Chapter 17 - Played Like a Dog

Pecahan-pecahan es yang berceceran tanah perlahan mencair, menyatu bersama genangan darah dari para pembunuh itu.

Lalu Selena menatap Balt seolah-olah dia orang yang tidak berguna.

“Apa kau akan terus-terusan duduk manis di tempat seperti itu?”

Suara yang dingin dari Selena membuat Balt menyadari kalau dirinya tidak berguna. Tapi Ravid berjalan mendekatinya. Raut wajahnya tampak bertanya-tanya dengan kejadian yang sejak tadi tidak ia duga.

“Apa yang sebenarnya terjadi, Balt?”

Balt terdiam dengan pertanyaan Ravid. Dia tidak tahu harus menjawab apa setelah kejadian yang baru saja terjadi. Bahkan Balt sendiri tidak menyangka akan terjadi pertarungan seperti ini.

“Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan ….” Lalu Balt menurunkan wajahnya.

Selena yang mendengar perkataan itu langsung menatapnya dengan tajam.

“Apa kau salah satu dari mereka?”

“Aku hanyalah penduduk desa Kubaku ….” Balt masih tak mengerti kenapa dirinya di curigai sebagai salah satu dari mereka.

“Tapi sepertinya kau memiliki suatu hubungan dengan pria tadi.” Selena sebelumnya melihat percakapan Balt dan Jack seakan saling mengenal. Tentu dari hal itu, dia menaruh kecurigaan terhadap Balt.

“Kami sebenarnya bersekutu dengan kelompok mereka.” Balt membuka awal ceritanya dengan wajah menurun.

“Bersekutu? Kenapa aku tidak tahu?!” Ravid tampak kebingungan dengan maksud perkataan Balt.

“Itu terjadi dua minggu yang lalu. Waktu itu kau telah pergi meninggalkan desa ini.”

“Begitu ya hehe ….” Ravid mengeles sambil tertawa kecil.

“Tapi, kenapa kalian bersekutu dengan mereka? Apa kau tidak tahu kalau mereka kelompok yang berbahaya?” tanya Selena lagi.

“Karena tujuan kami sama-sama menguntungkan. Jika bekerja sama dengan mereka, desa ini menjadi terlindungi dan mereka merasa di untungkan karena menjadikan desa ini sebagai persembunyian mereka. Apalagi kita sama-sama berniat untuk membunuh Lemiel Raksha, pembunuh kejam yang ingin menguasai desa ini.”

Mendengar penjelasan oleh Balt, Selena dan Ravid serentak terdiam.

Selena sebenarnya mengerti dengan alasan mereka bersekutu. Tapi masih banyak sekali hal yang janggal dari penjelasan Balt. Lagipula kemungkinan besar, Balt juga tidak mengetahui tujuan mereka yang sebenarnya.

“Tunggu dulu, Balt. Kenapa para penduduk desa ingin membunuh Lemiel? Dia adalah penyelamat desa ini!” Ravid memasang wajah penolakan dan memberikan penjelasan padanya.

“Itu juga yang ingin kutanyakan padamu. Kenapa kau bisa mengenalnya?”

“Dua bulan yang lalu, sekelompok bandit sempat menguasai desa ini. Tapi Lemiel datang kemari dan membunuh mereka semua. Bukankah itu jelas kalau dia seorang pahlawan?!”

Ravid menceritakan itu dengan wajah berseri-seri. Namun berbeda dengan Balt, dia merasa kebingungan dengan apa yang di katakannya.

“Penduduk desa mengatakan padaku, kalau orang itu adalah pemimpin dari para bandit itu.”

“Mereka mengatakan seperti itu karena begitu ketakutan saat melihatnya. Yah, aku juga awalnya mengira kalau dia adalah penjahat, tapi ternyata dia hanya ingin mengerjakan permintaan dari Kliennya.”

“Benar juga. Dia memang mengatakan kalau dirinya adalah pembunuh bayaran.”

“Seperti yang kukatakan, dia adalah pahlawan desa ini!” seru Ravid.

“Tapi, aku tidak percaya dia membunuh orang-orang itu begitu mudahnya ….”

Balt masih mengingat ketika Lemiel membunuh kelima pembunuh itu tanpa ragu sedikitpun. Bahkan dengan mengingatnya saja, Balt sangat yakin kalau dia adalah seorang penjahat yang mengerikan.

“Tunggu dulu,” tutur Selena. “Kurasa kata ‘pahlawan’ itu terlalu berlebihan untuknya.”

“Y-ya, mungkin kau benar. Tapi bagaimanapun juga dia menyelamatkan desaku.”

“Meski begitu, dia hanya mendapatkan permintaan dari Kliennya untuk membunuh bandit-bandit itu. Bahkan aku yakin dia tidak berniat untuk menyelamatkan desamu.”

Ravid yang mendengar itu lalu memalingkan tatapannya seakan tak bisa berkata apa-apa. Tapi Balt mulai berbicara hendak mencairkan suasana.

“Ngomong-ngomong, kenapa kau kemari, Ravid? Kukira kau ingin pergi mengembara untuk menjadi lebih kuat.”

“Ya, tentu saja. Tapi kebetulan pekerjaan kita berada di sini. Benarkan Selena?”

Lalu tatapan Balt tertuju kepada Selena. Dia baru menyadari aura yang di miliki Selena bukanlah seperti orang biasa.

“Apa … kau dari keluarga terpandang kerajaan?”

“Itu sudah lama berlalu. Sekarang, keluargaku tidak lagi termasuk 5 keluarga terkuat di kerajaan ini.”

“Begitu ya. Aku memang pernah mendengarnya. Tapi, apa maksud kalian dengan pekerjaan?”

“Heheh, tentu saja menjadi pembunuh bayaran bersama Lemiel, dan juga wanita ini.”

“Kau bekerja sebagai pembunuh bayaran?!”

“Begitulah. Kurasa itu tidak terlalu buruk bukan?! Yah tapi sebenarnya dia masih belum menerimaku sih, hehehe.”

“Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?! Jadi selama ini kau pergi menemui orang itu?!”

“Ya, aku sudah bilang padamu kan? Aku ingin menjadi lebih kuat dan melindungi nyawa banyak orang. Mungkin dengan bekerja bersamanya, aku bisa menyelamatkan orang-orang. Oleh karena itu aku serahkan desa ini padamu.”

“Kau ….” Balt seketika kehilangan kata-kata melihat raut cara bicara Ravid yang terdengar serius. Namun sebenarnya Balt belum mengerti kenapa Ravid ingin menjadi pembunuh bayaran.

Sedangkan Selena sejak tadi hanya terdiam mengamati Balt dengan tatapan curiga. Pikirannya sekarang terfokus dengan kejanggalan dari cerita Balt.

“Sebelum itu,” kata Selena. “Apa kau yakin kalau hanya itu mereka memutuskan untuk bersekutu dengan desa ini.”

Balt seketika kebingungan dengan maksud perkataan Selena. “Apa maksudmu?

“Ini hanya perkiraanku. Tapi sangat aneh rasanya sebuah kelompok bunuh ingin bersekutu dengan desa semacam ini. Katakanlah yang sebenarnya, apa kau benar-benar yakin hanya itu tujuan mereka?”

***

Di bagian timur Kubaku, Lemiel telah terkapar di atas kedai yang telah hancur setelah menerima pukulan telak dari Jack.

“Sialan ….” Lemiel merintih kesakitan sambil memegang wajahnya yang telah di pukul.

Ketika Lemiel mencoba membangunkan dirinya, tiba-tiba saja Jack kembali menghantamnya dengan sebuah pukulan.

Tapi—Lemiel berhasil menahan pukulan Jack hanya dengan tangan kanannya. Meski begitu, kekuatan fisik Jack jauh lebih kuat dan akhirnya Lemiel tidak sanggup menahan pukulannya lebih lama lagi.

Lemiel kembali terkena pukulan, kali ini tepat menghantam perutnya. Sambil menahan rasa sakit, Lemiel menatapnya dengan mata setengah terbuka.

Dengan wajah geram, Jack lalu mengangkat kerah baju Lemiel ke hadapannya.

“Jadi hanya ini kekuatan seorang pembunuh bayaran yang di takuti itu? Aku benar-benar kecewa!” Jack mengucapkan dengan suara yang berat.

Namun Lemiel yang sedang terangkat olehnya tampak begitu santai dengan menaikkan sudut bibirnya.

“Hmph, kau sepertinya sudah besar kepala rupanya. Apakah aku harus mengajarkanmu cara memukul yang benar?”

Jack yang mendengar hal itu seketika merasa tersinggung. Dia lalu menggertakkan giginya dengan tatapan geram.

“Kurang ajar kau!” Jack kembali melesatkan pukulannya namun—tertahan oleh tangan Lemiel.

Jack seketika mengernyit, mencoba mendorong pukulannya agar mengenai Lemiel.

“Saatnya serangan balasan, brengsek!” Dengan tatapan kesal, Lemiel langsung meremas kepalan tangan Jack hingga membuatnya kesakitan.

Genggaman Jack yang memegang kerah bajunya pun terlepas dan Lemiel memanfaatkan kesempatan itu untuk mencengkram wajah Jack hingga membuatnya berlutut kesakitan.

“Kau beruntung bisa menyerangku di saat aku lengah. Tapi kali ini tidak ada lagi yang akan menganggu kita, bukan?”

Jack kesulitan untuk bergerak, bahkan kulit wajahnya mulai mengelupas akibat cengkraman Lemiel. Dengan wajah gemetar, Jack berusaha menatapnya dengan tatapan geram.

Perlahan dia memegang tangan Lemiel untuk melepas cengkraman itu dari wajahnya. Namun Lemiel segera melepaskan pukulan balasan dan—Blam!

Jack seketika terpental ke belakang dengan wajah babak belur. Lalu, Lemiel berdiri dengan raut wajah santai sambil membunyikan lehernya.

“Biar kuberi penringatan untukmu. Sebaiknya kau harus cepat membunuhku mulai saat ini."

Dengan rasa frustasi, Jack melampiaskannya dengan memukuli tanah. Tapi raut wajah Jack seketika mengernyit dan—

Beberapa tebasan angin tiba-tiba saja mengarah ke arahnya. Bahkan tebasan Lemiel sanggup memotong beberapa rumah warga di belakangnya tanpa pandang bulu, menciptakan bunyi dentuman yang menggetarkan tanah.

Mulai di kuasai kepanikan, Jack terus berlari menghindari tebasan-tebasan itu. Sedangkan Lemiel tampak menikmati pemandangan Jack yang sedang terpojok seperti seekor anjing.

“Ini tidak mungkin terjadi … aku … adalah tangan kanan tuan Dray, aku tidak akan mungkin kalah di tempat ini!” Dengan amarah yang membara, Jack menerobos paksa meski tubuhnya tertebas oleh beberapa serangan Lemiel. Kulitnya yang kecoklatan itu perlahan tersayat, di ikuti darah yang bercucuran saat dia berlari.

Namun Jack menahan semua rasa sakit itu seakan tak cukup menutup rasa kemarahannya.

Sementara Lemiel terus menerus memberikan tebasan ke arahnya. Tapi—"Gawat ….”

Seketika Lemiel menghentikan serangannya saat melihat seorang gadis kecil berada didi salah satu rumah yang telah di hancurkannya.

“Tolong aku ….” Gadis kecil itu menggumam meminta tolong sambil menangis sesenggukkan.  Tubuh mungilnya gemetar ketakutan saat melihat tatapan mata Lemiel, memeluk sebuah boneka domba dengan erat.

Namun tatapan Lemiel tertuju ke reruntuhan beton di atasnya yang tidak lama lagi akan menghantam gadis kecil itu. Tapi—Blam!

Jack dengan tangan besarnya, menyikut leher Lemiel hingga tercekik. Tapi Lemiel berusaha menapakkan kakinya ke tanah, meski kedua lututnya gemetar menahan hantaman Jack.

“Brengsek!” Dengan teriakan amarah, Lemiel mengangkat tangan Jack lalu melemparnya ke belakang hingga menghantam salah satu rumah.

Dengan kesadarannya yang hampir saja memudar, Lemiel memaksakan tubuhnya untuk bergerak menuju gadis kecil itu. Reruntuhan beton yang sudah di khawatirkan, mulai berjatuhan tepat di atas anak itu.

Lemiel tidak akan pernah bisa hidup tenang jika membayangkan gadis kecil itu mati oleh reruntuhan beton itu. Apalagi yang menyebabkan kematian anak itu adalah dirinya sendiri.

Dan—bunyi dentuman beton seketika menggetarkan rumah itu. Bahkan menciptakan gumpalan asap yang cukup tebal. Gadis kecil itu berhasil bertahan hidup setelah sempat di dorong Lemiel.

Tapi perlahan, beberapa tetesan darah bercucuran di hadapan gadis kecil itu beton. Tapi itu menyebabkan Lemiel harus tertimpa oleh reruntuhan itu. Bagian belakang tubuhnya juga telah bersimbah oleh darah yang tercampur bersama tumpukan beton itu.

Beruntung, Lemiel masih sempat mendorong anak itu yang sekarang terduduk lemas dengan wajah kosong. Bibir mungil gadis kecil itu bergetar hebat, menyaksikan pemandangan mengerikan itu.

“… tidak kusangka … aku melakukan ini …,” Dengan wajah di penuhi darah, Lemiel menggumam gemetaran dengan mata setengah terbuka.

To be Continued…

Terpopuler

Comments

vincent drias

vincent drias

ayo Jack lawan, jgn mau kalah sama lemiel 😬😬

2022-10-28

0

kimzky

kimzky

wow

2021-02-06

0

ZONNA ANNTER

ZONNA ANNTER

udah baca sampai disini thor, cerita nya bagus juga, oh ia Thor kira kira si lemiel itu nama karangan ya

2021-01-29

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Underground Jail
2 Chapter 2 - Prisoners
3 Chapter 3 - Sword Clash
4 Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5 Chapter 5 - Rakshassin
6 Chapter 6 - Naye Village
7 Chapter 7 - Three Assassins
8 Chapter 8 - Scheming
9 Chapter 9 - Heartless
10 Chapter 10 - Unknown Guest
11 Episode 11 - Message
12 Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13 Chapter 13 - The Unexpected
14 Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15 Chapter 15 - Crazy Arrival
16 Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17 Chapter 17 - Played Like a Dog
18 Chapter 18 - Human Heart
19 Chapter 19 - Warmth
20 Chapter 20 - One Quite Afternoon
21 Chapter 21 - Wend One's Way Home
22 Chapter 22 - Insults and Questions
23 Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24 Chapter 24 - Noisy
25 Chapter 25 - Bloody Dessert
26 Chapter 26 - Innocence
27 Chapter 27 - Old Friend
28 Chapter 28 - Nivelied
29 Chapter 29 - Vanity
30 Chapter 30 - Inexplicable Things
31 Chapter 31 - Curiosity
32 Chapter 32 - Good and Bad Side
33 Chapter 33 - Neklace
34 Chapter 34 - On The Road to Imais
35 Chapter 35 - Real Purpose
36 Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37 Chapter 37 - Needle of Rage
38 Chapter 38 - Intent of a Reason
39 Chapter 39 - Ravid Determination
40 Chapter 40 - Answer
41 Chapter 41 - At The End of Hopeless
42 Chapter 42 - Sense of Empathy
43 Chapter 43 - Threaten
44 Chapter 44 - Wind Disaster
45 Chapter 45 - Steps That Will End
46 Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47 Chapter 47 - The Visited Place
48 Chapter 48 - Under Passage
49 Chapter 49 - Sudden Changes
50 Chapter 50 - An Unexpected Requests
51 Chapter 51 - Aimless
52 Chapter 52 - Disrupted Way
53 Chapter 53 - Thought
54 Chapter 54 - Rumors of the Wind
55 Chapter 55 - A Man Full of Worries
56 Chapter 56 - Elite Assassin
57 Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58 Chapter 58 - Ninazu
59 Chapter 59 - The Next Step
60 Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61 Chapter 61 - Poison Wine
62 Chapter 62 - Antique Merchant
63 Chapter 63 - White Vs Green Shard
64 Chapter 64 - Mirror Magic
65 Chapter 65 - Two Investigator
66 Chapter 66 - Full Moon
67 Chapter 67 - After the Moonlight
68 Chapter 68 - Memories...
69 Chapter 69 - Truth
70 Chapter 70 - Little Desire
71 Chapter 71 - Pursuit
72 Chapter 72 - Generous, Expectedly
73 Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74 Chapter 74 - Turning Point
75 Chapter 75 - Reflection of Anger
76 Chapter 76 - Explosive Stone
77 Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78 Chapter 78 - Reflected Blood
79 Chapter 79 - Whisper Away
80 Chapter 80 - Gale Impulse
81 Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82 Chapter 82 - A Bound Conversation
83 Chapter 83 - Little Confrontation
84 Chapter 84 - One Question Behind
85 Chapter 85 - Between of All Odds
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1 - Underground Jail
2
Chapter 2 - Prisoners
3
Chapter 3 - Sword Clash
4
Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5
Chapter 5 - Rakshassin
6
Chapter 6 - Naye Village
7
Chapter 7 - Three Assassins
8
Chapter 8 - Scheming
9
Chapter 9 - Heartless
10
Chapter 10 - Unknown Guest
11
Episode 11 - Message
12
Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13
Chapter 13 - The Unexpected
14
Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15
Chapter 15 - Crazy Arrival
16
Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17
Chapter 17 - Played Like a Dog
18
Chapter 18 - Human Heart
19
Chapter 19 - Warmth
20
Chapter 20 - One Quite Afternoon
21
Chapter 21 - Wend One's Way Home
22
Chapter 22 - Insults and Questions
23
Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24
Chapter 24 - Noisy
25
Chapter 25 - Bloody Dessert
26
Chapter 26 - Innocence
27
Chapter 27 - Old Friend
28
Chapter 28 - Nivelied
29
Chapter 29 - Vanity
30
Chapter 30 - Inexplicable Things
31
Chapter 31 - Curiosity
32
Chapter 32 - Good and Bad Side
33
Chapter 33 - Neklace
34
Chapter 34 - On The Road to Imais
35
Chapter 35 - Real Purpose
36
Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37
Chapter 37 - Needle of Rage
38
Chapter 38 - Intent of a Reason
39
Chapter 39 - Ravid Determination
40
Chapter 40 - Answer
41
Chapter 41 - At The End of Hopeless
42
Chapter 42 - Sense of Empathy
43
Chapter 43 - Threaten
44
Chapter 44 - Wind Disaster
45
Chapter 45 - Steps That Will End
46
Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47
Chapter 47 - The Visited Place
48
Chapter 48 - Under Passage
49
Chapter 49 - Sudden Changes
50
Chapter 50 - An Unexpected Requests
51
Chapter 51 - Aimless
52
Chapter 52 - Disrupted Way
53
Chapter 53 - Thought
54
Chapter 54 - Rumors of the Wind
55
Chapter 55 - A Man Full of Worries
56
Chapter 56 - Elite Assassin
57
Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58
Chapter 58 - Ninazu
59
Chapter 59 - The Next Step
60
Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61
Chapter 61 - Poison Wine
62
Chapter 62 - Antique Merchant
63
Chapter 63 - White Vs Green Shard
64
Chapter 64 - Mirror Magic
65
Chapter 65 - Two Investigator
66
Chapter 66 - Full Moon
67
Chapter 67 - After the Moonlight
68
Chapter 68 - Memories...
69
Chapter 69 - Truth
70
Chapter 70 - Little Desire
71
Chapter 71 - Pursuit
72
Chapter 72 - Generous, Expectedly
73
Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74
Chapter 74 - Turning Point
75
Chapter 75 - Reflection of Anger
76
Chapter 76 - Explosive Stone
77
Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78
Chapter 78 - Reflected Blood
79
Chapter 79 - Whisper Away
80
Chapter 80 - Gale Impulse
81
Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82
Chapter 82 - A Bound Conversation
83
Chapter 83 - Little Confrontation
84
Chapter 84 - One Question Behind
85
Chapter 85 - Between of All Odds

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!