Chapter 2 - Prisoners

Ilustrasi Lemiel Raksha & Selena Mystin.

Perlu di ingat ya, ilustrasi ini bukanlah karya author sendiri, melainkan orang lain. Author di sini hanya ingin memudahkan pembaca untuk membayangkan karakternya.

Nama: Lemiel Raksha.

Umur: 24 Tahun.

Nama: Selena Mystin.

Umur: 23 Tahun.

_________________________________________

Suasana penjara bawah tanah masih di selimuti keheningan yang menusuk—Lemiel tiba-tiba saja menaikkan sudut bibirnya, seolah ingin mencairkan suasana.

“Jujur saja, aku lebih senang disebut tahanan daripada panggilan seperti itu.”

Melihat perubahan sikap Lemiel saat ini, Selena terdiam menatapnya dengan datar. Entah hanya perasaannya atau bukan, dia cukup yakin kalau tatapan tadi, adalah tatapan seorang monster yang hendak membunuh mangsanya.

Tapi meskipun begitu, masih ada satu pernyataan yang ingin dia konfirmasi kebenarannya.

“Aku pernah mendengar tentangmu kalau dulunya kau seorang pemberontak.”

“Itu hanyalah rumor yang dibuat oleh mereka yang kemudian beredar dimasyarakat. Sekarang aku hanyalah korban salah tangkap."

“Walau kau berkata seperti, tatapan membunuhmu sudah menjelaskan semuanya.”

Lemiel terdiam, menurunkan wajahnya. Tak terlihat jelas ekspresi yang diperlihatkan Lemiel dari gelapnya sel penjara.

“Tatapan membunuh ya?” gumam Lemiel.

Mendengar nada bicara Lemiel yang lebih terdengar lebih berat dari sebelumnya, Selena menyembunyikan kebigungannya dengan tatapan datar. Apa dia memang sudah putus asa berada di penjara?

“Tapi kau beruntung,” lanjutnya. “Di bandingkan diriku, kau punya mata yang indah.”

Ketika mendengar pujian seperti itu, Selena mengkerutkan keningnya seolah terkejut ketika mendengar kata-kata itu keluar dari mulut seorang kriminal berbahaya sepertinya.

“Apa maksudmu?”

“Jangan salah paham, aku hanya menyukai warna matamu. Entah kenapa itu terlihat indah dengan warna rambutmu."

“Apa kau sedang menggodaku sekarang?”

“Yah, kalau kau menganggapnya begitu, aku tidak keberatan. Tapi setidaknya jangan memasang raut datar seperti itu. Aku jadi terlihat seperti orang yang sok akrab."

“Aku sama sekali tidak mengerti dengan maksud perkataanmu. Aku mulai ragu apa kau memang pemberontak haus darah itu.”

“Hehe… aku senang mendengarnya.”

“Lebih tepatnya, kau hanya tahanan yang menyedihkan.”

“Ternyata ucapanmu memang menyakitkan ya."

Percakapan mereka berdua akhirnya berakhir. Baik Lemiel maupun Selena, sama-sama tidak memiliki niat tersembunyi dari obrolan mereka. Kecuali Selena yang merespon setiap perkataan Lemiel dengan nada datar.

Tidak lama setelah itu, terdengar beberapa hentakan kaki yang memecah keheningan penjara. beberapa anggota Shirogami mendatangi penjara bawah tanah. Dari suara langkah kaki itu, jelas mereka sedang berjalan ke tempat mereka.

Ada tiga perwira yang memasuki penjara itu. Salah satu dari mereka memakai seragam yang sedikit berbeda dengan dua orang di belakangnya. Seragamnya memiliki sebuah lencana perak di dada kanannya, bertuliskan kapten. Pedang khas pasukan Shirogami juga menempel di pinggangnya dengan gagah saat berjalan.

Sang kapten itu kemudian berhenti di depan sel milik Lemiel, dan menatapnya. Pria berambut coklat terang itu menaikkan sudut bibirnya, menyaksikan Lemiel yang sedang terborgol tak berdaya.

Sedangkan kedua anggota Shirogami lainnya menahan rasa takut ketika berada di depan penjara Lemiel.

“Sepertinya kau sangat menikmati waktumu di dalam sana.”

Mendengar suara pria itu, senyuman kecil terpancar dari bibir Lemiel.

“Oh, Kapten Divisi 2, Arsen Kruger. Kau semakin gagah saja dengan seragam shirogami itu.”

“Ka-kapten Arsen, anda sebaiknya berhati-hati dengannya.”

“Y-ya, dia orang yang berbahaya!”

Kedua prajurit itu tampak berusaha mengingatkan Kapten Divisi 2 itu dengan wajah panik, namun pria yang bernama Arsen itu menghiraukan perkataan mereka.

“Tenang saja, dia tidak akan menggigit selama ada di kandangnya.”

“... jadi kau menganggapku seperti anjing ya?” tutur Lemiel.

“Mungkin lebih tepatnya seorang iblis."

“Uhh... menakutkan.” Lemiel merespon kata-katanya dengan nada mengejek, membuat Arsen sedikit menahan kesal.

Kemudian, Arsen mengeluarkan kunci dari seragamnya lalu membuka pintu sel Lemiel. Dia masuk ke dalam penjara dan menaruh beberapa makanan di hadapan Lemiel yang melihatnya dengan senyuman kecil.

“Kau memang aneh, Lemiel. Wajahmu terlihat seolah terbiasa saat di penjara." Arsen selesai meletakkan jatah makanan milik Lemiel.

“Bukankah kalian sendiri yang sering mehananku di sini?” Lemiel melirik sebuah roti lapis daging dan sebuah minuman di hadapannya.

“Yah, aku mewakili semua pasukan Shirogami meminta maaf akan hal itu.”

“Kalau mau meminta maaf, seharusnya kau membawakanku sebotol anggur.”

“Kami tidak menyediakan itu untuk tahanan sepertimu, Lemiel.”

“Sayang sekali,” ucapnya dengan helaan nafas. “Tapi aku masih bertanya-tanya, kenapa kalian bersikeras mencurigaiku? Aku sebenarnya tidak keberatan, tapi reputasi Shirogami akan di pertanyakan oleh penduduk Drakea.”

“Untuk kasusmu, kurasa tidak ada yang harus kami khawatirkan.”

“Begitu ya, entah kenapa aku tidak bisa menyangkalnya.”

Menjongkok ke hadapan Lemiel, Arsen lalu membuka kedua borgol yang menahannya.

“Ya, tapi setidaknya kau masih bisa bebas untuk sekian kalinya.”

Lemiel menggerak-gerakkan tangannya setelah hampir sebulan terborgol di tembok.

“… akhirnya aku bisa menggunakan tanganku lagi. Aku sudah lelah diperlakukan seperti seekor anjing.”

Kedua prajurit Shirogami yang berada di luar tampak semakin ketakutan saat Kapten mereka membebaskan Lemiel, berpikir kalau Lemiel bisa saja menyerang mereka.

“Ka-kapten Arsen apa kau yakin membebaskannya?!” tanya salah satu prajurit dengan panik.

Arsen menghela nafasnya. “… mau bagaimana lagi, ini adalah perintah Komandan.”

“Ta-tapi Kapten … dia orang yang berbahaya.”

“Tak perlu khawatir, meski dia ini berbahaya tapi dia tidak akan menyerang kalian. Lagipula ini juga perintah dari Komandan, jadi aku tidak bisa menolaknya. Atau... kalian keberatan dengan keputusan beliau?”

“Kapten, maafkan kami!” Kedua orang itu kemudian membungkukkan badan mereka sebagai tanda permintaan maaf. “Mulai hari ini, kami berjanji akan terus mengikuti kapten!” lanjut mereka dengan suara lantang.

Melihat tingkah kedua anak buahnya sekarang, Arsen menghela nafas berat.

“Terserah kalian saja.”

Melihat tindakan mereka, Lemiel menaikkan sudut bibirnya. “Kau punya beberapa bawahan yang menarik.”

“Meski terkadang bodoh, mereka tetaplah bawahanku.”

Lalu dia berjalan keluar dari bilik selnya, dan menatapnya kembali. “Oh, satu lagi. Aku memang tidak tahu kenapa Komandan membebaskanmu, tapi aku masih membencimu,” lanjutnya meninggalkan Lemiel.

Menanggapi perkataan itu, Lemiel meliriknya tajam dengan senyuman kecil.

Kemudian Arsen terlihat mendatangi sel Selena dan berhenti di depannya. Dua anak buahnya yang sejak tadi membungkuk hormat, kembali berdiri tegak mengikuti Arsen.

Selena yang sejak awal mendengar percakapan mereka, hanya menatapnya datar. Ketidaksukaan jelas terlukis dari raut wajahnya.

“Namamu... Selena Mystin bukan?” tanya Arsen, mengerutkan keningnya.

“….”

“Kalau tidak salah keluarga Mystin adalah salah satu keluarga terkuat di kerajaan ini,” lanjutnya.

Mendengar identitas Selena dari mulut Arsen, Lemiel menghentikan makannya sejenak dan terfokus dengan mereka berdua. Sedangkan kedua prajurit Shirogami mengangguk seakan mengetahui informasi itu.

Hanya Lemiel seorang di tempat itu yang tidak mengetahui informasi tersebut. Memang Lemiel sedikit menaruh kecurigaan terhadap Selena karena dia memiliki aura yang cukup kuat.

“Sayang sekali, keluarga Mystin sudah kehilangan kejayaannya sejak peperangan 6 tahun lalu,” lanjut Arsen dengan senyuman mencurigakan.

“Tutup mulutmu!” bentak Selena dengan tajam.

“Wah, sayang sekali kau memasang tatapan seperti itu. Padahal kau punya wajah yang cantik.”

“Jangan pernah membicarakan itu dari mulut kotormu!"

“Aku sebenarnya tidak terlalu mengerti, tapi aku juga diperintah untuk membebaskanmu.”

Menghiraukan tatapan Selena, Arsen membuka pintu sel Selena, dan masuk ke dalamnya. Tak lupa Arsen juga melepas borgol di tangan Selena.

“Oh iya, bagaimana kalau setelah ini kita meminum teh di tempatku?” Arsen melengkungkan senyuman sedikit menggoda.

“Apa maksudmu?!”

“Tenang saja, aku ini cukup kuat. Kalau kau menikah denganku, aku bisa memulihkan kejayaan keluarga Mystin. Bagaimana, apa kau tertarik nona Selena?”

“Kau tidak lebih baik dari tumpukan sampah,” umpatnya datar.

“Mungkin aku akan sakit hati kalau dia mengatakan itu padaku,” gumam Lemiel yang menguping percakapan mereka dari balik jeruji besi.

Tepat setelah mendengar umpatan Selena, Arsen mengenggam pedangnya dengan erat.

“Kau wanita yang sangat sombong rupanya." Lalu dia menghunuskan pedangnya yang dengan cepat dintangkis oleh Selena dengan pedang hitamnya.

Pertemuan kedua bilah pedang yang cukup sengit pun terjadi. Ayunan pedang dari Arsen maupun Selena menimbulkan bunyi gesekan dan sedikit percikan dari gelapnya penjara.

Kedua anggota Shirogami hanya bisa terdiam. Tentunya mereka tidak berani menghentikan Kapten mereka selain menyaksikan pertarungan itu dari luar sel.

Namun, ayunan pedang Arsen jauh lebih unggul, dari segi kekuatan maupun fisik. Arsen lalu menebaskan pedangnya dengan kuat yang menerbangkan pedang Sele

Selena mencoba mengambil kembali pedang miliknya, tetapi—Arsen langsung mengarahkan pedangnya tepat dihadapan wajahnya dan—"Apa yang kau lakukan?!” tanyanya tiba-tiba dengan nada berat.

Terlihat mata pedang yang begitu tajam, mengarah tepat dibelakangnya.

“Harusnya aku yang menanyakan itu, Kapten Arsen.” Dengan wajah datar, Lemiel mengarahkan pedangnya tepat dibelakang leher Arsen.

Melihat hal itu, sontak kedua anak buah Arsen terkejut. Bahkan saking terkejutnya, mereka sampai mengecek penjara Lemiel yang ternyata sudah kosong.

“Sejak kapan dia?!”

Mereka sama sekali tak sadar dengan pergerakan Lemiel yang begitu cepat, hingga membuat bahu mereka gemetar ketakutan.

Arsen terdiam menyembunyikan kepanikannya, merasakan aura membunuh yang pekat dari kedua tatapan merah darah dari pria yang berada dibelakangnya sekarang.

Sementara Lemiel, menikmati ketakutan dari mata Arsen dengan senyuman yang mengeluarkan hasrat pembantaian.

To be Continued…

Terpopuler

Comments

Yurika23

Yurika23

salam dari penggemar genre barat kerajaan...semangat thooorrr...

2024-09-30

0

Viana

Viana

critamu terlalu dlm 🤭

2021-02-27

0

anggita

anggita

lamiel~ selena💥🔪

2021-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Underground Jail
2 Chapter 2 - Prisoners
3 Chapter 3 - Sword Clash
4 Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5 Chapter 5 - Rakshassin
6 Chapter 6 - Naye Village
7 Chapter 7 - Three Assassins
8 Chapter 8 - Scheming
9 Chapter 9 - Heartless
10 Chapter 10 - Unknown Guest
11 Episode 11 - Message
12 Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13 Chapter 13 - The Unexpected
14 Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15 Chapter 15 - Crazy Arrival
16 Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17 Chapter 17 - Played Like a Dog
18 Chapter 18 - Human Heart
19 Chapter 19 - Warmth
20 Chapter 20 - One Quite Afternoon
21 Chapter 21 - Wend One's Way Home
22 Chapter 22 - Insults and Questions
23 Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24 Chapter 24 - Noisy
25 Chapter 25 - Bloody Dessert
26 Chapter 26 - Innocence
27 Chapter 27 - Old Friend
28 Chapter 28 - Nivelied
29 Chapter 29 - Vanity
30 Chapter 30 - Inexplicable Things
31 Chapter 31 - Curiosity
32 Chapter 32 - Good and Bad Side
33 Chapter 33 - Neklace
34 Chapter 34 - On The Road to Imais
35 Chapter 35 - Real Purpose
36 Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37 Chapter 37 - Needle of Rage
38 Chapter 38 - Intent of a Reason
39 Chapter 39 - Ravid Determination
40 Chapter 40 - Answer
41 Chapter 41 - At The End of Hopeless
42 Chapter 42 - Sense of Empathy
43 Chapter 43 - Threaten
44 Chapter 44 - Wind Disaster
45 Chapter 45 - Steps That Will End
46 Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47 Chapter 47 - The Visited Place
48 Chapter 48 - Under Passage
49 Chapter 49 - Sudden Changes
50 Chapter 50 - An Unexpected Requests
51 Chapter 51 - Aimless
52 Chapter 52 - Disrupted Way
53 Chapter 53 - Thought
54 Chapter 54 - Rumors of the Wind
55 Chapter 55 - A Man Full of Worries
56 Chapter 56 - Elite Assassin
57 Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58 Chapter 58 - Ninazu
59 Chapter 59 - The Next Step
60 Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61 Chapter 61 - Poison Wine
62 Chapter 62 - Antique Merchant
63 Chapter 63 - White Vs Green Shard
64 Chapter 64 - Mirror Magic
65 Chapter 65 - Two Investigator
66 Chapter 66 - Full Moon
67 Chapter 67 - After the Moonlight
68 Chapter 68 - Memories...
69 Chapter 69 - Truth
70 Chapter 70 - Little Desire
71 Chapter 71 - Pursuit
72 Chapter 72 - Generous, Expectedly
73 Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74 Chapter 74 - Turning Point
75 Chapter 75 - Reflection of Anger
76 Chapter 76 - Explosive Stone
77 Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78 Chapter 78 - Reflected Blood
79 Chapter 79 - Whisper Away
80 Chapter 80 - Gale Impulse
81 Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82 Chapter 82 - A Bound Conversation
83 Chapter 83 - Little Confrontation
84 Chapter 84 - One Question Behind
85 Chapter 85 - Between of All Odds
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1 - Underground Jail
2
Chapter 2 - Prisoners
3
Chapter 3 - Sword Clash
4
Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5
Chapter 5 - Rakshassin
6
Chapter 6 - Naye Village
7
Chapter 7 - Three Assassins
8
Chapter 8 - Scheming
9
Chapter 9 - Heartless
10
Chapter 10 - Unknown Guest
11
Episode 11 - Message
12
Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13
Chapter 13 - The Unexpected
14
Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15
Chapter 15 - Crazy Arrival
16
Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17
Chapter 17 - Played Like a Dog
18
Chapter 18 - Human Heart
19
Chapter 19 - Warmth
20
Chapter 20 - One Quite Afternoon
21
Chapter 21 - Wend One's Way Home
22
Chapter 22 - Insults and Questions
23
Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24
Chapter 24 - Noisy
25
Chapter 25 - Bloody Dessert
26
Chapter 26 - Innocence
27
Chapter 27 - Old Friend
28
Chapter 28 - Nivelied
29
Chapter 29 - Vanity
30
Chapter 30 - Inexplicable Things
31
Chapter 31 - Curiosity
32
Chapter 32 - Good and Bad Side
33
Chapter 33 - Neklace
34
Chapter 34 - On The Road to Imais
35
Chapter 35 - Real Purpose
36
Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37
Chapter 37 - Needle of Rage
38
Chapter 38 - Intent of a Reason
39
Chapter 39 - Ravid Determination
40
Chapter 40 - Answer
41
Chapter 41 - At The End of Hopeless
42
Chapter 42 - Sense of Empathy
43
Chapter 43 - Threaten
44
Chapter 44 - Wind Disaster
45
Chapter 45 - Steps That Will End
46
Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47
Chapter 47 - The Visited Place
48
Chapter 48 - Under Passage
49
Chapter 49 - Sudden Changes
50
Chapter 50 - An Unexpected Requests
51
Chapter 51 - Aimless
52
Chapter 52 - Disrupted Way
53
Chapter 53 - Thought
54
Chapter 54 - Rumors of the Wind
55
Chapter 55 - A Man Full of Worries
56
Chapter 56 - Elite Assassin
57
Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58
Chapter 58 - Ninazu
59
Chapter 59 - The Next Step
60
Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61
Chapter 61 - Poison Wine
62
Chapter 62 - Antique Merchant
63
Chapter 63 - White Vs Green Shard
64
Chapter 64 - Mirror Magic
65
Chapter 65 - Two Investigator
66
Chapter 66 - Full Moon
67
Chapter 67 - After the Moonlight
68
Chapter 68 - Memories...
69
Chapter 69 - Truth
70
Chapter 70 - Little Desire
71
Chapter 71 - Pursuit
72
Chapter 72 - Generous, Expectedly
73
Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74
Chapter 74 - Turning Point
75
Chapter 75 - Reflection of Anger
76
Chapter 76 - Explosive Stone
77
Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78
Chapter 78 - Reflected Blood
79
Chapter 79 - Whisper Away
80
Chapter 80 - Gale Impulse
81
Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82
Chapter 82 - A Bound Conversation
83
Chapter 83 - Little Confrontation
84
Chapter 84 - One Question Behind
85
Chapter 85 - Between of All Odds

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!