Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist

Jack yang pukulannya sekarang tertahan oleh Ravid, lalu mendorongkan pukulannya yang membuat Ravid terhempas ke belakang.

Sementara itu, kelima pembunuh yang telah tertebas Selena masih bisa untuk berdiri meski tubuh mereka tersimbah darah.

Menyadari kedatangan dua orang yang tidak dikenalnya, Jack tersenyum kecil sambil menatap Lemiel.

“Ternyata kau membawa orang-orangmu kemari ya.”

“Heh, sayang sekali mereka bukanlah orang-orangku. Mereka hanyalah orang asing yang ikut campur.” Lemiel meresponnya dengan santai.

Ravid yang mendengar itu langsung bereaksi dengan wajah anehnya. “Eh?! Bukankah aku sudah di terima bekerja olehmu?!” Lalu Ravid mendekat ke hadapan Lemiel yang membuatnya risih.

“Menjauhlah dariku!” bentak Lemiel sambil mengusir Ravid dari pandangannya. “Aku tidak pernah bilang telah menerimamu, bodoh!” lanjutnya kesal.

“Kau tidak mengatakan jika kita memiliki pekerjaan di tempat ini.” Selena bergabung dengan percakapan mereka yang membuat Lemiel seketika kecut.

“Aku juga tidak pernah ingat kalau pekerjaan ini harus di kerjakan bersama kalian. Lagipula aku sudah mengatakan padamu, aku tidak akan memberimu bayaran apapun dari pekerjaanku.”

“Ya, dan aku tidak keberatan dengan persyaratanmu.”

“Kenapa kau seniat itu ingin bekerja di tempatku?” Lemiel menanyakan itu dengan tatapan masam.

Tapi Selena mengabaikannya dan menoleh ke arah Jack.

“Jadi itu musuh kita?”

“Kau tidak perlu melawannya.” Lemiel menjawabnya saat menatap Jack dengan tajam.

Sementara itu, Balt yang kebingungan melihat kedatangan Selena dan Ravid hanya bisa terdiam. Alisnya mengernyit ketika dia menatap Ravid.

“Ravid … kenapa kau di sini?”

Mendengar suara yang cukup familiar di telinganya, membuat Ravid seketika menoleh ke asal suara tersebut.

“Balt, sudah lama kita tidak bertemu!” seru Ravid sambil berlari mendekat ke arahnya.

“Tunggu, kau mengenalnya?” tanya Lemiel tiba-tiba.

“Tentu saja, dia salah satu penduduk di desa ini.”

Mendengar hal itu Lemiel seakan tak percaya kalau orang itu memang warga dari desa Kubaku. Padahal dia cukup yakin kalau Balt salah satu dari kelompok itu.

“Kenapa kau bisa mengenalnya, Ravid?” Balt menaruh kecurigaan terhadap Lemiel yang mengenal Ravid.

“Ya, aku mengenalnya! Dia adalah penyelamat desa ini!” seru Ravid tersenyum lebar.

“Penyelamat ... apa maksudmu?” Balt menaikkan alisnya saat mendengar kata-kata itu.

Tapi belum sempat Ravid menjawab pertanyaan itu, kelima orang pembunuh yang terluka parah kembali menyerang Lemiel.

Dengan tatapan tajam, Lemiel langsung menebas mereka semua cukup dalam hingga menyobek organ dalam mereka. Darah segar juga seketika menyembur deras dari bilah pedangnya, dan lima orang itu langsung tergeletak tak bernyawa.

Balt, Selena, dan juga Ravid seketika kompak mengernyitkan wajahnya. Terlihat juga bagian wajah Lemiel terkena semburan darah dari para pembunuh itu.

Namun Lemiel hanya terdiam sambil menjilat darah yang ada di pipinya.

“Akan lebih baik kalau kalian tidak menyerangku.”

“Tidak mungkin … tidak mungkin kalau orang itu pernah menyelamatkan desa ini ….” Balt terdiam dengan tatapan kosong. Wajahnya mengeras, kedua tangannya juga bergetar.

Tentu Balt merasa ketakutan ketika melihat sosok Lemiel yang sebenarnya. Bahkan Balt berpikir jika melanjutkan pertarungan melawannya, mungkin dia sudah berakhir seperti mereka.

Terlihat dari kejauhan, para penduduk desa mendekat ke tempat mereka masih memegang senjata masing-masing. Tapi langkah mereka terhenti ketika melihat darah menggenang di tengah tengah Lemiel dan yang lainnya.

“Apa kau baik-baik saja, Balt?!” tanya salah satu penduduk tapi—seketika, dia dan juga orang-orang desa mulai gemetar ketakutan melihat lima orang pembunuh yang menjadi sekutu mereka terbunuh begitu saja.

Lemiel yang merasakan ketakutan orang-orang itu pun menoleh ke mereka.

“Sebaiknya kalian pergi dari sini.” Lemiel mengeluarkan hasrat membunuh yang pekat. Para penduduk yang melihat itu seketika mengikuti apa yang di katakan Lemiel dan menyelamatkan diri.

Selena dan Ravid sempat saling menatap satu sama lain.

Lalu Selena menatap Lemiel kembali dan berkata, “Apa kau berencana membunuh orang-orang tidak berdosa tadi?” tanyanya dengan raut wajah seakan ingin memastikan sesuatu.

“Itu semua tergantung apakah mereka masih berniat untuk membunuhku atau tidak.” Lemiel tersenyum kecil yang tampak ke dirinya seperti biasa.

“Heheheh ….” Terdengar suara tawa yang cukup berat. “Aku tidak heran kenapa kau di sebut sebagai iblis,” lanjut Jack kemudian.

Jack tampak tak begitu peduli saat melihat teman-temannya terbunuh di tangan Lemiel. Bahkan senyuman kecilnya seakan memperlihatkan rasa kagum melihat apa yang dilakukan Lemiel.

“Itu bukanlah sesuatu yang bisa kubanggakan.”

“Tapi itu semakin membuatku tertarik untuk membunuhmu, Lemiel!”

Tiba-tiba belasan pembunuh berpakaian serba hitam bermunculan, dan langsung mengelilingi Lemiel.

Ravid dan Selena tentu terkejut dengan kehadiran mereka, termasuk Balt yang sejak tadi duduk terdiam. Tentu Balt bertanya-tanya kenapa ada banyak sekali pembunuh bayaran berada di desanya. Bahkan para pembunuh itu juga mengelilingi Balt yang seharusnya menjadi sekutunya.

Jack lalu tersenyum ketika melihat Balt yang di telan kebingungan.

“Kenapa kau panik begitu, Balt? Kau tak perlu khawatir, mereka semua masih memihakmu.”

“Ini sudah melanggar perjanjian! Sejak kapan orang sebanyak ini berada di desaku?!”

“Tentu saja sejak pertama kali kita bersekutu.”

“Lalu kenapa aku juga di kelilingi oleh mereka?!”

“Itu tidak di sengaja ….” Jack mengatakan itu dengan nada sedikit bercanda.

Balt yang mendengar cara bicara Jack seketika merasa geram. Tapi dia tidak bisa apa-apa, ditambah tubuhnya sedikit terluka akibat pertarungannya melawan Lemiel.

Sementara itu, para pembunuh yang telah mengelilingi mereka, mulai menyerang secara bersamaan. Lemiel, Selena, dan juga Ravid, langsung melancarkan penyerangan ke mereka satu persatu.

Lemiel hanya menggunakan pedangnya, menebas setiap pembunuh yang mencoba menyerangnya.

Selena yang menggunakan sihir es mulai membisikkan mantra, “White Rain” dan pecahan es pun menghujani mereka satu persatu, menciptakan cipratan darah dari tertusuknya badan mereka.

Sedangkan Ravid, terus memukul dan menendang mereka satu persatu hingga terlempar menabrak beberapa rumah.

Seketika di tempat itu terjadi pertarungan sengit antara kelompok pembunuh bayaran melawan Lemiel dan yang lainnya.

Di tengah-tengah pertarungan, Jack melompat ke arah Lemiel sekaligus bergabung ke dalam pertarungan tersebut. Lemiel yang masih mengayunkan pedangnya terhadap mereka, masih sempat untuk menghindar dari terjangan Jack.

“Kau benar-benar suka ikut campur ya.” Lemiel mengatakan itu dengan nada kesal.

Namun Jack menghiraukan perkataan itu dan terus menerus memberikan pukulannya. Lemiel menghindari setiap pukulan Jack yang hampir saja melukainya. Tapi pergerakannya semakin terbaca oleh Jack dan—

Blam!

Dengan kekuatan penuh, Jack memukul tepat di wajah Lemiel hingga membuatnya terlempar jauh ke belakang.

Selena dan Ravid yang masih dalam keadaan bertarung sontak terkejut dengan pertarungan itu. Namun mereka berdua masih di sibukkan oleh para pembunuh yang terus menyerang mereka secara bergantian.

Seakan belum puas menghabisinya, Jack berlari ke tempat di mana Lemiel terjatuh.

Dan di tempat itu akhirnya menyisakan Selena dan Ravid yang masih bertarung melawan para pembunuh itu. Sedangkan Balt, dia hanya terdiam menyaksikan pertarungan mereka dengan wajah kosong.

“Um … nona Selena,” sahut Ravid ragu-ragu, sambil menghantam salah satu dari mereka.

“Sudah kutakan padamu, panggil saja aku Selena.” Selena menjawab panggilan Ravid, sambil menghunuskan pedang hitamnya ke mereka.

Setelah mengalahkan beberapa dari mereka, Selena dan Ravid saling membelakangi dan menatap para pembunuh itu dengan gerakan waspada.

“Baiklah. Apa yang akan kita lakukan setelah ini …?”

“Kita bisa memikirkan itu nanti setelah mengalahkan mereka semua.”

“Oke!” Ravid tampak berapi-api, dan langsung maju menghantam mereka satu persatu.

Para pembunuh yang menyerang mereka berdua berjumlah sekitar belasan orang. Meskipun begitu, mereka tidaklah selemah yang diduga. Bahkan mereka bisa memberikan perlawanan yang cukup berarti bagi Selena dan juga Ravid.

Dengan ganas, mereka terus menebas ke arah Selena secara bergantian menggunakan pisau belati mereka. Dalam kondisi tertekan, Selena menahan beberapa tebasan yang cukup membuatnya kesulitan.

Ravid yang mengetahui keadaan itu, dengan cepat menendang orang-orang yang menyerang Selena dan membuat mereka terlempar seketika.

Selena lalu memanfaatkan kesempatan itu, dan menggengam pedangnya dengan kuat. Selena membuang nafasnya yang dingin, dan di ikuti oleh udara yang di sekitarnya menjadi dingin.

Sontak para pembunuh merasakan suhu dingin yang cukup menusuk. Bahkan Ravid yang berada di dekatnya mulai menggigil kedinginan.

Selena mengangkat wajahnya dengan tajam, sambil mengenggam pedangnya dengan erat dan—

“White Haze: Heavenly Shards!”

Udara dingin yang berada di sekitar para pembunuh itu seketika berubah menjadi ratusan pecahan es dan—langsung menhujani tubuh mereka. Teriakan kesakitan dari para pembunuh itu bahkan terngiang di sepanjang jalan.

Setiap pecahan es itu menusuk kulit mereka dan beberapa menembus organ vital yang akhirnya menumbangkan mereka satu persatu. Warna kemerahan darah perlahan mengalir dari setiap pecahan es yang telah menusuk mereka.

Dan tanpa menunggu waktu lama, semua pembunuh itu tergeletak seketika. Menyisakan pemandangan darah yang bercipratan di tanah.

Ravid yang melihat kekuatan sihir Selena seketika merasa canggung sekaligus memasang raut wajah tidak nyaman.

“Yah … kurasa kau terlalu berlebihan, Selena, hehehh ….” Ravid tertawa kecil seperti dipaksakan untuk mencairkan suasana.

“Itu adalah teknik terkuat yang bisa ku kuasai saat ini.” Selena mengatakan itu di ikuti hembusan nafas akibat udara di sekitarnya yang menjadi dingin.

Sementara Balt yang menyaksikan pemandangan tadi, masih terdiam tak berdaya. Wajahnya mengernyit ketika melihat kekuatan sihir Selena yang cukup mematikan.

“Siapa kau sebenarnya?” tanya Balt.

To be Continued…

Note Author:

White Haze: Heavenly Shards \= Kabut Putih: Pecahan Surgawi

Tambahan dari auhtor:

Terima kasih yang udah like, vote atau juga dukungannya ke novel ini. Kalau ada kritrik atau saran bisa langsung di komen aja kok karena itu sangat membantu author untuk berkembang.

Semoga suka terus ya sama cerita Bloody Dawn☺️

Terpopuler

Comments

kimzky

kimzky

iye iye iye rhor

2021-02-06

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Underground Jail
2 Chapter 2 - Prisoners
3 Chapter 3 - Sword Clash
4 Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5 Chapter 5 - Rakshassin
6 Chapter 6 - Naye Village
7 Chapter 7 - Three Assassins
8 Chapter 8 - Scheming
9 Chapter 9 - Heartless
10 Chapter 10 - Unknown Guest
11 Episode 11 - Message
12 Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13 Chapter 13 - The Unexpected
14 Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15 Chapter 15 - Crazy Arrival
16 Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17 Chapter 17 - Played Like a Dog
18 Chapter 18 - Human Heart
19 Chapter 19 - Warmth
20 Chapter 20 - One Quite Afternoon
21 Chapter 21 - Wend One's Way Home
22 Chapter 22 - Insults and Questions
23 Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24 Chapter 24 - Noisy
25 Chapter 25 - Bloody Dessert
26 Chapter 26 - Innocence
27 Chapter 27 - Old Friend
28 Chapter 28 - Nivelied
29 Chapter 29 - Vanity
30 Chapter 30 - Inexplicable Things
31 Chapter 31 - Curiosity
32 Chapter 32 - Good and Bad Side
33 Chapter 33 - Neklace
34 Chapter 34 - On The Road to Imais
35 Chapter 35 - Real Purpose
36 Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37 Chapter 37 - Needle of Rage
38 Chapter 38 - Intent of a Reason
39 Chapter 39 - Ravid Determination
40 Chapter 40 - Answer
41 Chapter 41 - At The End of Hopeless
42 Chapter 42 - Sense of Empathy
43 Chapter 43 - Threaten
44 Chapter 44 - Wind Disaster
45 Chapter 45 - Steps That Will End
46 Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47 Chapter 47 - The Visited Place
48 Chapter 48 - Under Passage
49 Chapter 49 - Sudden Changes
50 Chapter 50 - An Unexpected Requests
51 Chapter 51 - Aimless
52 Chapter 52 - Disrupted Way
53 Chapter 53 - Thought
54 Chapter 54 - Rumors of the Wind
55 Chapter 55 - A Man Full of Worries
56 Chapter 56 - Elite Assassin
57 Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58 Chapter 58 - Ninazu
59 Chapter 59 - The Next Step
60 Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61 Chapter 61 - Poison Wine
62 Chapter 62 - Antique Merchant
63 Chapter 63 - White Vs Green Shard
64 Chapter 64 - Mirror Magic
65 Chapter 65 - Two Investigator
66 Chapter 66 - Full Moon
67 Chapter 67 - After the Moonlight
68 Chapter 68 - Memories...
69 Chapter 69 - Truth
70 Chapter 70 - Little Desire
71 Chapter 71 - Pursuit
72 Chapter 72 - Generous, Expectedly
73 Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74 Chapter 74 - Turning Point
75 Chapter 75 - Reflection of Anger
76 Chapter 76 - Explosive Stone
77 Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78 Chapter 78 - Reflected Blood
79 Chapter 79 - Whisper Away
80 Chapter 80 - Gale Impulse
81 Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82 Chapter 82 - A Bound Conversation
83 Chapter 83 - Little Confrontation
84 Chapter 84 - One Question Behind
85 Chapter 85 - Between of All Odds
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1 - Underground Jail
2
Chapter 2 - Prisoners
3
Chapter 3 - Sword Clash
4
Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5
Chapter 5 - Rakshassin
6
Chapter 6 - Naye Village
7
Chapter 7 - Three Assassins
8
Chapter 8 - Scheming
9
Chapter 9 - Heartless
10
Chapter 10 - Unknown Guest
11
Episode 11 - Message
12
Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13
Chapter 13 - The Unexpected
14
Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15
Chapter 15 - Crazy Arrival
16
Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17
Chapter 17 - Played Like a Dog
18
Chapter 18 - Human Heart
19
Chapter 19 - Warmth
20
Chapter 20 - One Quite Afternoon
21
Chapter 21 - Wend One's Way Home
22
Chapter 22 - Insults and Questions
23
Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24
Chapter 24 - Noisy
25
Chapter 25 - Bloody Dessert
26
Chapter 26 - Innocence
27
Chapter 27 - Old Friend
28
Chapter 28 - Nivelied
29
Chapter 29 - Vanity
30
Chapter 30 - Inexplicable Things
31
Chapter 31 - Curiosity
32
Chapter 32 - Good and Bad Side
33
Chapter 33 - Neklace
34
Chapter 34 - On The Road to Imais
35
Chapter 35 - Real Purpose
36
Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37
Chapter 37 - Needle of Rage
38
Chapter 38 - Intent of a Reason
39
Chapter 39 - Ravid Determination
40
Chapter 40 - Answer
41
Chapter 41 - At The End of Hopeless
42
Chapter 42 - Sense of Empathy
43
Chapter 43 - Threaten
44
Chapter 44 - Wind Disaster
45
Chapter 45 - Steps That Will End
46
Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47
Chapter 47 - The Visited Place
48
Chapter 48 - Under Passage
49
Chapter 49 - Sudden Changes
50
Chapter 50 - An Unexpected Requests
51
Chapter 51 - Aimless
52
Chapter 52 - Disrupted Way
53
Chapter 53 - Thought
54
Chapter 54 - Rumors of the Wind
55
Chapter 55 - A Man Full of Worries
56
Chapter 56 - Elite Assassin
57
Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58
Chapter 58 - Ninazu
59
Chapter 59 - The Next Step
60
Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61
Chapter 61 - Poison Wine
62
Chapter 62 - Antique Merchant
63
Chapter 63 - White Vs Green Shard
64
Chapter 64 - Mirror Magic
65
Chapter 65 - Two Investigator
66
Chapter 66 - Full Moon
67
Chapter 67 - After the Moonlight
68
Chapter 68 - Memories...
69
Chapter 69 - Truth
70
Chapter 70 - Little Desire
71
Chapter 71 - Pursuit
72
Chapter 72 - Generous, Expectedly
73
Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74
Chapter 74 - Turning Point
75
Chapter 75 - Reflection of Anger
76
Chapter 76 - Explosive Stone
77
Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78
Chapter 78 - Reflected Blood
79
Chapter 79 - Whisper Away
80
Chapter 80 - Gale Impulse
81
Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82
Chapter 82 - A Bound Conversation
83
Chapter 83 - Little Confrontation
84
Chapter 84 - One Question Behind
85
Chapter 85 - Between of All Odds

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!