Chapter 7 - Three Assassins

Selena menatap ketiga orang itu dengan tatapan tajam, tentu dengan pedang di tangannya. Sementara ketiga orang itu mewaspadai gerakan Selena sambil memegang pisau belati mereka masing-masing.

Mary hanya bisa terdiam ketakutan dengan kemunculan tiga orang itu. Karena situasi mulai memburuk, Lemiel pun berkata, “Pergilah dari sini,” dengan tatapan tajam.

Mendengar itu, Mary mengangguk pelan ke arah Lemiel dan bergegas keluar dari rumah. Sedangkan Lemiel yang melihat kepergian Mary, melirik ke langit-langit rumah yang sudah bolong dari sergapan ketiga pembunuh itu sebelumnya.

“… huft, sayang sekali langit-langitnya menjadi rusak.”

Dari gaya bicaranya, Lemiel tampak menghiraukan situasi yang di hadapi Selena.

Sementara itu, ketiga orang misterius tersebut terfokus dengan kepergian Mary dan berniat mengejar mereka dan—Selena segera menghadang mereka.

“Siapa kalian?!”

“Sialan, wanita itu kabur!” umpat salah satu dari mereka. Lalu orang itu mengeluarkan semacam bom asap yang membuat pandangan Selena dan Lemiel menjadi kabur.

Beberapa saat setelah gumpalan asap mereda, ketiga orang itu ternyata sudah menghilang. Tentu Selena terkejut dan segera menyusul Mary untuk melindunginya dari para pembunuh misterius itu.

Masih terduduk santai setelah sesekali terbatuk akibat asap tadi, Lemiel menatap gelas sakenya, “Sial, minumanku jadi tercampur dengan asap.”

Setelah mengeluh hal yang tidak penting, Lemiel memandangi halaman rumah Mary yang tampak luas. Selena juga tak terlihat lagi dari pandangannya, tapi Lemiel sedikit teringat sesuatu akan pakaian serba hitam yang di kenakan ketiga pembunuh tadi.

“… aku sedikit penasaran kenapa wanita tanpa ekspresi itu sangat bersungguh-sungguh ….”

Tapi yang membuat Lemiel bertanya-tanya adalah, siapa mereka sebenarnya?

***

Mary berlari tergopoh-gopoh dengan rasa panik saat ketiga orang itu mengejarnya dari belakang.

Ketiga orang itu tentu jauh lebih cepat. Bahkan mereka semua sudah mengeluarkan pisau belati seakan siap menyergapnya.

“Tolong ….” Mary mulai memohon pertolongan, berharap ada seseorang yang menolongnya.

Ketiga orang yang berpakaian serba hitam itu memasang tatapan tajam yang secara perlahan terus mendekati Mary.

Tapi tiba-tiba saja—beberapa pecahan es segera menghentikan langkah mereka. Dari belakang, Selena berlari sambil memegang pedangnya dari sarung pedang.

“Serang dia!”

Serentak, mereka bertiga melemparkan pisau mereka menuju Selena, namun di tangkis dengan mudah menggunakan pedangnya.

Dengan tatapan tajam, Selena bergerak sangat cepat layaknya angin musim dingin. ampun, Selena menebaskan pedangnya ke mereka bertiga sekaligus.

Tapi tebasan itu hampir mengenai mereka saat berhasil menghindar, dan langsung meledakkan bom asap.

“Mereka menghilang ….” ucap Selena dengan ekspresi datar.

Sementara itu, Mary langsung terduduk lemas dengan menghilangnya ketiga orang tersebut.

“Si-siapa mereka …,” rintih Mary pelan.

Tentu Mary kebingungan dengan kedatangan tiga orang misterius yang mencoba membunuhnya. Raut wajah Mary masih terlihat syok saat mengingat hal itu.

Selena menyarungkan pedangnya, dan berjalan mendekati Mary.

“Mereka masih ada di sekitar sini.”

“Te-terima kasih banyak nona Selena. Tapi … siapa mereka?” tanya Mary dengan perasaan panik.

“Aku tidak tahu. Tapi, ada satu hal yang membuatku yakin. Mungkin saja ini ada hubungannya dengan suami Anda.”

“Ke-Kenzo? Tidak mungkin. Kenapa kau sampai berkata seperti itu?!” Mary langsung menyangkal perkataan Selena dengan emosi.

Belum sempat Selena menjelaskan—sebuah pisau mengarah dengan cepat ke arah Mary yang kemudian di tangkis oleh Selena.

Terlihat salah satu dari mereka, menunjukkan dirinya dari balik semak-semak. Selena kembali mengeluarkan pedang, mengeluarkan semacam hawa dingin di sekitar pedangnya.

Mary hanya terduduk lemas di belakang Selena, sekaligus melindungi diri dari serangan mereka.

“Apa maumu?” tanya Selena tajam kepada orang itu.

“Kami hanya di perintahkan menangkap wanita itu.”

“Menangkapnya? Siapa yang memerintahkan kalian?!”

Pembunuh bayaran itu tersenyum sinis, “Mana mungkin aku memberitahumu.” Lalu, dia pun menghilang, dan dengan cepat menyerang Selena dengan pedang belatinya.

“Aku belum pernah melihat orang-orang seperti kalian sebelumnya,” tegas Selena sambil menahan tebasan dari orang itu.

Namun, pembunuh itu tiba-tiba tersenyum—lalu, dua orang lainnya muncul dan menyergap dengan cepat ke arah Selena dengan pisau belati.

Selena membisikkan mantra, “White,” dan—beberapa hujan es muncul di atasnya. “Rain,” hujan es tersebut langsung menyerang mereka bertiga sekaligus.

Sontak, mereka bertiga terkejut dengan hujan es itu. Dua dari mereka juga sempat tertusuk dan akhirnya terjatuh tak sadarkan diri. Kecuali satu orang yang sebelumnya menyerang Selena, dia berhasil menghindar tepat sebelum hujan es itu berjatuhan.

“Gawat …,” gumam pembunuh yang berhasil selamat, melihat kedua temannya jatuh tak sadarkan diri.

Selena menatapnya sambil menodongkan pedang yang sudah di selimuti es, memberikan ancaman yang membuat orang itu sedikit bergidik ketakutan.

“Siapa yang merencanakan ini semua?”

“Sudah kukatakan padamu, kami hanya di perintah menangkap wanita itu.”

“Apa orang yang memerintahmu itu bernama Kenzo Kadota?”

“Aku tidak tahu!” sangkal orang itu, menyerang Selena secara tiba-tiba.

Pertemuan antara pedang dan pisau belati pun terjadi, menciptakan bunyi gesekan dan sedikit percikan.

Kemampuan Selena dalam menggunakan pedang jelas lebih unggul. Apalagi Selena berasal dari keturunan keluarga Mystin, salah satu keluarga yang dulu termasuk dari keluarga terkuat. Bahkan orang itu sampai terpukul mundur dari ayunan pedang Selena

Selena membisikkan, “White Rain—” dan pecahan es itu langsung menghujani orang itu.

Namun—seorang pria misterius muncul, menangkis semua hujan es itu hanya menggunakan belatinya. Tentu Selena terkejut dengan kemunculan pria itu, apalagi dia menangkis semua serangan milikinya dengan mudah.

Pembunuh di belakangnya tersenyum melihat orang yang di kenalnya datang, “Tuan Dray!” serunya.

Pria yang bernama Dray itu melihat kedua anak buahnya yang jatuh tak sadarkan diri, dan memasukkan kedua belatinya ke dalam sabuk. “Apa yang sebenarnya kalian bertiga lakukan?!"

Melihat Dray yang menunjukkan ekspresi geram, orang itu seakan ketakutan, “Ma-maafkan kami, Tuan Dray,”

Masih terduduk lemas di telan kepanikan, Mary semakin di telan kepanikan dengan kemunculan Dray. Sementara Selena memasang tatapan tajam, dia bisa merasakan kekuatan yang cukup besar dari orang itu.

Selena cukup yakin kalau orang yang bernama Dray itu adalah pemimpin dari mereka bertiga.

Dray memalingkan tatapannya, lalu melirik ke arah Selena dan juga Mary.

“… aku tidak di beritahu kalau akan terjadi penyerangan seperti ini. Sial, harusnya aku meminta bayaran yang lebih tinggi lagi ke orang itu!” umpat Dray.

“Siapa yang kau maksud?”

Dray tersenyum kecil, “kau sepertinya wanita yang pintar, mungkin kau sudah bisa menebak siapa orang yang kumaksud.”

“Jadi pria itu yang menyewamu?”

“Tentu aku tidak perlu menjawabnya—” Dray tiba-tiba berada di hadapan Selena dan—

Trang!

Terjadi pertemuan kedua bilah pedang dan belati, tentu Selena panik dengan pergerakan Dray yang begitu cepat.

Belum sampai di situ, Dray kembali menghilang dan— “Di belakangmu nona!” seru Dray yang tiba-tiba menyerang dari belakang.

Segera Selena mengayunkan pedangnya sekaligus panik dengan tebasan Dray yang tiba-tiba. Tapi lagi-lagi, Dray menghindarinya dan kembali menghilang dari pandangan Selena.

Hembusan angin sore hari tiba-tiba saja meniup rambut biru gelap Selena. Ternyata hembusan angin tersebut berasal dari Dray yang tiba-tiba muncul tak jauh di depannya.

“Penglihatanmu cukup bagus juga,” sahut Dray dengan senyuman kecil.

Selena sama sekali tak mengetahui jenis sihir apa yang di pakai Dray, tapi kemungkinan berhubungan dengan udara. Memang Selena sejak awal menduga kalau orang itu bukanlah lawan yang mudah untuk di kalahkan.

Tapi, kenapa harus ada orang sepertinya hanya untuk menangkap seorang wanita biasa seperti Mary? Bahkan mengerahkan 4 pembunuh bayaran saja itu sudah sedikit kelewatan.

“Sayang sekali nona, hari ini aku hanya diminta untuk menangkap wanita itu. Jadi bisakah kita hentikan ini?” lanjut Dray dengan nada merendah.

“Apa tujuan dari Klienmu?!”

“Oi, oi, sebagai pembunuh bayaran, aku tidak boleh membocorkan permintaan Klienku. Dan juga, aku tidak ingin mengotori tanganku hari ini. Jadi bisakah kau minggir dan biarkan aku menangkapnya dengan damai?”

“Mana mungkin aku membiarkannya, White Slash,” Selena membisikkan mantra dan—sebuah tebasan putih berkekuatan es melesat mengarah ke Dray.

“Tebasan yang sangat cantik!” seru Dray sebelum mengayunkan belatinya untuk memotong tebasan putih tersebut.

Tepat setelah Dray memotong tebasannya, Selena langsung menyergap dengan pedang yang juga langsung di tangkis oleh Dray,

Sudut bibir Dray tiba tiba saja menaik. Anak buah Dray yang melihat itu mengangguk dan langsung berlari membelakangi Selena menuju Mary.

Sadar dengan pergerakan orang itu, Selena segera menoleh ke belakang untuk menyuruh Mary melarikan diri. Namun—orang itu lebih cepat, dan langsung menyergap Mary.

“Gawat,” ucap Selena.

Selena sempat lengah saat mengecek keadaan Mary. Dray memanfaatkan kesempatan itu untuk mengayunkan belatinya dan—

Trang!

Pisau belati milik Dray tiba-tiba saja tertahan oleh sebuah pedang, Selena menyadari itu dan terkejut melihat pria yang sudah tidak asing lagi datang menahan tebasan Dray.

“Benda itu berbahaya loh,” tanya Lemiel dengan nada sarkas.

Lemiel datang tepat waktu, dan langsung menangkis belati itu dengan pedangnya. Dray sempat terkejut untuk sesaat, namun reaksinya tiba-tiba berubah yang membuat Lemiel sedikit bertanya-tanya.

“Sepertinya ini hari keberuntunganku!” Dray menaikkan sudut bibirnya saat kedatangan Lemiel seakan sudah mengenalnya.

Berbeda dengan Dray, Lemiel hanya menatap orang itu dengan datar.

To be Continued…

Note Author:

White Rain: Hujan Putih

White Slash: Tebasan Putih

Terpopuler

Comments

Jo-Ann

Jo-Ann

mantap thor

2022-10-25

0

kimzky

kimzky

oke

2021-02-05

0

Ares

Ares

good

2021-01-28

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Underground Jail
2 Chapter 2 - Prisoners
3 Chapter 3 - Sword Clash
4 Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5 Chapter 5 - Rakshassin
6 Chapter 6 - Naye Village
7 Chapter 7 - Three Assassins
8 Chapter 8 - Scheming
9 Chapter 9 - Heartless
10 Chapter 10 - Unknown Guest
11 Episode 11 - Message
12 Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13 Chapter 13 - The Unexpected
14 Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15 Chapter 15 - Crazy Arrival
16 Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17 Chapter 17 - Played Like a Dog
18 Chapter 18 - Human Heart
19 Chapter 19 - Warmth
20 Chapter 20 - One Quite Afternoon
21 Chapter 21 - Wend One's Way Home
22 Chapter 22 - Insults and Questions
23 Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24 Chapter 24 - Noisy
25 Chapter 25 - Bloody Dessert
26 Chapter 26 - Innocence
27 Chapter 27 - Old Friend
28 Chapter 28 - Nivelied
29 Chapter 29 - Vanity
30 Chapter 30 - Inexplicable Things
31 Chapter 31 - Curiosity
32 Chapter 32 - Good and Bad Side
33 Chapter 33 - Neklace
34 Chapter 34 - On The Road to Imais
35 Chapter 35 - Real Purpose
36 Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37 Chapter 37 - Needle of Rage
38 Chapter 38 - Intent of a Reason
39 Chapter 39 - Ravid Determination
40 Chapter 40 - Answer
41 Chapter 41 - At The End of Hopeless
42 Chapter 42 - Sense of Empathy
43 Chapter 43 - Threaten
44 Chapter 44 - Wind Disaster
45 Chapter 45 - Steps That Will End
46 Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47 Chapter 47 - The Visited Place
48 Chapter 48 - Under Passage
49 Chapter 49 - Sudden Changes
50 Chapter 50 - An Unexpected Requests
51 Chapter 51 - Aimless
52 Chapter 52 - Disrupted Way
53 Chapter 53 - Thought
54 Chapter 54 - Rumors of the Wind
55 Chapter 55 - A Man Full of Worries
56 Chapter 56 - Elite Assassin
57 Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58 Chapter 58 - Ninazu
59 Chapter 59 - The Next Step
60 Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61 Chapter 61 - Poison Wine
62 Chapter 62 - Antique Merchant
63 Chapter 63 - White Vs Green Shard
64 Chapter 64 - Mirror Magic
65 Chapter 65 - Two Investigator
66 Chapter 66 - Full Moon
67 Chapter 67 - After the Moonlight
68 Chapter 68 - Memories...
69 Chapter 69 - Truth
70 Chapter 70 - Little Desire
71 Chapter 71 - Pursuit
72 Chapter 72 - Generous, Expectedly
73 Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74 Chapter 74 - Turning Point
75 Chapter 75 - Reflection of Anger
76 Chapter 76 - Explosive Stone
77 Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78 Chapter 78 - Reflected Blood
79 Chapter 79 - Whisper Away
80 Chapter 80 - Gale Impulse
81 Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82 Chapter 82 - A Bound Conversation
83 Chapter 83 - Little Confrontation
84 Chapter 84 - One Question Behind
85 Chapter 85 - Between of All Odds
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1 - Underground Jail
2
Chapter 2 - Prisoners
3
Chapter 3 - Sword Clash
4
Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5
Chapter 5 - Rakshassin
6
Chapter 6 - Naye Village
7
Chapter 7 - Three Assassins
8
Chapter 8 - Scheming
9
Chapter 9 - Heartless
10
Chapter 10 - Unknown Guest
11
Episode 11 - Message
12
Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13
Chapter 13 - The Unexpected
14
Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15
Chapter 15 - Crazy Arrival
16
Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17
Chapter 17 - Played Like a Dog
18
Chapter 18 - Human Heart
19
Chapter 19 - Warmth
20
Chapter 20 - One Quite Afternoon
21
Chapter 21 - Wend One's Way Home
22
Chapter 22 - Insults and Questions
23
Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24
Chapter 24 - Noisy
25
Chapter 25 - Bloody Dessert
26
Chapter 26 - Innocence
27
Chapter 27 - Old Friend
28
Chapter 28 - Nivelied
29
Chapter 29 - Vanity
30
Chapter 30 - Inexplicable Things
31
Chapter 31 - Curiosity
32
Chapter 32 - Good and Bad Side
33
Chapter 33 - Neklace
34
Chapter 34 - On The Road to Imais
35
Chapter 35 - Real Purpose
36
Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37
Chapter 37 - Needle of Rage
38
Chapter 38 - Intent of a Reason
39
Chapter 39 - Ravid Determination
40
Chapter 40 - Answer
41
Chapter 41 - At The End of Hopeless
42
Chapter 42 - Sense of Empathy
43
Chapter 43 - Threaten
44
Chapter 44 - Wind Disaster
45
Chapter 45 - Steps That Will End
46
Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47
Chapter 47 - The Visited Place
48
Chapter 48 - Under Passage
49
Chapter 49 - Sudden Changes
50
Chapter 50 - An Unexpected Requests
51
Chapter 51 - Aimless
52
Chapter 52 - Disrupted Way
53
Chapter 53 - Thought
54
Chapter 54 - Rumors of the Wind
55
Chapter 55 - A Man Full of Worries
56
Chapter 56 - Elite Assassin
57
Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58
Chapter 58 - Ninazu
59
Chapter 59 - The Next Step
60
Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61
Chapter 61 - Poison Wine
62
Chapter 62 - Antique Merchant
63
Chapter 63 - White Vs Green Shard
64
Chapter 64 - Mirror Magic
65
Chapter 65 - Two Investigator
66
Chapter 66 - Full Moon
67
Chapter 67 - After the Moonlight
68
Chapter 68 - Memories...
69
Chapter 69 - Truth
70
Chapter 70 - Little Desire
71
Chapter 71 - Pursuit
72
Chapter 72 - Generous, Expectedly
73
Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74
Chapter 74 - Turning Point
75
Chapter 75 - Reflection of Anger
76
Chapter 76 - Explosive Stone
77
Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78
Chapter 78 - Reflected Blood
79
Chapter 79 - Whisper Away
80
Chapter 80 - Gale Impulse
81
Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82
Chapter 82 - A Bound Conversation
83
Chapter 83 - Little Confrontation
84
Chapter 84 - One Question Behind
85
Chapter 85 - Between of All Odds

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!