Gesekan kedua bilah pedang antara Lemiel dan Balt masih terjadi. Lemiel merasa sedikit kewalahan ketika menahan tebasannya.
Tanpa pikir panjang, Lemiel menendang dada orang itu hingga tersungkur mundur. Dari kekuatan berpedangnya, Lemiel cukup kalau orang yang bernama Balt itu bukanlah sekedar penduduk biasa.
Para penduduk desa yang melihat petarungan itu mulai merasa panik sambil berteriak, “Balt!” dan mereka pun menghampiri Balt untuk membantunya berdiri.
“Apa kau tidak apa apa, Balt?”
“Ya, aku tidak apa-apa. Terima kasih banyak.” Dengan senyuman ramah, Balt kembali mengambil pedangnya yang tadi terlempar.
“Kita akan membantumu!”
“Ya, kita akan membunuh orang itu!”
Teriak penduduk desa yang di penuhi amarah.
“Aku mohon jangan. Dia adalah monster yang bisa saja melukai kalian. Aku tadi hanya sedikit lengah saja.”
“Tapi ….”
“Tenang saja. Melihat semangat bertarung kalian, aku merasa jauh lebih kuat sekarang.”
Balt mengatakan itu dengan ekpsresi yang begitu ramah, tanpa mencurigakan sedikitpun. Tapi pemandangan itu sangat di benci oleh Lemiel.
“Oh, jadi kau belum mengeluarkan kekuatanmu ya?” tanya Lemiel dengan senyuman santai.
“Tidak, hanya ini kekuatanku.”
Setelah Balt mengatakan itu, dua pembunuh yang sejak tadi tidak terasa keberadaannya kembali menyerang Lemiel dengan ganas.
Terjadi gesekan pedang yang bertubi-tubi oleh serangan mereka yang membabi buta. Lemiel mencoba menebaskan pedangnya, tapi mereka berhasil menghindar dan melemparkan beberapa pisau ke arahnya.
Lemiel menangkis lemparan pisau itu, dan tiba tiba saja mereka kembali menyerang dari atas. Sontak Lemiel terkejut, dan menahan tusukan kedua belati mereka.
Tapi, mereka berdua mengeluarkan pisau dari balik pakaian mereka dan menusukkannya kepada Lemiel.
“Gawat!” Lemiel yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi, akhirnya menendang pasir yang ada di tanah, dan menciptakan gumpalan debu yang mengaburkan penglihatan mereka.
Kedua orang itu terbatuk-batuk oleh butiran debu tersebut. Lemiel memanfaatkan momen itu untuk menghilang dari pandangan mereka.
Di saat mereka kehilangan fokus, Lemiel telah berada di belakang mereka. Terlihat dari siluetnya di gumpalan debu itu.
Pedangnya mulai di ayunkan dan—tebasan itu langsung menumbangkan mereka.
Gumpalan pasir mulai menghilang. Tampak kedua orang itu sudah terbunuh dengan punggung yang tersayat begitu dalam dan bersimbah darah.
Mengetahui terbunuhnya kedua orang itu, penduduk desa tampak semakin murka dan mengutuk perbuatan Lemiel.
Lemiel yang mendengar teriakan mereka, hanya mengeluarkan ekspresi datar.
Tapi tiba-tiba—sebuah pedang hampir saja melukainya dan orang yang melakukan itu adalah Balt. Raut wajahnya seperti di telan kemarahan, dan dia pun kembali mengayunkan pedangnya.
Dengan cepat, Lemiel menangkis semua tebasan itu hingga membuat dirinya terdorong ke belakang sampai menempel dinding beton salah satu rumah.
Balt yang masih termakan emosi kembali menyerang dan berusaha menusukkan pedangnya ke Lemiel. Dengan alis mengernyit, Lemiel membelokkan kepalanya dan serangan itu pun meleset.
Terlihat dinding rumah yang terbuat dari beton itu, sampai berlubang oleh tusukan pedang milik Balt.
“Kenapa kau marah begitu? Bukankah mereka juga seorang pembunuh?” Lemiel tampak santai seakan memancing amarah Balt.
“Tutup mulutmu!” Balt kembali menusukkan pedangnya, dan tangan Balt tiba-tiba saja tertahan oleh Lemiel.
Lemiel lalu memutar tangan Balt, dan menendang orang itu hingga terlempar ke belakang.
Balt mencoba untuk berdiri, namun dengan cepat sebuah pedang telah mengarah tepat di hadapannya. Kedua alis Balt mengernyit melihat ujung pedang itu, sekaligus mengunci pergerakannya.
“Katakan padaku. Siapa kau sebenarnya?”
“Sudah kutakan, aku hanyalah penduduk biasa.”
“Jika itu benar, kenapa kau begitu marah dengan matinya para pembunuh itu?”
“Mereka adalah sekutu dari desa kami."
“Sekutu?”
“Kami menjalin sebuah kerja sama dengan kelompok mereka."
“Kenapa kalian melakukan itu?”
Balt tersenyum kecil lalu menjawab, “Untuk membunuhmu.”
Lemiel yang mendengar itu hanya merespon dengan datar. “Begitu ya.”
Tiba-tiba, Lemiel terlempar oleh batu yang membuat kepalanya becucuran darah. Lemiel sedikit merintih kesakitan dan mengetahui orang yang melakukan itu adalah salah satu dari penduduk desa.
Lemiel tampak kesal memandangi setiap wajah para penduduk desa itu. Terlihat mereka sedang menggenggam sebuah batu di tangan mereka .
“Beraninya kau melakukan itu kepada Balt!”
“Kami tidak akan memaafkanmu!”
Teriak para penduduk sambil terus melempari Lemiel dengan batu. Balt memanfaatkan kesempatan itu untuk menyelamatkan diri dari hadapan Lemiel.
Dengan pasrah dan wajah menurun, Lemiel menerima lemparan batu tersebut. Dia mengenggam pedangnya, semakin dan semakin erat.
Lemiel menggertakkan giginya, darah segar terus bercucuran dari kepalanya. Dengan tatapan tajam, Lemiel mengayunkan pedangnya dengan kuat dan—Slash!
Salah satu rumah yang berada di belakang mereka tiba-tiba saja terpotong, menghasilkan bunyi dentuman yang menggetarkan kaki kaki mereka.
Para penduduk desa seketika tertegun dengan getaran reruntuhan beton yang menghantam ke tanah.
“Sialan!” Balt berteriak dengan geram—namun raut wajahnya seketika gemetar melihat tatapan mata Lemiel.
“Itu adalah peringatan dariku.” Lemiel mengeluarkan hasrat membunuh yang pekat hanya melalui tatapan mata merahnya.
Balt, dan para penduduk desa seketika bergidik ketakutan melihat pemandangan itu. Bahkan beberapa dari mereka sampai menjatuhkan senjatanya karena ketakutan.
Lemiel tiba-tiba tersenyum dingin, lalu menjilat darah yang ada di sekitar pipinya.
“Sepertinya kalian sudah mengerti,” lanjut Lemiel kemudian, dan pergi meninggalkan mereka.
Sementara itu, salah satu pembunuh yang sebelumnya di obati oleh penduduk desa berhasil melarikan diri. Meski menggunakan kain penutup wajah, perasaan takut terlihat jelas dari kedua matanya.
Lemiel yang sudah hampir menjauh tiba-tiba berhenti setelah menyadari masih ada yang tertinggal.
“Benar juga,” kata Lemiel santai. “Kalau tidak salah masih ada satu ekor tikus yang sedang bersembunyi.”
Secara spontan, mereka semua langsung mencari cari keberadaan pembunuh yang di maksud. Mereka tersadar kalau orang itu sudah menghilang.
“Kalau begitu, aku masih belum bisa meninggalkan desa ini.” Lemiel lalu membalikkan badannya dan berjalan mencari pembunuh yang masih selamat tersebut.
Balt yang sejak tadi tertunduk diam, mulai mengenggam pedangnya dengan erat.
“Sudah cukup!” teriak Balt dengan mata yang di penuhi amarah.
Melihat hal itu, Lemiel perlahan menghentikan langkahnya dan menatap orang itu.
“Aku tidak akan membiarkanmu membunuh lebih banyak lagi!”
“Kau keras kepala juga ya. Memangnya kau ini siapa? Seorang pahlawan?
“Aku hanyalah penduduk dari desa Kubaku!” Sambil berteriak, Balt berlari menghunuskan pedangnya.
Dengan raut wajah datar, Lemiel dengan mudahnya menghempas pedang itu dari tangan Balt. Para penduduk yang melihat itu hanya bisa diam dengan raut wajah panik.
“Pergilah dari sini!” teriak Balt tiba-tiba.
Para penduduk yang mendengar itu tentu kebingungan dengan teriakan itu.
“Aku akan mengalahkan orang ini, jadi kalian semua pergilah bersembunyi!” lanjutnya dengan raut wajah geram.
“Tapi bagaimana denganmu, Balt?!”
“Tenang saja. Kita masih punya mereka, aku yakin kalau orang-orang itu akan datang menyelamatkan kita semua.”
Mereka semua pun terdiam dan menatap satu sama lain dengan tatapan ragu. Setelah memikirkan apa yang di katakan Balt, mereka pun segera melarikan dari tempat itu untuk bersembunyi.
“Benar-benar seorang pahlawan. Tapi kau malah membuatku seperti seorang penjahat saja. Padahal aku juga ingin menjadi orang yang baik loh.”
“Kau tidak sengaja melakukan itu, kan?”
“Hm?”
“Maksudku, saat kau mengeluarkan tebasan tadi. Kau menahan dirimu agar tidak melukai mereka, kan?"
Lemiel terdiam beberapa saat mendengar hal itu.
Memang benar. Jika aku tadi tidak menahan seranganku, mungkin mereka semua sudah terbunuh saat itu juga. Aku jadi lupa diri karena orang itu mengatakan aku bisa melakukan apapun sesukaku.
Setelah menggumamkan itu dalam hati, Lemiel menaikkan sudut bibirnya.
“Ternyata kau bukanlah pahlawan yang bermodal nekat saja ya. Yah, sebenarnya aku tahu kau itu lumayan kuat.”
“Meski dugaanku itu benar, tetap saja kau adalah seorang pembunuh. Katakan padaku, apa tujuanmu kemari?”
Lemiel sampai mendesah berat mendengar pertanyaan itu berulang kali.
“… sudah kubilang, aku punya urusan pribadi di desa ini.”
“Lalu urusan apa yang kau maksud? Jika itu tidak berkaitan dengan orang-orang itu, aku akan membantumu.”
“Maaf ya. Bukannya aku tidak ingin memberitahumu, tapi aku harus menjaga kerahasiaan dari permintaan Klienku. Jika aku membocorkannya, mungkin aku akan kehilangan banyak Klien. Apalagi Klienku kali ini adalah orang yang sangat merepotkan.”
“Jadi, kau seorang pembunuh bayaran?"
"Tepat sekali."
“Kalau begitu aku akan membunuhmu di tempat ini, dasar iblis!"
“Oi, kata-katamu itu terlalu kejam.”
***
Sementara itu, salah satu pembunuh yang masih selamat telah berhasil menyelamatkan diri dan bersembunyi di salah satu gang sempit. Dia hanya bisa melihat pertarungan mereka dari kejauhan.
Tapi di belakangnya, terlihat dua orang misterius. Dua orang itu lalu mendekati pembunuh itu dan menepuk pundaknya.
“Tu-tuan Dray! Tuan Jack!” seru orang itu kaget.
Kedua orang itu adalah Dray yang sebelumnya terilbat di insiden Mary, dan seorang pria bertubuh besar berusia sekitar 30 tahunan.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Dray tajam.
“I-itu ….” Orang itu tak bisa melanjutkan kata-katanya.
“Tuan Dray, lihat!” Pria yang bernama Jack itu menunjuk ke arah Lemiel yang sedang berhadapan dengan Balt.
Dray seketika menyeringai dengan tatapan antusias.
“Heheheh, tidak kusangka aku bisa bertemu dengannya secepat ini.”
“Apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Tuan?” Jack menanyakan itu dengan wajah tenang.
“Mungkin kita bisa menontonnya dari sini. Lagipula aku tahu orang itu lumayan kuat. Heheheh ....” Dengan tatapan mencurigakan, kedua mata Dray tertuju kepada Balt.
To be Continued…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Jo-Ann
bukannya harusnya 'kami'
2023-01-22
0
kimzky
oke
2021-02-06
0
RayaBumi
sudah mampir thor, sukses selalu 😊
2020-12-21
1