Naye Village, South Region, Drakea Kingdom.
Matahari tampak meninggi saat Lemiel, Selena dan juga Mary berjalan di tengah desa Naye. Sebelumnya, Selena memang setuju untuk membantu Mary Kadota melacak keberadaan suaminya beserta anaknya.
Tapi ada satu orang yang bergabung dengan mereka, dan dia adalah Lemiel.
“Kenapa aku juga harus ikut denganmu?”
“Sesuai perjanjian, aku akan memberikanmu semua bayarannya dengan syarat kau harus ikut denganku.”
“Aku tidak mengerti apa yang kau rencanakan.”
“Sudah kubilang, kau tidak perlu melakukan apa-apa.”
“Bukan itu masalahnya, maksudku itu kenapa aku harus mengikutimu?!”
“Tak apa, lagipula kau tak perlu melakukan apa-apa.”
Lemiel mengikuti mereka dari belakang dengan tatapan malas. Tentu dia bertanya-tanya kenapa Selena ingin sekali mengambil pekerjaan ini. Apalagi Selena sampai memaksa dirinya ikut.
Mereka bertiga sekarang ini berada di desa Naye, tepatnya menuju kediaman Mary. Mary memang menyarankan mereka berdua untuk mencari keberadaan suaminya dari desa Naye.
Jarak desa Naye dari ibukota kerajaan tidak begitu jauh yang hanya memakan waktu sekitar 45 menit dengan berjalan kaki. Desa Naye terkenal dengan hasil padinya, bahkan sejauh mata memandang, Lemiel dan Selena hanya bisa melihat hamparan sawah yang begitu luas.
“Kita sudah sampai.”
Tidak memakan waktu lama, Mary yang menuntun Lemiel dan juga Selena, sampai di sebuah rumah yang lebih besar di bandingkan rumah rumah di desa Naye. Tentu mereka berdua sudah menduga kediaman Mary sangatlah besar.
“Ayo kita masuk ke dalam.”
Lalu Mary berjalan masuk ke rumahnya di ikuti Lemiel dan Selena yang sempat diam menatap satu sama lain.
Mereka berdua pun duduk di lantai papan depan sebuah meja. Ruang tamu kediaman Mary terlihat cukup luas dengan desain sederhana seperti rumah di desa pada umumnya.
“Apa kalian berdua mau meminum sake?”
“Ah, terima kasih banyak.”
“Maaf, aku cukup teh hijau saja kalau ada,” ucap Selena yang tidak terlalu suka minum-minuman keras.
“Baiklah, tunggu sebentar.”
Mary kemudian pergi ke dalam dapur menyiapkan minuman untuk mereka berdua. Lalu, Lemiel memecah keheningan dengan memberikan pertanyaan.
“Lalu, apa yang ingin kau lakukan selanjutnya?”
“….”
Selena sedikit kebingungan mau menjawab apa. Sejauh ini, Selena masih belum memikirkan langkah kedepannya.
“Aku sebenarnya masih tidak mengerti kenapa kau memaksaku kemari. Jujur saja, aku tidak keberatan kalau kau yang mengambil uangnya. Lagipula kau sendiri yang menerima pekerjaan ini,” lanjut Lemiel.
“Aku hanya ingin kau menemaniku.”
“Apa maksudmu ini sebuah kencan?”
“Kau terlalu percaya diri. Bukankah kau sendiri membutuhkan uang? Lagipula kau tidak perlu melakukan apa-apa di sini.”
“Ya, benar juga sih.”
Apa yang di katakan Selena memang ada benarnya. Lemiel saat ini memang sedang membutuhkan uang setelah terbebas dari penjara. Setidaknya sampai ada Klien baru yang mendatangi tempat Lemiel.
“Tapi, aku cukup yakin kalau orang itu akan datang kemari.”
Selena memandangi seisi rumah Mary yang mempunyai banyak benda-benda berharga.
“Baguslah kalau begitu.” Lemiel menopang kepalanya di meja menggunakan tangan, memalingkan tatapan seakan tak tertarik. Sebenarnya Lemiel setuju dengan dugaan Selena, apalagi dengan banyaknya barang berharga yang tersisa di kediaman Mary.
Setelah beberapa lama, Mary kembali ke ruang tamu dengan membawa minuman untuk mereka berdua. Tapi entah kenapa, Mary tiba-tiba tersenyum aneh yang membuat Lemiel dan Selena bertanya-tanya.
“… apa hubungan kalian berdua sudah semakin dekat? Wah, aku benar-benar senang.”
Melihat kebiasaan Mary yang suka mencocokkan sebuah pasangan tentu membuat Lemiel dan Selena mulai kesal.
Sebaiknya kau hilangkan kebiasaan burukmu itu, Nyonya! batin Lemiel kesal melihat tingkah Mary yang seperti anak-anak.
“Maaf, maaf, aku terbawa suasana. Aku masih tidak bisa menahan diri saat melihat anak-anak seperti kalian.” Mary tampak malu malu sambil menutupi mulutnya dengan tangan.
Selena berdeham dengan ekspresi serius, seakan menyuruh Mary untuk fokus.
“Apa Anda mempunyai sebuah foto atau lukisan keluarga?”
“Ya tentu ada, tunggu sebentar.” Mary kemudian berjalan menuju lemari dan membuka sebuah laci. Dia mengambil satu foto yang kemudian di berikan kepada Selena.
Lemiel yang melihat foto itu sedikit menyimpan kagum. Tentunya untuk sekali foto, harganya bisa sangat mahal. Mengingat Mary adalah keluarga yang sangat kaya, hal seperti itu tidak perlu di pertanyakan.
Selena mengamati foto tersebut yang terfokus kepada wajah suami Mary dan juga bayi perempuan yang tidak lain adalah anak mereka. Sedangkan Lemiel hanya meminum sake dengan ekspresi datar saat melirik foto tersebut.
“Ini,” kata Selena memberikan foto itu kepada Lemiel. Sepertinya Selena tahu kalau Lemiel sedang mengintip foto yang di lihatnya.
“Kenapa kau memberikannya padaku?”
Tanpa menanyakan itu lebih lanjut, Lemiel mengambil foto itu, melirik ketiga orang di foto tersebut. Tidak ada yang aneh dari foto keluarga kecil itu, Lemiel sendiri sudah menduga apa yang akan di lihatnya.
Dari foto itu, suami dari Mary tidak memiliki wajah yang cukup berbahaya. Dia hanya seperti pria biasa berusia 30 tahunan. Sedangkan di foto itu, Mary menggendong bayi perempuannya dengan penuh kebahagiaan.
Begitu ya, batin Lemiel datar setelah memahami apa yang terjadi.
“Sudah dua minggu ini lamanya, Kenzo menghilang bersama anakku. Aku sangat berharap mereka baik-baik saja dan segera kembali ke rumah.” Mary menurunkan wajahnya dengan ekspresi murung.
“Kau sangat mencintai pria ini ya, nyonya?” tanya Lemiel datar.
“Tentu saja. Bahkan aku sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu dengannya. Waktu itu aku sangat bahagia ketika dia melamarku, dan akhirnya kami pun menikah. Tapi beberapa bulan belakangan ini dia memang berubah. Aku sendiri tidak mengerti kenapa dia menjadi seperti itu. Padahal dulunya dia adalah pria yang baik dan pejuang keras.”
Lemiel sudah memahami apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarga kecil itu. Meskipun begitu, Lemiel sama sekali tidak bertanggung jawab dalam permintaan ini. Berbeda dengan Selena, dia seperti menduga-duga sesuatu dari cerita tersebut.
“Jadi, apa yang ingin kau lakukan, nona Selena?” tanya Lemiel dengan nada sarkas.
“Aku hanya tidak tahu harus mulai darimana,” jawab Selena dengan eskpresi seperti menemui titik buntu.
“Kenapa kau tidak berkeliling desa saja? Aku akan menemanimu kalau kau mau.”
“Kurasa tidak mungkin dia masih berada di desa ini.”
“Kau mungkin ada benarnya. Huft … jadi, tidak ada jalan lagi ya?”
“Ma-maaf, sepertinya permintaanku benar-benar menyulitkan kalian.” Bahu Mary menurun, karena merasa bersalah merepotkan Selena dan juga Lemiel.
“Aku belum pernah melihat seorang Klien meminta maaf kepada pembunuh bayaran sebelumnya," ucap Lemiel santai. “Ngomong-ngomong, apa Anda masih mempunyai benda-benda berharga lainnya? Atau sesuatu yang sangat berharga yang kemungkinan belum di ketahui orang itu?” tanyanya kemudian.
Mary terdiam sejenak mengingat sesuatu sambil menaruh telunjuknya di dagu. Sedangkan Selena cukup terkejut mendengar pertanyaan Lemiel. Meski dia menyuruhnya tak melakukan apa-apa, tapi Lemiel tampak penasaran akan sesuatu.
“Sebenarnya, aku masih punya satu. Itu adalah surat wasiat dari keluargaku. Wasiat itu berisikan tentang kepemilikan 30% sawah dari total sawah yang ada di desa ini. Tapi Kenzo sudah mengetahui hal itu.”
30% Kepemilikan dari total sawah di desa Naye, tentu itu harta yang sangat berharga. Apalagi desa Naye adalah pemasok utama bahan-bahan sayuran untuk kota-kota besar kerajaan Drakea. Bahkan mempunyai satu sawah saja, keuangan orang-orang di sini pasti sangatlah cukup.
Tapi, Lemiel merasa sedikit aneh. Kenapa Kenzo tidak membawa surat wasiat tersebut bersamanya? Atau ada sesuatu yang membuat orang itu tidak bisa melakukannya?
Dari semua itu ada satu hal yang cukup pasti. Setelah mendengar jawaban Mary, Lemiel dan Selena cukup yakin kalau orang itu akan kembali menunjukkan dirinya di desa Naye.
Sekarang hanya soal waktu dan kapan orang itu akan muncul.
“Mungkin untuk berjaga-jaga, kita hanya bisa menunggu di tempat ini,” ucap Selena.
“Menunggu ya? terdengar membosankan.”
“Kau tidak seharusnya mengeluh.”
“Baiklah, baiklah, aku mengerti.”
“Ah... kalian benar benar pasangan serasi. Benar-benar mengingatkanku waktu masih pacaran dulu!” seru Mary yang tampak berseri-seri melihat tingkah Selena dan Lemiel.
“Aku lebih baik mati daripada bersama pria arogan ini.” Selena menyangkalnya dengan nada kesal.
“Uh… apa aku seburuk itu?” Lemiel merasa dirinya benar-benar di rendahkan oleh Selena.
“Ahahaha, kamu hanya malu-malu.” Mary mendekat ke Selena dan terus menggodanya. Terlihat jelas kalau Selena semakin tidak nyaman dengan tingkah Mary.
“Aku mohon, bisakah Anda hentikan itu?”
“Maaf, maaf, aku menjadi berlebihan.” Mary tertawa kecil, malu-malu saat berbicara dengan Selena.
Tiba-tiba suasana di tempat itu menjadi senyap. Bunyi serangga yang ada di sawah juga terdengar di telinga mereka.
Namun, Lemiel mulai bertanya dan memecah keheningan.
“Aku punya pertanyaan untukmu. Setelah apa yang terjadi padamu, apa kau masih berharap suamimu akan kembali padamu?”
“Tentu saja. Aku memang tidak mengerti kenapa dia melakukan itu. Tapi aku yakin, dia memiliki masalah keuangan yang tidak bisa dia ceritakan padaku.”
“Tapi, kenapa dia sampai repot-repot membawa bayi kalian?”
“Itu ….” Mary kehilangan kata-kata. Sedangkan Lemiel melihatnya dengan datar.
“Jujur saja, aku masih tidak mengerti kenapa Anda hanya meminta kami melacak keberadaan pria itu.”
“Aku percaya Kenzo tidak akan meninggalkanku. Oleh karena itu, aku hanya ingin mengerti kenapa dia melakukan semua ini. Mungkin saja aku adalah istri yang buruk baginya, sehingga dia melakukan ini semua.”
Ekspresi mendalam di tunjukkan oleh Mary. Itu juga di rasakan juga oleh Selena, kecuali Lemiel seakan tak tersentuh dengan kata-kata Mary.
Setelah mendapatkan jawaban yang di tanyakannya, Lemiel bisa menyimpulkan satu hal. Cinta memang bisa membutakan seseorang. Mungkin lebih tepatnya, Mary sudah terlalu cinta dengan Kenzo.
Sambil menikmati segelas sake, Lemiel melihat ke atas langit langit rumah. Entah hanya perasaannya atau bukan, Lemiel merasakan hawa keberadaan seseorang—tidak, mungkin lebih dari satu orang.
Tiba-tiba—Bruak!
Langit-langit rumah Mary hancur seketika, dengan kemunculan tiga orang misterirs berpakaian serba hitam yang sejak tadi bersembunyi di atas rumah.
Sambil menerjang, mereka bertiga serentak melemparkan beberapa pisau kecil mengarah ke Mary, lalu—
“White Shield,” bisik Selena pelan dan—perisai es tiba-tiba saja muncul dari pedang hitamnya yang menghalau semua serangan mereka.
Sontak ketiga orang misterius itu mengernyit dengan perisai es tersebut. Secara bersamaan, mereka mengeluarkan pisau belati untuk melakukan penyerangan. Sambil memegang erat pedangnya, Selena menatap mereka bertiga dengan tatapan tajam.
Lemiel cukup di kejutkan dengan perisai es dari pedang Selena. Sementara Mary hanya terdiam kepanikan dengan kemunculan tiga orang misterius itu.
Meski kedatangan ketiga orang yang di duga sebagai pembunuh bayaran itu, Lemiel sama sekali tak merasa terpojok. Dengan santainya, dia hanya duduk sambil menikmati segelas sake.
To be Continued …
Note Author:
White Shield: Perisai Putih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Jo-Ann
semangat thor
2022-10-24
0
kimzky
ooke
2021-02-05
0
Ares
bagus
2021-01-28
0