Pecahan-pecahan es yang berceceran tanah perlahan mencair, menyatu bersama genangan darah dari para pembunuh itu.
Lalu Selena menatap Balt seolah-olah dia orang yang tidak berguna.
“Apa kau akan terus-terusan duduk manis di tempat seperti itu?”
Suara yang dingin dari Selena membuat Balt menyadari kalau dirinya tidak berguna. Tapi Ravid berjalan mendekatinya. Raut wajahnya tampak bertanya-tanya dengan kejadian yang sejak tadi tidak ia duga.
“Apa yang sebenarnya terjadi, Balt?”
Balt terdiam dengan pertanyaan Ravid. Dia tidak tahu harus menjawab apa setelah kejadian yang baru saja terjadi. Bahkan Balt sendiri tidak menyangka akan terjadi pertarungan seperti ini.
“Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan ….” Lalu Balt menurunkan wajahnya.
Selena yang mendengar perkataan itu langsung menatapnya dengan tajam.
“Apa kau salah satu dari mereka?”
“Aku hanyalah penduduk desa Kubaku ….” Balt masih tak mengerti kenapa dirinya di curigai sebagai salah satu dari mereka.
“Tapi sepertinya kau memiliki suatu hubungan dengan pria tadi.” Selena sebelumnya melihat percakapan Balt dan Jack seakan saling mengenal. Tentu dari hal itu, dia menaruh kecurigaan terhadap Balt.
“Kami sebenarnya bersekutu dengan kelompok mereka.” Balt membuka awal ceritanya dengan wajah menurun.
“Bersekutu? Kenapa aku tidak tahu?!” Ravid tampak kebingungan dengan maksud perkataan Balt.
“Itu terjadi dua minggu yang lalu. Waktu itu kau telah pergi meninggalkan desa ini.”
“Begitu ya hehe ….” Ravid mengeles sambil tertawa kecil.
“Tapi, kenapa kalian bersekutu dengan mereka? Apa kau tidak tahu kalau mereka kelompok yang berbahaya?” tanya Selena lagi.
“Karena tujuan kami sama-sama menguntungkan. Jika bekerja sama dengan mereka, desa ini menjadi terlindungi dan mereka merasa di untungkan karena menjadikan desa ini sebagai persembunyian mereka. Apalagi kita sama-sama berniat untuk membunuh Lemiel Raksha, pembunuh kejam yang ingin menguasai desa ini.”
Mendengar penjelasan oleh Balt, Selena dan Ravid serentak terdiam.
Selena sebenarnya mengerti dengan alasan mereka bersekutu. Tapi masih banyak sekali hal yang janggal dari penjelasan Balt. Lagipula kemungkinan besar, Balt juga tidak mengetahui tujuan mereka yang sebenarnya.
“Tunggu dulu, Balt. Kenapa para penduduk desa ingin membunuh Lemiel? Dia adalah penyelamat desa ini!” Ravid memasang wajah penolakan dan memberikan penjelasan padanya.
“Itu juga yang ingin kutanyakan padamu. Kenapa kau bisa mengenalnya?”
“Dua bulan yang lalu, sekelompok bandit sempat menguasai desa ini. Tapi Lemiel datang kemari dan membunuh mereka semua. Bukankah itu jelas kalau dia seorang pahlawan?!”
Ravid menceritakan itu dengan wajah berseri-seri. Namun berbeda dengan Balt, dia merasa kebingungan dengan apa yang di katakannya.
“Penduduk desa mengatakan padaku, kalau orang itu adalah pemimpin dari para bandit itu.”
“Mereka mengatakan seperti itu karena begitu ketakutan saat melihatnya. Yah, aku juga awalnya mengira kalau dia adalah penjahat, tapi ternyata dia hanya ingin mengerjakan permintaan dari Kliennya.”
“Benar juga. Dia memang mengatakan kalau dirinya adalah pembunuh bayaran.”
“Seperti yang kukatakan, dia adalah pahlawan desa ini!” seru Ravid.
“Tapi, aku tidak percaya dia membunuh orang-orang itu begitu mudahnya ….”
Balt masih mengingat ketika Lemiel membunuh kelima pembunuh itu tanpa ragu sedikitpun. Bahkan dengan mengingatnya saja, Balt sangat yakin kalau dia adalah seorang penjahat yang mengerikan.
“Tunggu dulu,” tutur Selena. “Kurasa kata ‘pahlawan’ itu terlalu berlebihan untuknya.”
“Y-ya, mungkin kau benar. Tapi bagaimanapun juga dia menyelamatkan desaku.”
“Meski begitu, dia hanya mendapatkan permintaan dari Kliennya untuk membunuh bandit-bandit itu. Bahkan aku yakin dia tidak berniat untuk menyelamatkan desamu.”
Ravid yang mendengar itu lalu memalingkan tatapannya seakan tak bisa berkata apa-apa. Tapi Balt mulai berbicara hendak mencairkan suasana.
“Ngomong-ngomong, kenapa kau kemari, Ravid? Kukira kau ingin pergi mengembara untuk menjadi lebih kuat.”
“Ya, tentu saja. Tapi kebetulan pekerjaan kita berada di sini. Benarkan Selena?”
Lalu tatapan Balt tertuju kepada Selena. Dia baru menyadari aura yang di miliki Selena bukanlah seperti orang biasa.
“Apa … kau dari keluarga terpandang kerajaan?”
“Itu sudah lama berlalu. Sekarang, keluargaku tidak lagi termasuk 5 keluarga terkuat di kerajaan ini.”
“Begitu ya. Aku memang pernah mendengarnya. Tapi, apa maksud kalian dengan pekerjaan?”
“Heheh, tentu saja menjadi pembunuh bayaran bersama Lemiel, dan juga wanita ini.”
“Kau bekerja sebagai pembunuh bayaran?!”
“Begitulah. Kurasa itu tidak terlalu buruk bukan?! Yah tapi sebenarnya dia masih belum menerimaku sih, hehehe.”
“Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?! Jadi selama ini kau pergi menemui orang itu?!”
“Ya, aku sudah bilang padamu kan? Aku ingin menjadi lebih kuat dan melindungi nyawa banyak orang. Mungkin dengan bekerja bersamanya, aku bisa menyelamatkan orang-orang. Oleh karena itu aku serahkan desa ini padamu.”
“Kau ….” Balt seketika kehilangan kata-kata melihat raut cara bicara Ravid yang terdengar serius. Namun sebenarnya Balt belum mengerti kenapa Ravid ingin menjadi pembunuh bayaran.
Sedangkan Selena sejak tadi hanya terdiam mengamati Balt dengan tatapan curiga. Pikirannya sekarang terfokus dengan kejanggalan dari cerita Balt.
“Sebelum itu,” kata Selena. “Apa kau yakin kalau hanya itu mereka memutuskan untuk bersekutu dengan desa ini.”
Balt seketika kebingungan dengan maksud perkataan Selena. “Apa maksudmu?
“Ini hanya perkiraanku. Tapi sangat aneh rasanya sebuah kelompok bunuh ingin bersekutu dengan desa semacam ini. Katakanlah yang sebenarnya, apa kau benar-benar yakin hanya itu tujuan mereka?”
***
Di bagian timur Kubaku, Lemiel telah terkapar di atas kedai yang telah hancur setelah menerima pukulan telak dari Jack.
“Sialan ….” Lemiel merintih kesakitan sambil memegang wajahnya yang telah di pukul.
Ketika Lemiel mencoba membangunkan dirinya, tiba-tiba saja Jack kembali menghantamnya dengan sebuah pukulan.
Tapi—Lemiel berhasil menahan pukulan Jack hanya dengan tangan kanannya. Meski begitu, kekuatan fisik Jack jauh lebih kuat dan akhirnya Lemiel tidak sanggup menahan pukulannya lebih lama lagi.
Lemiel kembali terkena pukulan, kali ini tepat menghantam perutnya. Sambil menahan rasa sakit, Lemiel menatapnya dengan mata setengah terbuka.
Dengan wajah geram, Jack lalu mengangkat kerah baju Lemiel ke hadapannya.
“Jadi hanya ini kekuatan seorang pembunuh bayaran yang di takuti itu? Aku benar-benar kecewa!” Jack mengucapkan dengan suara yang berat.
Namun Lemiel yang sedang terangkat olehnya tampak begitu santai dengan menaikkan sudut bibirnya.
“Hmph, kau sepertinya sudah besar kepala rupanya. Apakah aku harus mengajarkanmu cara memukul yang benar?”
Jack yang mendengar hal itu seketika merasa tersinggung. Dia lalu menggertakkan giginya dengan tatapan geram.
“Kurang ajar kau!” Jack kembali melesatkan pukulannya namun—tertahan oleh tangan Lemiel.
Jack seketika mengernyit, mencoba mendorong pukulannya agar mengenai Lemiel.
“Saatnya serangan balasan, brengsek!” Dengan tatapan kesal, Lemiel langsung meremas kepalan tangan Jack hingga membuatnya kesakitan.
Genggaman Jack yang memegang kerah bajunya pun terlepas dan Lemiel memanfaatkan kesempatan itu untuk mencengkram wajah Jack hingga membuatnya berlutut kesakitan.
“Kau beruntung bisa menyerangku di saat aku lengah. Tapi kali ini tidak ada lagi yang akan menganggu kita, bukan?”
Jack kesulitan untuk bergerak, bahkan kulit wajahnya mulai mengelupas akibat cengkraman Lemiel. Dengan wajah gemetar, Jack berusaha menatapnya dengan tatapan geram.
Perlahan dia memegang tangan Lemiel untuk melepas cengkraman itu dari wajahnya. Namun Lemiel segera melepaskan pukulan balasan dan—Blam!
Jack seketika terpental ke belakang dengan wajah babak belur. Lalu, Lemiel berdiri dengan raut wajah santai sambil membunyikan lehernya.
“Biar kuberi penringatan untukmu. Sebaiknya kau harus cepat membunuhku mulai saat ini."
Dengan rasa frustasi, Jack melampiaskannya dengan memukuli tanah. Tapi raut wajah Jack seketika mengernyit dan—
Beberapa tebasan angin tiba-tiba saja mengarah ke arahnya. Bahkan tebasan Lemiel sanggup memotong beberapa rumah warga di belakangnya tanpa pandang bulu, menciptakan bunyi dentuman yang menggetarkan tanah.
Mulai di kuasai kepanikan, Jack terus berlari menghindari tebasan-tebasan itu. Sedangkan Lemiel tampak menikmati pemandangan Jack yang sedang terpojok seperti seekor anjing.
“Ini tidak mungkin terjadi … aku … adalah tangan kanan tuan Dray, aku tidak akan mungkin kalah di tempat ini!” Dengan amarah yang membara, Jack menerobos paksa meski tubuhnya tertebas oleh beberapa serangan Lemiel. Kulitnya yang kecoklatan itu perlahan tersayat, di ikuti darah yang bercucuran saat dia berlari.
Namun Jack menahan semua rasa sakit itu seakan tak cukup menutup rasa kemarahannya.
Sementara Lemiel terus menerus memberikan tebasan ke arahnya. Tapi—"Gawat ….”
Seketika Lemiel menghentikan serangannya saat melihat seorang gadis kecil berada didi salah satu rumah yang telah di hancurkannya.
“Tolong aku ….” Gadis kecil itu menggumam meminta tolong sambil menangis sesenggukkan. Tubuh mungilnya gemetar ketakutan saat melihat tatapan mata Lemiel, memeluk sebuah boneka domba dengan erat.
Namun tatapan Lemiel tertuju ke reruntuhan beton di atasnya yang tidak lama lagi akan menghantam gadis kecil itu. Tapi—Blam!
Jack dengan tangan besarnya, menyikut leher Lemiel hingga tercekik. Tapi Lemiel berusaha menapakkan kakinya ke tanah, meski kedua lututnya gemetar menahan hantaman Jack.
“Brengsek!” Dengan teriakan amarah, Lemiel mengangkat tangan Jack lalu melemparnya ke belakang hingga menghantam salah satu rumah.
Dengan kesadarannya yang hampir saja memudar, Lemiel memaksakan tubuhnya untuk bergerak menuju gadis kecil itu. Reruntuhan beton yang sudah di khawatirkan, mulai berjatuhan tepat di atas anak itu.
Lemiel tidak akan pernah bisa hidup tenang jika membayangkan gadis kecil itu mati oleh reruntuhan beton itu. Apalagi yang menyebabkan kematian anak itu adalah dirinya sendiri.
Dan—bunyi dentuman beton seketika menggetarkan rumah itu. Bahkan menciptakan gumpalan asap yang cukup tebal. Gadis kecil itu berhasil bertahan hidup setelah sempat di dorong Lemiel.
Tapi perlahan, beberapa tetesan darah bercucuran di hadapan gadis kecil itu beton. Tapi itu menyebabkan Lemiel harus tertimpa oleh reruntuhan itu. Bagian belakang tubuhnya juga telah bersimbah oleh darah yang tercampur bersama tumpukan beton itu.
Beruntung, Lemiel masih sempat mendorong anak itu yang sekarang terduduk lemas dengan wajah kosong. Bibir mungil gadis kecil itu bergetar hebat, menyaksikan pemandangan mengerikan itu.
“… tidak kusangka … aku melakukan ini …,” Dengan wajah di penuhi darah, Lemiel menggumam gemetaran dengan mata setengah terbuka.
To be Continued…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
vincent drias
ayo Jack lawan, jgn mau kalah sama lemiel 😬😬
2022-10-28
0
kimzky
wow
2021-02-06
0
ZONNA ANNTER
udah baca sampai disini thor, cerita nya bagus juga, oh ia Thor kira kira si lemiel itu nama karangan ya
2021-01-29
1