
“Berhenti menyentuh lukaku brengsek! Aku sedang terluka!”
“Maaf, maaf ….” Meski telah meminta maaf, raut wajahnya terkesan tidak menunjukkan rasa kebersalahannya.
“Kalau tidak salah orang yang tadi itu ….” Selena mengambil topik pembicaraan dengan menanyakan kehadiran Dray.
“Ya, dia orang yang waktu itu....” Lemiel melanjutkan ucapan Selena sebelumnya.
“Sudah kuduga orang itu terlibat.”
“Sepertinya kau sudah mengetahui semuanya ya?”
“Pria biasa yang kau hadapi sebelumnya telah memberitahuku.”
“Aku sudah menduga dia menyembunyikan sesuatu. Tapi tunggu dulu, kenapa dia malah memberitahumu?! Padahal dia terus menyembunyikan hal itu dari pertanyaanku!” Lemiel merasa kesal ketika Balt lebih memilih menceritakannya kepada Selena daripada dirinya.
“Ya itu benar! Bahkan aku sudah mengenalnya lebih dulu, aku baru tahu kalau dia hanyalah lelaki hidung belang!” protes Ravid kompak bersama Lemiel.
Ah, mau bagaimanapun juga Balt adalah seorang pria normal yang pastinya bakal tertarik dengan seorang wanita cantik seperti Selena. Tapi itu membuat Lemiel dan Ravid semakin kesal dan mulai percaya kalau Balt adalah lelaki yang mesum.
“Kenapa kalian berdua malah membicarakan hal yang tidak penting?” Selena menatap mereka berdua dengan masam.
“Huft, tapi lupakan saja,” ucap Lemiel mengembalikan topik pembicaaan. “Apa yang sebenarnya terjadi itu bukanlah urusanku,” lanjutnya sambil memasukkan pedangnya ke dalam sabuk.
“Tapi aneh juga melihatmu bisa baik-baik saja dengan luka seperti itu, Lemiel,” kata Ravid heran.
“Mana mungkin aku baik-baik saja saat ini.” Lemiel memandangnya masam.
Justru aneh ada orang yang mengaku dirinya baik-baik saja setelah tertimpa oleh runtuhan beton, kecuali kalau orang itu adalah monster.
“Yah, bagaimanapun juga aku sudah menduga kau itu memang pahlawan, Lemiel!”
“… berhenti memanggilku seperti itu,” ucapnya sambil memejamkan mata, “... sudah kukatakan, aku hanyalah pembunuh bayaran.” Kemudian Lemiel membuka kedua matanya yang memeperlihatkan tatapan mendalam, bersama hembusan nafas yang terasa begitu berat seakan membuang sebuah beban.
Ravid dan Selena tentu terdiam melihat Lemiel memasang ekspresi yang tidak biasanya dari. Entah kenapa, mereka merasa kalau Lemiel mengatakan itu bukan untuk mereka, melainkan untuk dirinya sendiri.
“Aku sebenarnya tidak mengerti urusan kalian kemari. Tapi urusanku di desa ini sudah selesai.” Lalu Lemiel berjalan lurus kedepan meninggalkan mereka.
Mereka berdua tidak mengatakan apapun, terutama Selena. Dia memandang punggung Lemiel yang semakin menjauh, sambil teringat dengan apa yang di katakan gadis kecil itu beberapa saat yang lalu.
“Kakak itu ternyata orang yang baik ….” Lalu gadis kecil itu menatap Selena dan Ravid dengan tatapan memohon.
“Jadi aku mohon ….” Perkataannya terhenti dengan sengaja, namun sepasang matanya telah menjelaskan maksudnya.
***
Setelah memastikan keadaaan Lemiel yang sekarang pergi entah kemana, Ravid dan Selena memutuskan kembali ke tempat di mana Balt berada.
Terlihat beberapa penduduk telah berkumpul bersama mereka dengan raut wajah menyesal. Itu terjadi setelah Balt dan Ravid menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan meluruskan kesalahpahaman tentang Lemiel kepada mereka.
“Kami benar-benar minta maaf.” Salah satu pria mengatakan itu, yang merupakan pemimpin dari penduduk desa.
Pria itu lalu membungkukkan badannya diikuti seluruh penduduk desa yang berada di belakangnya, meminta maaf dengan tulus dihadapan Selena dan Ravid.
“Kalian tidak seharusnya meminta maaf kepada kami,” kata Selena yang merasa sedikit canggung dengan pemandangan itu.
“Tapi … gara-gara kesalahan kami, orang itu sekarang terluka. Kami juga tidak menyangka kalau waktu itu dia hanya menyelamatkan desa kami dari para bandit itu.”
“Padahal aku sudah menjelaskannya kepada kalian waktu itu!” seru Ravid, sekaligus menghancurkan suasana
“Habisnya kau waktu itu terluka saat melawannya, Ravid. Jadi kami berpikir kalau orang itu yang ingin menguasai desa ini.”
“Yah, waktu itu aku juga sudah salah paham padanya. Tapi sudah kukatakan pada kalian kalau dia hanya ingin membunuh para bandit itu.”
“Ngomong-ngomong, Ravid. Apa kau akan kembali ke desa ini?”
“Tidak, aku kan baru pergi satu bulan? Lagipula, aku sekarang bekerja dengan orang itu!” seru Ravid yang membuat para penduduk serentak mengenyitkan kening mereka.
“Apa?!” Serentak orang-orang desa terkejut saat mengetahui menjadi pembunuh bayaran bersama Lemiel.
“Tu-tunggu Ravid, kenapa kau menjadi pembunuh bayaran bersamanya?! Apa kau tidak tahu kalau dia orang yang berbahaya?!
“Yah kupikir menjadi seperti itu cukup menyenangkan hahaha!” ucap Ravid santai seakan tak peduli dengan reaksi mereka. “Tapi tenang saja, aku akan sering mengunjungi desa ini. Lagipula jarak kota Dhuris dan Kubaku tidak terlalu jauh. Dan juga, aku menyerahkan desa ini padamu, Balt,” lanjutnya, sambil menepuk pundak Balt yang sejak tadi tertunduk dengan penyesalan di sampingnya.
“Semuanya, sekali lagi aku ingin meminta maaf karena menyarankan kalian untuk bersekutu dengan kelompok pembunuh itu.” Balt mengatakan itu sambil membungkukkan badannya dengan tulus.
“Tidak apa-apa, Balt. Kau tidak perlu merasa bersalah. Kita sama-sama menyetujui keputusan itu, jadi itu bukanlah masalah yang besar.”
“Tapi … gara-gara itu, mereka memeras kalian dengan kasar dan aku tidak bisa melakukan apa-apa ....” Wajahnya menurun memperlihatkan penyesalan yang begitu mendalam.
“Lupakan saja hal itu, Balt. Kami memang sengaja tidak mengatakan hal itu karena tidak ingin membuatmu merasa bersalah.”
“Ya, itu benar. Kau sudah melindungi desa kita semua dan berjuang sangat keras selama sebulan ini. Kami yang seharusnya meminta maaf karena tidak bisa membantumu bertarung. Oleh karena itu, aku sangat berterima kasih karena telah tanah yang paling berharga bagi kami semua.”
Perlakuan mereka terhadapnya terasa begitu tulus hingga menyentuh relung hatinya. Balt tidak bisa berkata apa-apa dengan tatapan kekeluargaan mereka.
Tubuhnya seakan terkurung dalam dekapan kehangatan dan kebesaran hati para penduduk desa yang telah mengizinkannya tinggal bersama mereka dalam sebulan ini.
“Semuanya … terima kasih ….” Di akhirnya katanya, suara terdengar berat seperti menahan tangis—menitihkan air mata.
Itu bukanlah air mata kesedihan, namun air mata penyesalan dari lubuk hati yang paling dalam.
To be Continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
kimzky
okee
2021-02-06
0
Salman Alfarisi
sifat lemiel mirip sifat meliodas
2021-01-20
2
Monkey D Dragon
bentar bentar lemiel ini sebenarnya siapa sih, gua gapaham sama inti percakapannya:(
2020-12-26
1