Chapter 6 - Naye Village

Naye Village, South Region, Drakea Kingdom.

Matahari tampak meninggi saat Lemiel, Selena dan juga Mary berjalan di tengah desa Naye. Sebelumnya, Selena memang setuju untuk membantu Mary Kadota melacak keberadaan suaminya beserta anaknya.

Tapi ada satu orang yang bergabung dengan mereka, dan dia adalah Lemiel.

“Kenapa aku juga harus ikut denganmu?”

“Sesuai perjanjian, aku akan memberikanmu semua bayarannya dengan syarat kau harus ikut denganku.”

“Aku tidak mengerti apa yang kau rencanakan.”

“Sudah kubilang, kau tidak perlu melakukan apa-apa.”

“Bukan itu masalahnya, maksudku itu kenapa aku harus mengikutimu?!”

“Tak apa, lagipula kau tak perlu melakukan apa-apa.”

Lemiel mengikuti mereka dari belakang dengan tatapan malas. Tentu dia bertanya-tanya kenapa Selena ingin sekali mengambil pekerjaan ini. Apalagi Selena sampai memaksa dirinya ikut.

Mereka bertiga sekarang ini berada di desa Naye, tepatnya menuju kediaman Mary. Mary memang menyarankan mereka berdua untuk mencari keberadaan suaminya dari desa Naye.

Jarak desa Naye dari ibukota kerajaan tidak begitu jauh yang hanya memakan waktu sekitar 45 menit dengan berjalan kaki. Desa Naye terkenal dengan hasil padinya, bahkan sejauh mata memandang, Lemiel dan Selena hanya bisa melihat hamparan sawah yang begitu luas.

“Kita sudah sampai.”

Tidak memakan waktu lama, Mary yang menuntun Lemiel dan juga Selena, sampai di sebuah rumah yang lebih besar di bandingkan rumah rumah di desa Naye. Tentu mereka berdua sudah menduga kediaman Mary sangatlah besar.

“Ayo kita masuk ke dalam.”

Lalu Mary berjalan masuk ke rumahnya di ikuti Lemiel dan Selena yang sempat diam menatap satu sama lain.

Mereka berdua pun duduk di lantai papan depan sebuah meja. Ruang tamu kediaman Mary terlihat cukup luas dengan desain sederhana seperti rumah di desa pada umumnya.

“Apa kalian berdua mau meminum sake?”

“Ah, terima kasih banyak.”

“Maaf, aku cukup teh hijau saja kalau ada,” ucap Selena yang tidak terlalu suka minum-minuman keras.

“Baiklah, tunggu sebentar.”

Mary kemudian pergi ke dalam dapur menyiapkan minuman untuk mereka berdua. Lalu, Lemiel memecah keheningan dengan memberikan pertanyaan.

“Lalu, apa yang ingin kau lakukan selanjutnya?”

“….”

Selena sedikit kebingungan mau menjawab apa. Sejauh ini, Selena masih belum memikirkan langkah kedepannya.

“Aku sebenarnya masih tidak mengerti kenapa kau memaksaku kemari. Jujur saja, aku tidak keberatan kalau kau yang mengambil uangnya. Lagipula kau sendiri yang menerima pekerjaan ini,” lanjut Lemiel.

“Aku hanya ingin kau menemaniku.”

“Apa maksudmu ini sebuah kencan?”

“Kau terlalu percaya diri. Bukankah kau sendiri membutuhkan uang? Lagipula kau tidak perlu melakukan apa-apa di sini.”

“Ya, benar juga sih.”

Apa yang di katakan Selena memang ada benarnya. Lemiel saat ini memang sedang membutuhkan uang setelah terbebas dari penjara. Setidaknya sampai ada Klien baru yang mendatangi tempat Lemiel.

“Tapi, aku cukup yakin kalau orang itu akan datang kemari.”

Selena memandangi seisi rumah Mary yang mempunyai banyak benda-benda berharga.

“Baguslah kalau begitu.” Lemiel menopang kepalanya di meja menggunakan tangan, memalingkan tatapan seakan tak tertarik. Sebenarnya Lemiel setuju dengan dugaan Selena, apalagi dengan banyaknya barang berharga yang tersisa di kediaman Mary.

Setelah beberapa lama, Mary kembali ke ruang tamu dengan membawa minuman untuk mereka berdua. Tapi entah kenapa, Mary tiba-tiba tersenyum aneh yang membuat Lemiel dan Selena bertanya-tanya.

“… apa hubungan kalian berdua sudah semakin dekat? Wah, aku benar-benar senang.”

Melihat kebiasaan Mary yang suka mencocokkan sebuah pasangan tentu membuat Lemiel dan Selena mulai kesal.

Sebaiknya kau hilangkan kebiasaan burukmu itu, Nyonya! batin Lemiel kesal melihat tingkah Mary yang seperti anak-anak.

“Maaf, maaf, aku terbawa suasana. Aku masih tidak bisa menahan diri saat melihat anak-anak seperti kalian.” Mary tampak malu malu sambil menutupi mulutnya dengan tangan.

Selena berdeham dengan ekspresi serius, seakan menyuruh Mary untuk fokus.

“Apa Anda mempunyai sebuah foto atau lukisan keluarga?”

“Ya tentu ada, tunggu sebentar.” Mary kemudian berjalan menuju lemari dan membuka sebuah laci. Dia mengambil satu foto yang kemudian di berikan kepada Selena.

Lemiel yang melihat foto itu sedikit menyimpan kagum. Tentunya untuk sekali foto, harganya bisa sangat mahal. Mengingat Mary adalah keluarga yang sangat kaya, hal seperti itu tidak perlu di pertanyakan.

Selena mengamati foto tersebut yang terfokus kepada wajah suami Mary dan juga bayi perempuan yang tidak lain adalah anak mereka. Sedangkan Lemiel hanya meminum sake dengan ekspresi datar saat melirik foto tersebut.

“Ini,” kata Selena memberikan foto itu kepada Lemiel. Sepertinya Selena tahu kalau Lemiel sedang mengintip foto yang di lihatnya.

“Kenapa kau memberikannya padaku?”

Tanpa menanyakan itu lebih lanjut, Lemiel mengambil foto itu, melirik ketiga orang di foto tersebut. Tidak ada yang aneh dari foto keluarga kecil itu, Lemiel sendiri sudah menduga apa yang akan di lihatnya.

Dari foto itu, suami dari Mary tidak memiliki wajah yang cukup berbahaya. Dia hanya seperti pria biasa berusia 30 tahunan. Sedangkan di foto itu, Mary menggendong bayi perempuannya dengan penuh kebahagiaan.

Begitu ya, batin Lemiel datar setelah memahami apa yang terjadi.

“Sudah dua minggu ini lamanya, Kenzo menghilang bersama anakku. Aku sangat berharap mereka baik-baik saja dan segera kembali ke rumah.” Mary menurunkan wajahnya dengan ekspresi murung.

“Kau sangat mencintai pria ini ya, nyonya?” tanya Lemiel datar.

“Tentu saja. Bahkan aku sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu dengannya. Waktu itu aku sangat bahagia ketika dia melamarku, dan akhirnya kami pun menikah. Tapi beberapa bulan belakangan ini dia memang berubah. Aku sendiri tidak mengerti kenapa dia menjadi seperti itu. Padahal dulunya dia adalah pria yang baik dan pejuang keras.”

Lemiel sudah memahami apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarga kecil itu. Meskipun begitu, Lemiel sama sekali tidak bertanggung jawab dalam permintaan ini. Berbeda dengan Selena, dia seperti menduga-duga sesuatu dari cerita tersebut.

“Jadi, apa yang ingin kau lakukan, nona Selena?” tanya Lemiel dengan nada sarkas.

“Aku hanya tidak tahu harus mulai darimana,” jawab Selena dengan eskpresi seperti menemui titik buntu.

“Kenapa kau tidak berkeliling desa saja? Aku akan menemanimu kalau kau mau.”

“Kurasa tidak mungkin dia masih berada di desa ini.”

“Kau mungkin ada benarnya. Huft … jadi, tidak ada jalan lagi ya?”

“Ma-maaf, sepertinya permintaanku benar-benar menyulitkan kalian.” Bahu Mary menurun, karena merasa bersalah merepotkan Selena dan juga Lemiel.

“Aku belum pernah melihat seorang Klien meminta maaf kepada pembunuh bayaran sebelumnya," ucap Lemiel santai. “Ngomong-ngomong, apa Anda masih mempunyai benda-benda berharga lainnya? Atau sesuatu yang sangat berharga yang kemungkinan belum di ketahui orang itu?” tanyanya kemudian.

Mary terdiam sejenak mengingat sesuatu sambil menaruh telunjuknya di dagu. Sedangkan Selena cukup terkejut mendengar pertanyaan Lemiel. Meski dia menyuruhnya tak melakukan apa-apa, tapi Lemiel tampak penasaran akan sesuatu.

“Sebenarnya, aku masih punya satu. Itu adalah surat wasiat dari keluargaku. Wasiat itu berisikan tentang kepemilikan 30% sawah dari total sawah yang ada di desa ini. Tapi Kenzo sudah mengetahui hal itu.”

30% Kepemilikan dari total sawah di desa Naye, tentu itu harta yang sangat berharga. Apalagi desa Naye adalah pemasok utama bahan-bahan sayuran untuk kota-kota besar kerajaan Drakea. Bahkan mempunyai satu sawah saja, keuangan orang-orang di sini pasti sangatlah cukup.

Tapi, Lemiel merasa sedikit aneh. Kenapa Kenzo tidak membawa surat wasiat tersebut bersamanya? Atau ada sesuatu yang membuat orang itu tidak bisa melakukannya?

Dari semua itu ada satu hal yang cukup pasti. Setelah mendengar jawaban Mary, Lemiel dan Selena cukup yakin kalau orang itu akan kembali menunjukkan dirinya di desa Naye.

Sekarang hanya soal waktu dan kapan orang itu akan muncul.

“Mungkin untuk berjaga-jaga, kita hanya bisa menunggu di tempat ini,” ucap Selena.

“Menunggu ya? terdengar membosankan.”

“Kau tidak seharusnya mengeluh.”

“Baiklah, baiklah, aku mengerti.”

“Ah... kalian benar benar pasangan serasi. Benar-benar mengingatkanku waktu masih pacaran dulu!” seru Mary yang tampak berseri-seri melihat tingkah Selena dan Lemiel.

“Aku lebih baik mati daripada bersama pria arogan ini.” Selena menyangkalnya dengan nada kesal.

“Uh… apa aku seburuk itu?” Lemiel merasa dirinya benar-benar di rendahkan oleh Selena.

“Ahahaha, kamu hanya malu-malu.” Mary mendekat ke Selena dan terus menggodanya. Terlihat jelas kalau Selena semakin tidak nyaman dengan tingkah Mary.

“Aku mohon, bisakah Anda hentikan itu?”

“Maaf, maaf, aku menjadi berlebihan.” Mary tertawa kecil, malu-malu saat berbicara dengan Selena.

Tiba-tiba suasana di tempat itu menjadi senyap. Bunyi serangga yang ada di sawah juga terdengar di telinga mereka.

Namun, Lemiel mulai bertanya dan memecah keheningan.

“Aku punya pertanyaan untukmu. Setelah apa yang terjadi padamu, apa kau masih berharap suamimu akan kembali padamu?”

“Tentu saja. Aku memang tidak mengerti kenapa dia melakukan itu. Tapi aku yakin, dia memiliki masalah keuangan yang tidak bisa dia ceritakan padaku.”

“Tapi, kenapa dia sampai repot-repot membawa bayi kalian?”

“Itu ….” Mary kehilangan kata-kata. Sedangkan Lemiel melihatnya dengan datar.

“Jujur saja, aku masih tidak mengerti kenapa Anda hanya meminta kami melacak keberadaan pria itu.”

“Aku percaya Kenzo tidak akan meninggalkanku. Oleh karena itu, aku hanya ingin mengerti kenapa dia melakukan semua ini. Mungkin saja aku adalah istri yang buruk baginya, sehingga dia melakukan ini semua.”

Ekspresi mendalam di tunjukkan oleh Mary. Itu juga di rasakan juga oleh Selena, kecuali Lemiel seakan tak tersentuh dengan kata-kata Mary.

Setelah mendapatkan jawaban yang di tanyakannya, Lemiel bisa menyimpulkan satu hal. Cinta memang bisa membutakan seseorang. Mungkin lebih tepatnya, Mary sudah terlalu cinta dengan Kenzo.

Sambil menikmati segelas sake, Lemiel melihat ke atas langit langit rumah. Entah hanya perasaannya atau bukan, Lemiel merasakan hawa keberadaan seseorang—tidak, mungkin lebih dari satu orang.

Tiba-tiba—Bruak!

Langit-langit rumah Mary hancur seketika, dengan kemunculan tiga orang misterirs berpakaian serba hitam yang sejak tadi bersembunyi di atas rumah.

Sambil menerjang, mereka bertiga serentak melemparkan beberapa pisau kecil mengarah ke Mary, lalu—

“White Shield,” bisik Selena pelan dan—perisai es tiba-tiba saja muncul dari pedang hitamnya yang menghalau semua serangan mereka.

Sontak ketiga orang misterius itu mengernyit dengan perisai es tersebut. Secara bersamaan, mereka mengeluarkan pisau belati untuk melakukan penyerangan. Sambil memegang erat pedangnya, Selena menatap mereka bertiga dengan tatapan tajam.

Lemiel cukup di kejutkan dengan perisai es dari pedang Selena. Sementara Mary hanya terdiam kepanikan dengan kemunculan tiga orang misterius itu.

Meski kedatangan ketiga orang yang di duga sebagai pembunuh bayaran itu, Lemiel sama sekali tak merasa terpojok. Dengan santainya, dia hanya duduk sambil menikmati segelas sake.

To be Continued …

Note Author:

White Shield: Perisai Putih

Terpopuler

Comments

Jo-Ann

Jo-Ann

semangat thor

2022-10-24

0

kimzky

kimzky

ooke

2021-02-05

0

Ares

Ares

bagus

2021-01-28

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Underground Jail
2 Chapter 2 - Prisoners
3 Chapter 3 - Sword Clash
4 Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5 Chapter 5 - Rakshassin
6 Chapter 6 - Naye Village
7 Chapter 7 - Three Assassins
8 Chapter 8 - Scheming
9 Chapter 9 - Heartless
10 Chapter 10 - Unknown Guest
11 Episode 11 - Message
12 Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13 Chapter 13 - The Unexpected
14 Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15 Chapter 15 - Crazy Arrival
16 Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17 Chapter 17 - Played Like a Dog
18 Chapter 18 - Human Heart
19 Chapter 19 - Warmth
20 Chapter 20 - One Quite Afternoon
21 Chapter 21 - Wend One's Way Home
22 Chapter 22 - Insults and Questions
23 Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24 Chapter 24 - Noisy
25 Chapter 25 - Bloody Dessert
26 Chapter 26 - Innocence
27 Chapter 27 - Old Friend
28 Chapter 28 - Nivelied
29 Chapter 29 - Vanity
30 Chapter 30 - Inexplicable Things
31 Chapter 31 - Curiosity
32 Chapter 32 - Good and Bad Side
33 Chapter 33 - Neklace
34 Chapter 34 - On The Road to Imais
35 Chapter 35 - Real Purpose
36 Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37 Chapter 37 - Needle of Rage
38 Chapter 38 - Intent of a Reason
39 Chapter 39 - Ravid Determination
40 Chapter 40 - Answer
41 Chapter 41 - At The End of Hopeless
42 Chapter 42 - Sense of Empathy
43 Chapter 43 - Threaten
44 Chapter 44 - Wind Disaster
45 Chapter 45 - Steps That Will End
46 Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47 Chapter 47 - The Visited Place
48 Chapter 48 - Under Passage
49 Chapter 49 - Sudden Changes
50 Chapter 50 - An Unexpected Requests
51 Chapter 51 - Aimless
52 Chapter 52 - Disrupted Way
53 Chapter 53 - Thought
54 Chapter 54 - Rumors of the Wind
55 Chapter 55 - A Man Full of Worries
56 Chapter 56 - Elite Assassin
57 Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58 Chapter 58 - Ninazu
59 Chapter 59 - The Next Step
60 Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61 Chapter 61 - Poison Wine
62 Chapter 62 - Antique Merchant
63 Chapter 63 - White Vs Green Shard
64 Chapter 64 - Mirror Magic
65 Chapter 65 - Two Investigator
66 Chapter 66 - Full Moon
67 Chapter 67 - After the Moonlight
68 Chapter 68 - Memories...
69 Chapter 69 - Truth
70 Chapter 70 - Little Desire
71 Chapter 71 - Pursuit
72 Chapter 72 - Generous, Expectedly
73 Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74 Chapter 74 - Turning Point
75 Chapter 75 - Reflection of Anger
76 Chapter 76 - Explosive Stone
77 Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78 Chapter 78 - Reflected Blood
79 Chapter 79 - Whisper Away
80 Chapter 80 - Gale Impulse
81 Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82 Chapter 82 - A Bound Conversation
83 Chapter 83 - Little Confrontation
84 Chapter 84 - One Question Behind
85 Chapter 85 - Between of All Odds
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1 - Underground Jail
2
Chapter 2 - Prisoners
3
Chapter 3 - Sword Clash
4
Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5
Chapter 5 - Rakshassin
6
Chapter 6 - Naye Village
7
Chapter 7 - Three Assassins
8
Chapter 8 - Scheming
9
Chapter 9 - Heartless
10
Chapter 10 - Unknown Guest
11
Episode 11 - Message
12
Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13
Chapter 13 - The Unexpected
14
Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15
Chapter 15 - Crazy Arrival
16
Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17
Chapter 17 - Played Like a Dog
18
Chapter 18 - Human Heart
19
Chapter 19 - Warmth
20
Chapter 20 - One Quite Afternoon
21
Chapter 21 - Wend One's Way Home
22
Chapter 22 - Insults and Questions
23
Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24
Chapter 24 - Noisy
25
Chapter 25 - Bloody Dessert
26
Chapter 26 - Innocence
27
Chapter 27 - Old Friend
28
Chapter 28 - Nivelied
29
Chapter 29 - Vanity
30
Chapter 30 - Inexplicable Things
31
Chapter 31 - Curiosity
32
Chapter 32 - Good and Bad Side
33
Chapter 33 - Neklace
34
Chapter 34 - On The Road to Imais
35
Chapter 35 - Real Purpose
36
Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37
Chapter 37 - Needle of Rage
38
Chapter 38 - Intent of a Reason
39
Chapter 39 - Ravid Determination
40
Chapter 40 - Answer
41
Chapter 41 - At The End of Hopeless
42
Chapter 42 - Sense of Empathy
43
Chapter 43 - Threaten
44
Chapter 44 - Wind Disaster
45
Chapter 45 - Steps That Will End
46
Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47
Chapter 47 - The Visited Place
48
Chapter 48 - Under Passage
49
Chapter 49 - Sudden Changes
50
Chapter 50 - An Unexpected Requests
51
Chapter 51 - Aimless
52
Chapter 52 - Disrupted Way
53
Chapter 53 - Thought
54
Chapter 54 - Rumors of the Wind
55
Chapter 55 - A Man Full of Worries
56
Chapter 56 - Elite Assassin
57
Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58
Chapter 58 - Ninazu
59
Chapter 59 - The Next Step
60
Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61
Chapter 61 - Poison Wine
62
Chapter 62 - Antique Merchant
63
Chapter 63 - White Vs Green Shard
64
Chapter 64 - Mirror Magic
65
Chapter 65 - Two Investigator
66
Chapter 66 - Full Moon
67
Chapter 67 - After the Moonlight
68
Chapter 68 - Memories...
69
Chapter 69 - Truth
70
Chapter 70 - Little Desire
71
Chapter 71 - Pursuit
72
Chapter 72 - Generous, Expectedly
73
Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74
Chapter 74 - Turning Point
75
Chapter 75 - Reflection of Anger
76
Chapter 76 - Explosive Stone
77
Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78
Chapter 78 - Reflected Blood
79
Chapter 79 - Whisper Away
80
Chapter 80 - Gale Impulse
81
Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82
Chapter 82 - A Bound Conversation
83
Chapter 83 - Little Confrontation
84
Chapter 84 - One Question Behind
85
Chapter 85 - Between of All Odds

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!