Chapter 10 - Unknown Guest

Main Corridor, Markas Shirogami.

Beberapa hari setelah insiden kediaman Mary.

“Kudengar, orang itu telah membunuh seseorang di desa Naye.” Terlihat seorang pria berusia 26 tahun sedang duduk di salah satu kursi kosong. Dia mengatakan itu sambil melihat berkas-berkas laporan pasukan Shirogami.

Dan orang yang sedang berbicara dengannya adalah, Kapten Divisi 2, Arsen Kruger.

“Ya, orang yang terbunuh itu adalah Kenzo Kadota.”

“Siapa itu?”

“Dia hanyalah penduduk biasa dari desa Naye.”

“Tunggu. Kalau tidak salah, beberapa minggu yang lalu ada seorang wanita memohon bantuan untuk mencari jejak suaminya. Apa orang itu yang di maksud?”

“Sayang sekali itu benar. Nama wanita itu adalah Mary Kadota, yang tidak lain adalah istri dari Kenzo Kadota.”

“Aku tidak menduga akan ada yang terbunuh dari permintaannya.” Pria itu teringat dengan Mary yang sempat mendatangi markas Shirogami untuk meminta pertolongan.

“Kami mendatangi kediamannya kemarin. Dia mengatakan, kalau ternyata Kenzo telah merencanakan pembunuhan untuk menguasai kekayaan dari keluarga istrinya.”

“Begitu ya, aku akhirnya paham. Tapi yang membuatku heran kenapa orang itu mau menerima permintaan wanita itu. Padahal aku cukup yakin orang itu tidak akan menyukai pekerjaan seperti ini.”

“Mary juga mengatakan kalau orang itu datang bersama wanita dari keluarga Mystin.”

“Aku mengerti sekarang. Tapi, andai saja Komandan sudah mengeksekusi orang itu, mungkin aku tidak perlu melakukan laporan merepotkan seperti ini.”

“Kau seharusnya tak perlu berbicara seperti itu kan, Kahuko-san?”

Kahuko Viztacia, Wakil Komandan Shirogami, menghembus asap rokoknya dengan ekspresi menyantai.

“Aku memang menghormati keputusan beliau, tapi aku tidak menyangka harus menggantikan tugasnya selama dia pergi ke kerajaan lain.”

“Mau bagaimana lagi. Kau adalah wakil Komandan Shirogami. Itu sudah menjadi tugasmu.”

“Kenapa kau tidak membantuku saja, Arsen?”

“Aku tidak ingin menghabiskan waktuku bersamamu.”

“Sampai segitunya ya kau mau mengincar jabatan wakil Komandan?”

“Tentu saja. Aku sangat benci jika di perintah olehmu.”

“Brengsek, aku tidak akan meminta bantuanmu lagi lain kali!”

Dengan wajah kesal, Kahuko membaca satu persatu berkas dari laporan pasukan Shirogami. Arsen yang melihat itu masih terpikirkan oleh sesuatu.

“Kahuko-san, tentang wanita bernama Selena Mystin. Apa yang sebenarnya dia lakukan sampai mendekam di penjara bawah tanah?”

Kahuko menghentikan kegitaannya sejenak. Ekspresinya tampak bingung saat menatap Arsen.

“Kau tidak mengetahuinya? Kukira kau sudah di beritahu oleh Kapten Divisi lain.”

“Memangnya apa yang dia lakukan? Sangat aneh rasanya salah satu mantan keluarga terpandang bisa mendekam di penjara.”

Menghisap sebatang rokok yang hampir habis, Kahuko tersenyum kecil sebelum menjelaskan semuanya kepada Arsen.

“Jadi ….”

***

Dengan kondisi rumah yang cukup gelap seperti biasanya, Lemiel duduk menghadap jendela yang hanya memperlihatkan pemandangan kediaman istana.

“Sialan … sudah berapa hari ini aku belum mendapatkan Klien.”

Sejak insiden di kediaman Mary, tak ada satupun Klien yang mendatangi Rakshassin untuk menyewa Lemiel. Bahkan ini sudah memasuki hari keempat.

Sebenarnya Selena sempat menawarkan bayaran dari insiden Mary kepada Lemiel. Namun Lemiel tidak ingin mengingkari persyaratan yang di buat Selena sendiri, dan menolak bayaran tersebut.

Namun sekarang, Lemiel harus bertahan hidup dengan mengutang di bar milik Tendo.

“Kalau begini terus … tua bangka itu akan datang menagih utang-utangnya.”

Tok! Tok! Tok!

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang cukup keras. Tentu Lemiel yang mendengarnya, kembali merasa segar. Lemiel cukup yakin kalau orang yang mengetuk itu adalah Klien.

Tanpa menunggu lama, Lemiel membuka pintu rumahnya dan—

“Wajahmu seperti orang mati saja—” Bruk!

Dengan wajah masam, Lemiel langsung membanting pintunya saat Tendo belum selesai berbicara.

“Oi brengsek, kenapa kau menutupnya?!” teriak Tendo dari luar rumah.

“Sudah kubilang beberapa kali Tua bangka, aku akan membayar semua utang-utangku nanti!”

“Aku akan terus menagihmu sampai ke ujung dunia anak sialan! tapi bukan itu yang ingin kubicarakan sekarang!” Tendo mengeluarkan wajah kesal saat berteriak ke Lemiel.

“Kalau soal kapan bisa kubayar, setidaknya sabarlah sebentar sampai aku mendapatkan Klien, tua bangka!”

“Sudah kubilang bukan itu yang ingin kubicarakan bodoh!”

“Hm?” Lemiel sempat terdiam dengan wajah tanda tanya. Tentu cukup aneh melihat Tendo berkunjung selain membahas utang-utangnya. “Memangnya apa yang ingin kau bicarakan? Apa kau ingin mentraktirku untuk minum?”

“Sudahlah cepat buka pintumu sialan!”

Mendengar kakek Tendo yang terus berteriak, Lemiel dengan pasrah membuka pintu rumahnya. Tampak raut wajah kesal dari Tendo, bahkan kulit di wajahnya semakin mengeriput.

“Apa yang ingin kau bicarakan sebenarnya, tua bangka?”

“Berhenti memanggilku tua bangka sialan!” bentak Tendo. “Aku datang ke sini hanya ingin mengantarkan orang ini.”

Orang yang di maksud oleh Tendo adalah seorang pria di belakangnya. Pria berusia 24 tahun itu tiba-tiba tersenyum kegirangan, berambut coklat gelap dan sepasang mata cokelat.

Lemiel masih tak mengerti apa yang di bicarakan Tendo, dan melihat orang itu dengan kebingungan.

“Siapa dia?”

“Eh?! Kau tak mengenalku Rakshassin?!” Pria itu sangat terkejut sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Kau tak mengenalnya? Orang ini sejak tadi terus menanyakan di mana rumahmu! Bahkan dia terlalu berisik sampai menganggu para pelangganku.” Tendo tampak kesal saat menjelaskan kelakuan pria itu saat di barnya.

“Lalu kenapa kau menyalahkanku tua bangka sialan?!”

“Akhirnya kita bisa bertemu lagi Rakshassin!” seru pria itu dengan wajah girang.

“Namaku Lemiel brengsek,” umpat Lemiel dengan tatapan risih.

“Kau mengingatku kan? Aku Ravid Mahogany, kita pernah bertemu sebelumnya.”

Lemiel hanya terdiam sekaligus menatap pria bernama Ravid itu dengan tatapan aneh.

“Sudahlah, kuserahkan orang ini padamu. Aku tidak ingin membuat para pelangganku menunggu.” Kemudian, Tendo berjalan pergi menuju barnya—namun berhenti sejenak dan menatap Lemiel.

“Dan juga, jangan lupa membayar utang-utangmu dasar pengangguran!” umpatnya, meninggalkan Lemiel.

“Tenang saja tua bangka! aku akan membayar semua utang-utangku sekalian dengan biaya pemakamanmu!” umpat Lemiel.

***

Lemiel mengajak pria bernama Ravid itu masuk ke dalam rumahnya. Wajah Ravid tampak berseri-seri saat melihat kediaman Lemiel yang di penuhi aksesoris menyeramkan.

“Keren, kau memang seorang pahlawan yang paling keren!” seru Ravid sambil memandangi lukisan di dinding rumah Lemiel.

“Ha? Apa otakmu itu sedang sakit? Siapa kau sebenarnya, aku tidak pernah ingat bertemu dengan orang aneh sepertimu.”

“Kau benar-benar melupakanku?!” tanya Ravid dengan ekspresi terkejut.

“Biar kuingat, apa kau salah satu pedagang yang mencoba menawarkan barang barang murahan padaku?”

“Tentu saja bukan! Kau tidak ingat? Kita pernah bertemu sebelumnya saat di desa Kabaku.”

“Percuma, aku tidak mengingatnya.” Lemiel memegang kepalanya, mencoba mengingat apa yang di katakan Ravid.

“Waktu itu, kau telah mengalahkan bos dari kelompok bandit dan menyelamatkan desa Kubaku.” Ravid dengan girang, memaksa Lemiel mengingat dirinya.

Lemiel tiba-tiba saja teringat dengan pekerjaannya dua bulan yang lalu.

“Ah, aku ingat dengan pekerjaan itu. Tapi tunggu dulu, apa maksudmu dengan menyelamatkan desa Kubaku?”

“Bukankah kau membunuh para bandit itu untuk menyelamatkan desa?”

“Tunggu, aku hanya menyelesaikan permintaan Klienku untuk membunuh sekumpulan bandit di sana.”

“Ya, dan kau membunuh mereka semua, bahkan kau juga hampir membunuhku waktu itu!” seru Ravid bersemangat saat menceritakan itu.

“Kenapa kau malah senang brengsek?!” Lemiel menatapnya dengan heran.

“Hahaha, kuakui kau sangat kuat dan juga menakutkan waktu itu! Tapi aku sadar kau adalah seorang pahlawan sejati! Oleh karena itu aku datang kemari dan bergabung denganmu!” Dengan polosnya, Ravid tertawa dengan kencang saat membicarakan tujuannya.

“Hah?” Lemiel sampai tak bisa berkata-kata, dengan raut wajah bingung.

Lemiel sebenarnya baru teringat dengan Ravid saat pekerjaannya di desa Kubaku dua bulan yang lalu. Saat itu, semua bandit yang di bunuh Lemiel tergolong lemah, kecuali lemah.

Bahkan Lemiel mengakui Ravid jauh lebih kuat di bandingkan bos bandit yang di bunuhnya waktu itu. Lemiel sendiri cukup kesulitan mengalahkan Ravid, tapi dia berhasil melukainya cukup parah waktu itu.

“Rakshassin—tidak, maksudku Lemiel, mulai hari ini aku akan bekerja denganmu. Aku yakin kalau kita menggabungkan kekuatan, kita pasti bisa menyelamatkan orang-orang!” seru Ravid, memasang senyuman bodoh sekaligus polos.

“Tunggu dulu, bukankah kau salah satu dari para bandit itu?”

“Aku bukanlah bagian dari mereka. Justru aku mengira kau adalah pemimpin bandit-bandit itu, tapi aku salah. Ternyata kau adalah penyelamat desa Kubaku!”

“Jadi waktu itu kau mengira aku adalah pemimpin mereka?!” tanya Lemiel heran.

“Tentu saja! Lagipula kau terlihat seperti orang jahat, jadi aku langsung saja menyerangmu. Yah, tapi itu sudah berlalu hehehe. Aku tahu kau orang yang sangat baik dan aku ingin sekali bekerja denganmu!” Ravid tampak bersemangat saat menyampaikan tujuannya menemui Lemiel.

“Tunggu dulu brengsek. Aku bukanlah pahlawan atau apapun itu seperti yang kau pikirkan!”

“Tidak mungkin! Padahal kau telah menyelamatkan desaku ….” Tatapan Ravid seakan tak percaya.

“Apa kau tidak mengerti maksudku? aku ini seorang pembunuh bayaran, aku hanya di minta membunuh mereka semua.”

Seketika tatapan Ravid melebar seakan terkejut mendengar hal itu.

“Tidak, tidak, aku tidak percaya, meski tatapanmu cukup menakutkan, tapi aku tidak percaya kau seorang pembu—” Tiba-tiba saja, sebuah pedang mengarah tepat di hadapan wajah Ravid.

“Aku tidak ingin mengulangi kata-kataku.” Dengan tatapan serius, Lemiel mengarahkan pedangnya tepat di depan mata Ravid.

Seketika suasana berubah menjadi tegang. Sementara Ravid terdiam kehilangan kata-kata melihat tatapan Lemiel.

To be Continued …

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

👏👏👊👊👍

2021-02-14

0

kimzky

kimzky

oke

2021-02-06

0

Pak Monn

Pak Monn

bunuh aja hahahhaahha

2021-01-28

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Underground Jail
2 Chapter 2 - Prisoners
3 Chapter 3 - Sword Clash
4 Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5 Chapter 5 - Rakshassin
6 Chapter 6 - Naye Village
7 Chapter 7 - Three Assassins
8 Chapter 8 - Scheming
9 Chapter 9 - Heartless
10 Chapter 10 - Unknown Guest
11 Episode 11 - Message
12 Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13 Chapter 13 - The Unexpected
14 Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15 Chapter 15 - Crazy Arrival
16 Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17 Chapter 17 - Played Like a Dog
18 Chapter 18 - Human Heart
19 Chapter 19 - Warmth
20 Chapter 20 - One Quite Afternoon
21 Chapter 21 - Wend One's Way Home
22 Chapter 22 - Insults and Questions
23 Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24 Chapter 24 - Noisy
25 Chapter 25 - Bloody Dessert
26 Chapter 26 - Innocence
27 Chapter 27 - Old Friend
28 Chapter 28 - Nivelied
29 Chapter 29 - Vanity
30 Chapter 30 - Inexplicable Things
31 Chapter 31 - Curiosity
32 Chapter 32 - Good and Bad Side
33 Chapter 33 - Neklace
34 Chapter 34 - On The Road to Imais
35 Chapter 35 - Real Purpose
36 Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37 Chapter 37 - Needle of Rage
38 Chapter 38 - Intent of a Reason
39 Chapter 39 - Ravid Determination
40 Chapter 40 - Answer
41 Chapter 41 - At The End of Hopeless
42 Chapter 42 - Sense of Empathy
43 Chapter 43 - Threaten
44 Chapter 44 - Wind Disaster
45 Chapter 45 - Steps That Will End
46 Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47 Chapter 47 - The Visited Place
48 Chapter 48 - Under Passage
49 Chapter 49 - Sudden Changes
50 Chapter 50 - An Unexpected Requests
51 Chapter 51 - Aimless
52 Chapter 52 - Disrupted Way
53 Chapter 53 - Thought
54 Chapter 54 - Rumors of the Wind
55 Chapter 55 - A Man Full of Worries
56 Chapter 56 - Elite Assassin
57 Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58 Chapter 58 - Ninazu
59 Chapter 59 - The Next Step
60 Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61 Chapter 61 - Poison Wine
62 Chapter 62 - Antique Merchant
63 Chapter 63 - White Vs Green Shard
64 Chapter 64 - Mirror Magic
65 Chapter 65 - Two Investigator
66 Chapter 66 - Full Moon
67 Chapter 67 - After the Moonlight
68 Chapter 68 - Memories...
69 Chapter 69 - Truth
70 Chapter 70 - Little Desire
71 Chapter 71 - Pursuit
72 Chapter 72 - Generous, Expectedly
73 Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74 Chapter 74 - Turning Point
75 Chapter 75 - Reflection of Anger
76 Chapter 76 - Explosive Stone
77 Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78 Chapter 78 - Reflected Blood
79 Chapter 79 - Whisper Away
80 Chapter 80 - Gale Impulse
81 Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82 Chapter 82 - A Bound Conversation
83 Chapter 83 - Little Confrontation
84 Chapter 84 - One Question Behind
85 Chapter 85 - Between of All Odds
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1 - Underground Jail
2
Chapter 2 - Prisoners
3
Chapter 3 - Sword Clash
4
Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5
Chapter 5 - Rakshassin
6
Chapter 6 - Naye Village
7
Chapter 7 - Three Assassins
8
Chapter 8 - Scheming
9
Chapter 9 - Heartless
10
Chapter 10 - Unknown Guest
11
Episode 11 - Message
12
Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13
Chapter 13 - The Unexpected
14
Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15
Chapter 15 - Crazy Arrival
16
Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17
Chapter 17 - Played Like a Dog
18
Chapter 18 - Human Heart
19
Chapter 19 - Warmth
20
Chapter 20 - One Quite Afternoon
21
Chapter 21 - Wend One's Way Home
22
Chapter 22 - Insults and Questions
23
Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24
Chapter 24 - Noisy
25
Chapter 25 - Bloody Dessert
26
Chapter 26 - Innocence
27
Chapter 27 - Old Friend
28
Chapter 28 - Nivelied
29
Chapter 29 - Vanity
30
Chapter 30 - Inexplicable Things
31
Chapter 31 - Curiosity
32
Chapter 32 - Good and Bad Side
33
Chapter 33 - Neklace
34
Chapter 34 - On The Road to Imais
35
Chapter 35 - Real Purpose
36
Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37
Chapter 37 - Needle of Rage
38
Chapter 38 - Intent of a Reason
39
Chapter 39 - Ravid Determination
40
Chapter 40 - Answer
41
Chapter 41 - At The End of Hopeless
42
Chapter 42 - Sense of Empathy
43
Chapter 43 - Threaten
44
Chapter 44 - Wind Disaster
45
Chapter 45 - Steps That Will End
46
Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47
Chapter 47 - The Visited Place
48
Chapter 48 - Under Passage
49
Chapter 49 - Sudden Changes
50
Chapter 50 - An Unexpected Requests
51
Chapter 51 - Aimless
52
Chapter 52 - Disrupted Way
53
Chapter 53 - Thought
54
Chapter 54 - Rumors of the Wind
55
Chapter 55 - A Man Full of Worries
56
Chapter 56 - Elite Assassin
57
Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58
Chapter 58 - Ninazu
59
Chapter 59 - The Next Step
60
Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61
Chapter 61 - Poison Wine
62
Chapter 62 - Antique Merchant
63
Chapter 63 - White Vs Green Shard
64
Chapter 64 - Mirror Magic
65
Chapter 65 - Two Investigator
66
Chapter 66 - Full Moon
67
Chapter 67 - After the Moonlight
68
Chapter 68 - Memories...
69
Chapter 69 - Truth
70
Chapter 70 - Little Desire
71
Chapter 71 - Pursuit
72
Chapter 72 - Generous, Expectedly
73
Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74
Chapter 74 - Turning Point
75
Chapter 75 - Reflection of Anger
76
Chapter 76 - Explosive Stone
77
Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78
Chapter 78 - Reflected Blood
79
Chapter 79 - Whisper Away
80
Chapter 80 - Gale Impulse
81
Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82
Chapter 82 - A Bound Conversation
83
Chapter 83 - Little Confrontation
84
Chapter 84 - One Question Behind
85
Chapter 85 - Between of All Odds

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!