Selena menatap ketiga orang itu dengan tatapan tajam, tentu dengan pedang di tangannya. Sementara ketiga orang itu mewaspadai gerakan Selena sambil memegang pisau belati mereka masing-masing.
Mary hanya bisa terdiam ketakutan dengan kemunculan tiga orang itu. Karena situasi mulai memburuk, Lemiel pun berkata, “Pergilah dari sini,” dengan tatapan tajam.
Mendengar itu, Mary mengangguk pelan ke arah Lemiel dan bergegas keluar dari rumah. Sedangkan Lemiel yang melihat kepergian Mary, melirik ke langit-langit rumah yang sudah bolong dari sergapan ketiga pembunuh itu sebelumnya.
“… huft, sayang sekali langit-langitnya menjadi rusak.”
Dari gaya bicaranya, Lemiel tampak menghiraukan situasi yang di hadapi Selena.
Sementara itu, ketiga orang misterius tersebut terfokus dengan kepergian Mary dan berniat mengejar mereka dan—Selena segera menghadang mereka.
“Siapa kalian?!”
“Sialan, wanita itu kabur!” umpat salah satu dari mereka. Lalu orang itu mengeluarkan semacam bom asap yang membuat pandangan Selena dan Lemiel menjadi kabur.
Beberapa saat setelah gumpalan asap mereda, ketiga orang itu ternyata sudah menghilang. Tentu Selena terkejut dan segera menyusul Mary untuk melindunginya dari para pembunuh misterius itu.
Masih terduduk santai setelah sesekali terbatuk akibat asap tadi, Lemiel menatap gelas sakenya, “Sial, minumanku jadi tercampur dengan asap.”
Setelah mengeluh hal yang tidak penting, Lemiel memandangi halaman rumah Mary yang tampak luas. Selena juga tak terlihat lagi dari pandangannya, tapi Lemiel sedikit teringat sesuatu akan pakaian serba hitam yang di kenakan ketiga pembunuh tadi.
“… aku sedikit penasaran kenapa wanita tanpa ekspresi itu sangat bersungguh-sungguh ….”
Tapi yang membuat Lemiel bertanya-tanya adalah, siapa mereka sebenarnya?
***
Mary berlari tergopoh-gopoh dengan rasa panik saat ketiga orang itu mengejarnya dari belakang.
Ketiga orang itu tentu jauh lebih cepat. Bahkan mereka semua sudah mengeluarkan pisau belati seakan siap menyergapnya.
“Tolong ….” Mary mulai memohon pertolongan, berharap ada seseorang yang menolongnya.
Ketiga orang yang berpakaian serba hitam itu memasang tatapan tajam yang secara perlahan terus mendekati Mary.
Tapi tiba-tiba saja—beberapa pecahan es segera menghentikan langkah mereka. Dari belakang, Selena berlari sambil memegang pedangnya dari sarung pedang.
“Serang dia!”
Serentak, mereka bertiga melemparkan pisau mereka menuju Selena, namun di tangkis dengan mudah menggunakan pedangnya.
Dengan tatapan tajam, Selena bergerak sangat cepat layaknya angin musim dingin. ampun, Selena menebaskan pedangnya ke mereka bertiga sekaligus.
Tapi tebasan itu hampir mengenai mereka saat berhasil menghindar, dan langsung meledakkan bom asap.
“Mereka menghilang ….” ucap Selena dengan ekspresi datar.
Sementara itu, Mary langsung terduduk lemas dengan menghilangnya ketiga orang tersebut.
“Si-siapa mereka …,” rintih Mary pelan.
Tentu Mary kebingungan dengan kedatangan tiga orang misterius yang mencoba membunuhnya. Raut wajah Mary masih terlihat syok saat mengingat hal itu.
Selena menyarungkan pedangnya, dan berjalan mendekati Mary.
“Mereka masih ada di sekitar sini.”
“Te-terima kasih banyak nona Selena. Tapi … siapa mereka?” tanya Mary dengan perasaan panik.
“Aku tidak tahu. Tapi, ada satu hal yang membuatku yakin. Mungkin saja ini ada hubungannya dengan suami Anda.”
“Ke-Kenzo? Tidak mungkin. Kenapa kau sampai berkata seperti itu?!” Mary langsung menyangkal perkataan Selena dengan emosi.
Belum sempat Selena menjelaskan—sebuah pisau mengarah dengan cepat ke arah Mary yang kemudian di tangkis oleh Selena.
Terlihat salah satu dari mereka, menunjukkan dirinya dari balik semak-semak. Selena kembali mengeluarkan pedang, mengeluarkan semacam hawa dingin di sekitar pedangnya.
Mary hanya terduduk lemas di belakang Selena, sekaligus melindungi diri dari serangan mereka.
“Apa maumu?” tanya Selena tajam kepada orang itu.
“Kami hanya di perintahkan menangkap wanita itu.”
“Menangkapnya? Siapa yang memerintahkan kalian?!”
Pembunuh bayaran itu tersenyum sinis, “Mana mungkin aku memberitahumu.” Lalu, dia pun menghilang, dan dengan cepat menyerang Selena dengan pedang belatinya.
“Aku belum pernah melihat orang-orang seperti kalian sebelumnya,” tegas Selena sambil menahan tebasan dari orang itu.
Namun, pembunuh itu tiba-tiba tersenyum—lalu, dua orang lainnya muncul dan menyergap dengan cepat ke arah Selena dengan pisau belati.
Selena membisikkan mantra, “White,” dan—beberapa hujan es muncul di atasnya. “Rain,” hujan es tersebut langsung menyerang mereka bertiga sekaligus.
Sontak, mereka bertiga terkejut dengan hujan es itu. Dua dari mereka juga sempat tertusuk dan akhirnya terjatuh tak sadarkan diri. Kecuali satu orang yang sebelumnya menyerang Selena, dia berhasil menghindar tepat sebelum hujan es itu berjatuhan.
“Gawat …,” gumam pembunuh yang berhasil selamat, melihat kedua temannya jatuh tak sadarkan diri.
Selena menatapnya sambil menodongkan pedang yang sudah di selimuti es, memberikan ancaman yang membuat orang itu sedikit bergidik ketakutan.
“Siapa yang merencanakan ini semua?”
“Sudah kukatakan padamu, kami hanya di perintah menangkap wanita itu.”
“Apa orang yang memerintahmu itu bernama Kenzo Kadota?”
“Aku tidak tahu!” sangkal orang itu, menyerang Selena secara tiba-tiba.
Pertemuan antara pedang dan pisau belati pun terjadi, menciptakan bunyi gesekan dan sedikit percikan.
Kemampuan Selena dalam menggunakan pedang jelas lebih unggul. Apalagi Selena berasal dari keturunan keluarga Mystin, salah satu keluarga yang dulu termasuk dari keluarga terkuat. Bahkan orang itu sampai terpukul mundur dari ayunan pedang Selena
Selena membisikkan, “White Rain—” dan pecahan es itu langsung menghujani orang itu.
Namun—seorang pria misterius muncul, menangkis semua hujan es itu hanya menggunakan belatinya. Tentu Selena terkejut dengan kemunculan pria itu, apalagi dia menangkis semua serangan milikinya dengan mudah.
Pembunuh di belakangnya tersenyum melihat orang yang di kenalnya datang, “Tuan Dray!” serunya.
Pria yang bernama Dray itu melihat kedua anak buahnya yang jatuh tak sadarkan diri, dan memasukkan kedua belatinya ke dalam sabuk. “Apa yang sebenarnya kalian bertiga lakukan?!"
Melihat Dray yang menunjukkan ekspresi geram, orang itu seakan ketakutan, “Ma-maafkan kami, Tuan Dray,”
Masih terduduk lemas di telan kepanikan, Mary semakin di telan kepanikan dengan kemunculan Dray. Sementara Selena memasang tatapan tajam, dia bisa merasakan kekuatan yang cukup besar dari orang itu.
Selena cukup yakin kalau orang yang bernama Dray itu adalah pemimpin dari mereka bertiga.
Dray memalingkan tatapannya, lalu melirik ke arah Selena dan juga Mary.
“… aku tidak di beritahu kalau akan terjadi penyerangan seperti ini. Sial, harusnya aku meminta bayaran yang lebih tinggi lagi ke orang itu!” umpat Dray.
“Siapa yang kau maksud?”
Dray tersenyum kecil, “kau sepertinya wanita yang pintar, mungkin kau sudah bisa menebak siapa orang yang kumaksud.”
“Jadi pria itu yang menyewamu?”
“Tentu aku tidak perlu menjawabnya—” Dray tiba-tiba berada di hadapan Selena dan—
Trang!
Terjadi pertemuan kedua bilah pedang dan belati, tentu Selena panik dengan pergerakan Dray yang begitu cepat.
Belum sampai di situ, Dray kembali menghilang dan— “Di belakangmu nona!” seru Dray yang tiba-tiba menyerang dari belakang.
Segera Selena mengayunkan pedangnya sekaligus panik dengan tebasan Dray yang tiba-tiba. Tapi lagi-lagi, Dray menghindarinya dan kembali menghilang dari pandangan Selena.
Hembusan angin sore hari tiba-tiba saja meniup rambut biru gelap Selena. Ternyata hembusan angin tersebut berasal dari Dray yang tiba-tiba muncul tak jauh di depannya.
“Penglihatanmu cukup bagus juga,” sahut Dray dengan senyuman kecil.
Selena sama sekali tak mengetahui jenis sihir apa yang di pakai Dray, tapi kemungkinan berhubungan dengan udara. Memang Selena sejak awal menduga kalau orang itu bukanlah lawan yang mudah untuk di kalahkan.
Tapi, kenapa harus ada orang sepertinya hanya untuk menangkap seorang wanita biasa seperti Mary? Bahkan mengerahkan 4 pembunuh bayaran saja itu sudah sedikit kelewatan.
“Sayang sekali nona, hari ini aku hanya diminta untuk menangkap wanita itu. Jadi bisakah kita hentikan ini?” lanjut Dray dengan nada merendah.
“Apa tujuan dari Klienmu?!”
“Oi, oi, sebagai pembunuh bayaran, aku tidak boleh membocorkan permintaan Klienku. Dan juga, aku tidak ingin mengotori tanganku hari ini. Jadi bisakah kau minggir dan biarkan aku menangkapnya dengan damai?”
“Mana mungkin aku membiarkannya, White Slash,” Selena membisikkan mantra dan—sebuah tebasan putih berkekuatan es melesat mengarah ke Dray.
“Tebasan yang sangat cantik!” seru Dray sebelum mengayunkan belatinya untuk memotong tebasan putih tersebut.
Tepat setelah Dray memotong tebasannya, Selena langsung menyergap dengan pedang yang juga langsung di tangkis oleh Dray,
Sudut bibir Dray tiba tiba saja menaik. Anak buah Dray yang melihat itu mengangguk dan langsung berlari membelakangi Selena menuju Mary.
Sadar dengan pergerakan orang itu, Selena segera menoleh ke belakang untuk menyuruh Mary melarikan diri. Namun—orang itu lebih cepat, dan langsung menyergap Mary.
“Gawat,” ucap Selena.
Selena sempat lengah saat mengecek keadaan Mary. Dray memanfaatkan kesempatan itu untuk mengayunkan belatinya dan—
Trang!
Pisau belati milik Dray tiba-tiba saja tertahan oleh sebuah pedang, Selena menyadari itu dan terkejut melihat pria yang sudah tidak asing lagi datang menahan tebasan Dray.
“Benda itu berbahaya loh,” tanya Lemiel dengan nada sarkas.
Lemiel datang tepat waktu, dan langsung menangkis belati itu dengan pedangnya. Dray sempat terkejut untuk sesaat, namun reaksinya tiba-tiba berubah yang membuat Lemiel sedikit bertanya-tanya.
“Sepertinya ini hari keberuntunganku!” Dray menaikkan sudut bibirnya saat kedatangan Lemiel seakan sudah mengenalnya.
Berbeda dengan Dray, Lemiel hanya menatap orang itu dengan datar.
To be Continued…
Note Author:
White Rain: Hujan Putih
White Slash: Tebasan Putih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Jo-Ann
mantap thor
2022-10-25
0
kimzky
oke
2021-02-05
0
Ares
good
2021-01-28
0