Chapter 14 - Lemiel Vs Balt

Gesekan kedua bilah pedang antara Lemiel dan Balt masih terjadi. Lemiel merasa sedikit kewalahan ketika menahan tebasannya.

Tanpa pikir panjang, Lemiel menendang dada orang itu hingga tersungkur mundur. Dari kekuatan berpedangnya, Lemiel cukup kalau orang yang bernama Balt itu bukanlah sekedar penduduk biasa.

Para penduduk desa yang melihat petarungan itu mulai merasa panik sambil berteriak, “Balt!” dan mereka pun menghampiri Balt untuk membantunya berdiri.

“Apa kau tidak apa apa, Balt?”

“Ya, aku tidak apa-apa. Terima kasih banyak.” Dengan senyuman ramah, Balt kembali mengambil pedangnya yang tadi terlempar.

“Kita akan membantumu!”

“Ya, kita akan membunuh orang itu!”

Teriak penduduk desa yang di penuhi amarah.

“Aku mohon jangan. Dia adalah monster yang bisa saja melukai kalian. Aku tadi hanya sedikit lengah saja.”

“Tapi ….”

“Tenang saja. Melihat semangat bertarung kalian, aku merasa jauh lebih kuat sekarang.”

Balt mengatakan itu dengan ekpsresi yang begitu ramah, tanpa mencurigakan sedikitpun. Tapi pemandangan itu sangat di benci oleh Lemiel.

“Oh, jadi kau belum mengeluarkan kekuatanmu ya?” tanya Lemiel dengan senyuman santai.

“Tidak, hanya ini kekuatanku.”

Setelah Balt mengatakan itu, dua pembunuh yang sejak tadi tidak terasa keberadaannya kembali menyerang Lemiel dengan ganas.

Terjadi gesekan pedang yang bertubi-tubi oleh serangan mereka yang membabi buta. Lemiel mencoba menebaskan pedangnya, tapi mereka berhasil menghindar dan melemparkan beberapa pisau ke arahnya.

Lemiel menangkis lemparan pisau itu, dan tiba tiba saja mereka kembali menyerang dari atas. Sontak Lemiel terkejut, dan menahan tusukan kedua belati mereka.

Tapi, mereka berdua mengeluarkan pisau dari balik pakaian mereka dan menusukkannya kepada Lemiel.

“Gawat!” Lemiel yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi, akhirnya menendang pasir yang ada di tanah, dan menciptakan gumpalan debu yang mengaburkan penglihatan mereka.

Kedua orang itu terbatuk-batuk oleh butiran debu tersebut. Lemiel memanfaatkan momen itu untuk menghilang dari pandangan mereka.

Di saat mereka kehilangan fokus, Lemiel telah berada di belakang mereka. Terlihat dari siluetnya di gumpalan debu itu.

Pedangnya mulai di ayunkan dan—tebasan itu langsung menumbangkan mereka.

Gumpalan pasir mulai menghilang. Tampak kedua orang itu sudah terbunuh dengan punggung yang tersayat begitu dalam dan bersimbah darah.

Mengetahui terbunuhnya kedua orang itu, penduduk desa tampak semakin murka dan mengutuk perbuatan Lemiel.

Lemiel yang mendengar teriakan mereka, hanya mengeluarkan ekspresi datar.

Tapi tiba-tiba—sebuah pedang hampir saja melukainya dan orang yang melakukan itu adalah Balt. Raut wajahnya seperti di telan kemarahan, dan dia pun kembali mengayunkan pedangnya.

Dengan cepat, Lemiel menangkis semua tebasan itu hingga membuat dirinya terdorong ke belakang sampai menempel dinding beton salah satu rumah.

Balt yang masih termakan emosi kembali menyerang dan berusaha menusukkan pedangnya ke Lemiel. Dengan alis mengernyit, Lemiel membelokkan kepalanya dan serangan itu pun meleset.

Terlihat dinding rumah yang terbuat dari beton itu, sampai berlubang oleh tusukan pedang milik Balt.

“Kenapa kau marah begitu? Bukankah mereka juga seorang pembunuh?” Lemiel tampak santai seakan memancing amarah Balt.

“Tutup mulutmu!” Balt kembali menusukkan pedangnya, dan tangan Balt tiba-tiba saja tertahan oleh Lemiel.

Lemiel lalu memutar tangan Balt, dan menendang orang itu hingga terlempar ke belakang.

Balt mencoba untuk berdiri, namun dengan cepat sebuah pedang telah mengarah tepat di hadapannya. Kedua alis Balt mengernyit melihat ujung pedang itu, sekaligus mengunci pergerakannya.

“Katakan padaku. Siapa kau sebenarnya?”

“Sudah kutakan, aku hanyalah penduduk biasa.”

“Jika itu benar, kenapa kau begitu marah dengan matinya para pembunuh itu?”

“Mereka adalah sekutu dari desa kami."

“Sekutu?”

“Kami menjalin sebuah kerja sama dengan kelompok mereka."

“Kenapa kalian melakukan itu?”

Balt tersenyum kecil lalu menjawab, “Untuk membunuhmu.”

Lemiel yang mendengar itu hanya merespon dengan datar. “Begitu ya.”

Tiba-tiba, Lemiel terlempar oleh batu yang membuat kepalanya becucuran darah. Lemiel sedikit merintih kesakitan dan mengetahui orang yang melakukan itu adalah salah satu dari penduduk desa.

Lemiel tampak kesal memandangi setiap wajah para penduduk desa itu. Terlihat mereka sedang menggenggam sebuah batu di tangan mereka .

“Beraninya kau melakukan itu kepada Balt!”

“Kami tidak akan memaafkanmu!”

Teriak para penduduk sambil terus melempari Lemiel dengan batu. Balt memanfaatkan kesempatan itu untuk menyelamatkan diri dari hadapan Lemiel.

Dengan pasrah dan wajah menurun, Lemiel menerima lemparan batu tersebut. Dia mengenggam pedangnya, semakin dan semakin erat.

Lemiel menggertakkan giginya, darah segar terus bercucuran dari kepalanya. Dengan tatapan tajam, Lemiel mengayunkan pedangnya dengan kuat dan—Slash!

Salah satu rumah yang berada di belakang mereka tiba-tiba saja terpotong, menghasilkan bunyi dentuman yang menggetarkan kaki kaki mereka.

Para penduduk desa seketika tertegun dengan getaran reruntuhan beton yang menghantam ke tanah.

“Sialan!” Balt berteriak dengan geram—namun raut wajahnya seketika gemetar melihat tatapan mata Lemiel.

“Itu adalah peringatan dariku.” Lemiel mengeluarkan hasrat membunuh yang pekat hanya melalui tatapan mata merahnya.

Balt, dan para penduduk desa seketika bergidik ketakutan melihat pemandangan itu. Bahkan beberapa dari mereka sampai menjatuhkan senjatanya karena ketakutan.

Lemiel tiba-tiba tersenyum dingin, lalu menjilat darah yang ada di sekitar pipinya.

“Sepertinya kalian sudah mengerti,” lanjut Lemiel kemudian, dan pergi meninggalkan mereka.

Sementara itu, salah satu pembunuh yang sebelumnya di obati oleh penduduk desa berhasil melarikan diri. Meski menggunakan kain penutup wajah, perasaan takut terlihat jelas dari kedua matanya.

Lemiel yang sudah hampir menjauh tiba-tiba berhenti setelah menyadari masih ada yang tertinggal.

“Benar juga,” kata Lemiel santai. “Kalau tidak salah masih ada satu ekor tikus yang sedang bersembunyi.”

Secara spontan, mereka semua langsung mencari cari keberadaan pembunuh yang di maksud. Mereka tersadar kalau orang itu sudah menghilang.

“Kalau begitu, aku masih belum bisa meninggalkan desa ini.” Lemiel lalu membalikkan badannya dan berjalan mencari pembunuh yang masih selamat tersebut.

Balt yang sejak tadi tertunduk diam, mulai mengenggam pedangnya dengan erat.

“Sudah cukup!” teriak Balt dengan mata yang di penuhi amarah.

Melihat hal itu, Lemiel perlahan menghentikan langkahnya dan menatap orang itu.

“Aku tidak akan membiarkanmu membunuh lebih banyak lagi!”

“Kau keras kepala juga ya. Memangnya kau ini siapa? Seorang pahlawan?

“Aku hanyalah penduduk dari desa Kubaku!” Sambil berteriak, Balt berlari menghunuskan pedangnya.

Dengan raut wajah datar, Lemiel dengan mudahnya menghempas pedang itu dari tangan Balt. Para penduduk yang melihat itu hanya bisa diam dengan raut wajah panik.

“Pergilah dari sini!” teriak Balt tiba-tiba.

Para penduduk yang mendengar itu tentu kebingungan dengan teriakan itu.

“Aku akan mengalahkan orang ini, jadi kalian semua pergilah bersembunyi!” lanjutnya dengan raut wajah geram.

“Tapi bagaimana denganmu, Balt?!”

“Tenang saja. Kita masih punya mereka, aku yakin kalau orang-orang itu akan datang menyelamatkan kita semua.”

Mereka semua pun terdiam dan menatap satu sama lain dengan tatapan ragu. Setelah memikirkan apa yang di katakan Balt, mereka pun segera melarikan dari tempat itu untuk bersembunyi.

“Benar-benar seorang pahlawan. Tapi kau malah membuatku seperti seorang penjahat saja. Padahal aku juga ingin menjadi orang yang baik loh.”

“Kau tidak sengaja melakukan itu, kan?”

“Hm?”

“Maksudku, saat kau mengeluarkan tebasan tadi. Kau menahan dirimu agar tidak melukai mereka, kan?"

Lemiel terdiam beberapa saat mendengar hal itu.

Memang benar. Jika aku tadi tidak menahan seranganku, mungkin mereka semua sudah terbunuh saat itu juga. Aku jadi lupa diri karena orang itu mengatakan aku bisa melakukan apapun sesukaku.

Setelah menggumamkan itu dalam hati, Lemiel menaikkan sudut bibirnya.

“Ternyata kau bukanlah pahlawan yang bermodal nekat saja ya. Yah, sebenarnya aku tahu kau itu lumayan kuat.”

“Meski dugaanku itu benar, tetap saja kau adalah seorang pembunuh. Katakan padaku, apa tujuanmu kemari?”

Lemiel sampai mendesah berat mendengar pertanyaan itu berulang kali.

“… sudah kubilang, aku punya urusan pribadi di desa ini.”

“Lalu urusan apa yang kau maksud? Jika itu tidak berkaitan dengan orang-orang itu, aku akan membantumu.”

“Maaf ya. Bukannya aku tidak ingin memberitahumu, tapi aku harus menjaga kerahasiaan dari permintaan Klienku. Jika aku membocorkannya, mungkin aku akan kehilangan banyak Klien. Apalagi Klienku kali ini adalah orang yang sangat merepotkan.”

“Jadi, kau seorang pembunuh bayaran?"

"Tepat sekali."

“Kalau begitu aku akan membunuhmu di tempat ini, dasar iblis!"

“Oi, kata-katamu itu terlalu kejam.”

***

Sementara itu, salah satu pembunuh yang masih selamat telah berhasil menyelamatkan diri dan bersembunyi di salah satu gang sempit. Dia hanya bisa melihat pertarungan mereka dari kejauhan.

Tapi di belakangnya, terlihat dua orang misterius. Dua orang itu lalu mendekati pembunuh itu dan menepuk pundaknya.

“Tu-tuan Dray! Tuan Jack!” seru orang itu kaget.

Kedua orang itu adalah Dray yang sebelumnya terilbat di insiden Mary, dan seorang pria bertubuh besar berusia sekitar 30 tahunan.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Dray tajam.

“I-itu ….” Orang itu tak bisa melanjutkan kata-katanya.

“Tuan Dray, lihat!” Pria yang bernama Jack itu menunjuk ke arah Lemiel yang sedang berhadapan dengan Balt.

Dray seketika menyeringai dengan tatapan antusias.

“Heheheh, tidak kusangka aku bisa bertemu dengannya secepat ini.”

“Apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Tuan?” Jack menanyakan itu dengan wajah tenang.

“Mungkin kita bisa menontonnya dari sini. Lagipula aku tahu orang itu lumayan kuat. Heheheh ....” Dengan tatapan mencurigakan, kedua mata Dray tertuju kepada Balt.

To be Continued…

Terpopuler

Comments

Jo-Ann

Jo-Ann

bukannya harusnya 'kami'

2023-01-22

0

kimzky

kimzky

oke

2021-02-06

0

RayaBumi

RayaBumi

sudah mampir thor, sukses selalu 😊

2020-12-21

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Underground Jail
2 Chapter 2 - Prisoners
3 Chapter 3 - Sword Clash
4 Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5 Chapter 5 - Rakshassin
6 Chapter 6 - Naye Village
7 Chapter 7 - Three Assassins
8 Chapter 8 - Scheming
9 Chapter 9 - Heartless
10 Chapter 10 - Unknown Guest
11 Episode 11 - Message
12 Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13 Chapter 13 - The Unexpected
14 Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15 Chapter 15 - Crazy Arrival
16 Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17 Chapter 17 - Played Like a Dog
18 Chapter 18 - Human Heart
19 Chapter 19 - Warmth
20 Chapter 20 - One Quite Afternoon
21 Chapter 21 - Wend One's Way Home
22 Chapter 22 - Insults and Questions
23 Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24 Chapter 24 - Noisy
25 Chapter 25 - Bloody Dessert
26 Chapter 26 - Innocence
27 Chapter 27 - Old Friend
28 Chapter 28 - Nivelied
29 Chapter 29 - Vanity
30 Chapter 30 - Inexplicable Things
31 Chapter 31 - Curiosity
32 Chapter 32 - Good and Bad Side
33 Chapter 33 - Neklace
34 Chapter 34 - On The Road to Imais
35 Chapter 35 - Real Purpose
36 Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37 Chapter 37 - Needle of Rage
38 Chapter 38 - Intent of a Reason
39 Chapter 39 - Ravid Determination
40 Chapter 40 - Answer
41 Chapter 41 - At The End of Hopeless
42 Chapter 42 - Sense of Empathy
43 Chapter 43 - Threaten
44 Chapter 44 - Wind Disaster
45 Chapter 45 - Steps That Will End
46 Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47 Chapter 47 - The Visited Place
48 Chapter 48 - Under Passage
49 Chapter 49 - Sudden Changes
50 Chapter 50 - An Unexpected Requests
51 Chapter 51 - Aimless
52 Chapter 52 - Disrupted Way
53 Chapter 53 - Thought
54 Chapter 54 - Rumors of the Wind
55 Chapter 55 - A Man Full of Worries
56 Chapter 56 - Elite Assassin
57 Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58 Chapter 58 - Ninazu
59 Chapter 59 - The Next Step
60 Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61 Chapter 61 - Poison Wine
62 Chapter 62 - Antique Merchant
63 Chapter 63 - White Vs Green Shard
64 Chapter 64 - Mirror Magic
65 Chapter 65 - Two Investigator
66 Chapter 66 - Full Moon
67 Chapter 67 - After the Moonlight
68 Chapter 68 - Memories...
69 Chapter 69 - Truth
70 Chapter 70 - Little Desire
71 Chapter 71 - Pursuit
72 Chapter 72 - Generous, Expectedly
73 Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74 Chapter 74 - Turning Point
75 Chapter 75 - Reflection of Anger
76 Chapter 76 - Explosive Stone
77 Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78 Chapter 78 - Reflected Blood
79 Chapter 79 - Whisper Away
80 Chapter 80 - Gale Impulse
81 Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82 Chapter 82 - A Bound Conversation
83 Chapter 83 - Little Confrontation
84 Chapter 84 - One Question Behind
85 Chapter 85 - Between of All Odds
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1 - Underground Jail
2
Chapter 2 - Prisoners
3
Chapter 3 - Sword Clash
4
Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5
Chapter 5 - Rakshassin
6
Chapter 6 - Naye Village
7
Chapter 7 - Three Assassins
8
Chapter 8 - Scheming
9
Chapter 9 - Heartless
10
Chapter 10 - Unknown Guest
11
Episode 11 - Message
12
Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13
Chapter 13 - The Unexpected
14
Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15
Chapter 15 - Crazy Arrival
16
Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17
Chapter 17 - Played Like a Dog
18
Chapter 18 - Human Heart
19
Chapter 19 - Warmth
20
Chapter 20 - One Quite Afternoon
21
Chapter 21 - Wend One's Way Home
22
Chapter 22 - Insults and Questions
23
Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24
Chapter 24 - Noisy
25
Chapter 25 - Bloody Dessert
26
Chapter 26 - Innocence
27
Chapter 27 - Old Friend
28
Chapter 28 - Nivelied
29
Chapter 29 - Vanity
30
Chapter 30 - Inexplicable Things
31
Chapter 31 - Curiosity
32
Chapter 32 - Good and Bad Side
33
Chapter 33 - Neklace
34
Chapter 34 - On The Road to Imais
35
Chapter 35 - Real Purpose
36
Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37
Chapter 37 - Needle of Rage
38
Chapter 38 - Intent of a Reason
39
Chapter 39 - Ravid Determination
40
Chapter 40 - Answer
41
Chapter 41 - At The End of Hopeless
42
Chapter 42 - Sense of Empathy
43
Chapter 43 - Threaten
44
Chapter 44 - Wind Disaster
45
Chapter 45 - Steps That Will End
46
Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47
Chapter 47 - The Visited Place
48
Chapter 48 - Under Passage
49
Chapter 49 - Sudden Changes
50
Chapter 50 - An Unexpected Requests
51
Chapter 51 - Aimless
52
Chapter 52 - Disrupted Way
53
Chapter 53 - Thought
54
Chapter 54 - Rumors of the Wind
55
Chapter 55 - A Man Full of Worries
56
Chapter 56 - Elite Assassin
57
Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58
Chapter 58 - Ninazu
59
Chapter 59 - The Next Step
60
Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61
Chapter 61 - Poison Wine
62
Chapter 62 - Antique Merchant
63
Chapter 63 - White Vs Green Shard
64
Chapter 64 - Mirror Magic
65
Chapter 65 - Two Investigator
66
Chapter 66 - Full Moon
67
Chapter 67 - After the Moonlight
68
Chapter 68 - Memories...
69
Chapter 69 - Truth
70
Chapter 70 - Little Desire
71
Chapter 71 - Pursuit
72
Chapter 72 - Generous, Expectedly
73
Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74
Chapter 74 - Turning Point
75
Chapter 75 - Reflection of Anger
76
Chapter 76 - Explosive Stone
77
Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78
Chapter 78 - Reflected Blood
79
Chapter 79 - Whisper Away
80
Chapter 80 - Gale Impulse
81
Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82
Chapter 82 - A Bound Conversation
83
Chapter 83 - Little Confrontation
84
Chapter 84 - One Question Behind
85
Chapter 85 - Between of All Odds

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!