Main Corridor, Markas Shirogami.
Beberapa hari setelah insiden kediaman Mary.
“Kudengar, orang itu telah membunuh seseorang di desa Naye.” Terlihat seorang pria berusia 26 tahun sedang duduk di salah satu kursi kosong. Dia mengatakan itu sambil melihat berkas-berkas laporan pasukan Shirogami.
Dan orang yang sedang berbicara dengannya adalah, Kapten Divisi 2, Arsen Kruger.
“Ya, orang yang terbunuh itu adalah Kenzo Kadota.”
“Siapa itu?”
“Dia hanyalah penduduk biasa dari desa Naye.”
“Tunggu. Kalau tidak salah, beberapa minggu yang lalu ada seorang wanita memohon bantuan untuk mencari jejak suaminya. Apa orang itu yang di maksud?”
“Sayang sekali itu benar. Nama wanita itu adalah Mary Kadota, yang tidak lain adalah istri dari Kenzo Kadota.”
“Aku tidak menduga akan ada yang terbunuh dari permintaannya.” Pria itu teringat dengan Mary yang sempat mendatangi markas Shirogami untuk meminta pertolongan.
“Kami mendatangi kediamannya kemarin. Dia mengatakan, kalau ternyata Kenzo telah merencanakan pembunuhan untuk menguasai kekayaan dari keluarga istrinya.”
“Begitu ya, aku akhirnya paham. Tapi yang membuatku heran kenapa orang itu mau menerima permintaan wanita itu. Padahal aku cukup yakin orang itu tidak akan menyukai pekerjaan seperti ini.”
“Mary juga mengatakan kalau orang itu datang bersama wanita dari keluarga Mystin.”
“Aku mengerti sekarang. Tapi, andai saja Komandan sudah mengeksekusi orang itu, mungkin aku tidak perlu melakukan laporan merepotkan seperti ini.”
“Kau seharusnya tak perlu berbicara seperti itu kan, Kahuko-san?”
Kahuko Viztacia, Wakil Komandan Shirogami, menghembus asap rokoknya dengan ekspresi menyantai.
“Aku memang menghormati keputusan beliau, tapi aku tidak menyangka harus menggantikan tugasnya selama dia pergi ke kerajaan lain.”
“Mau bagaimana lagi. Kau adalah wakil Komandan Shirogami. Itu sudah menjadi tugasmu.”
“Kenapa kau tidak membantuku saja, Arsen?”
“Aku tidak ingin menghabiskan waktuku bersamamu.”
“Sampai segitunya ya kau mau mengincar jabatan wakil Komandan?”
“Tentu saja. Aku sangat benci jika di perintah olehmu.”
“Brengsek, aku tidak akan meminta bantuanmu lagi lain kali!”
Dengan wajah kesal, Kahuko membaca satu persatu berkas dari laporan pasukan Shirogami. Arsen yang melihat itu masih terpikirkan oleh sesuatu.
“Kahuko-san, tentang wanita bernama Selena Mystin. Apa yang sebenarnya dia lakukan sampai mendekam di penjara bawah tanah?”
Kahuko menghentikan kegitaannya sejenak. Ekspresinya tampak bingung saat menatap Arsen.
“Kau tidak mengetahuinya? Kukira kau sudah di beritahu oleh Kapten Divisi lain.”
“Memangnya apa yang dia lakukan? Sangat aneh rasanya salah satu mantan keluarga terpandang bisa mendekam di penjara.”
Menghisap sebatang rokok yang hampir habis, Kahuko tersenyum kecil sebelum menjelaskan semuanya kepada Arsen.
“Jadi ….”
***
Dengan kondisi rumah yang cukup gelap seperti biasanya, Lemiel duduk menghadap jendela yang hanya memperlihatkan pemandangan kediaman istana.
“Sialan … sudah berapa hari ini aku belum mendapatkan Klien.”
Sejak insiden di kediaman Mary, tak ada satupun Klien yang mendatangi Rakshassin untuk menyewa Lemiel. Bahkan ini sudah memasuki hari keempat.
Sebenarnya Selena sempat menawarkan bayaran dari insiden Mary kepada Lemiel. Namun Lemiel tidak ingin mengingkari persyaratan yang di buat Selena sendiri, dan menolak bayaran tersebut.
Namun sekarang, Lemiel harus bertahan hidup dengan mengutang di bar milik Tendo.
“Kalau begini terus … tua bangka itu akan datang menagih utang-utangnya.”
Tok! Tok! Tok!
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang cukup keras. Tentu Lemiel yang mendengarnya, kembali merasa segar. Lemiel cukup yakin kalau orang yang mengetuk itu adalah Klien.
Tanpa menunggu lama, Lemiel membuka pintu rumahnya dan—
“Wajahmu seperti orang mati saja—” Bruk!
Dengan wajah masam, Lemiel langsung membanting pintunya saat Tendo belum selesai berbicara.
“Oi brengsek, kenapa kau menutupnya?!” teriak Tendo dari luar rumah.
“Sudah kubilang beberapa kali Tua bangka, aku akan membayar semua utang-utangku nanti!”
“Aku akan terus menagihmu sampai ke ujung dunia anak sialan! tapi bukan itu yang ingin kubicarakan sekarang!” Tendo mengeluarkan wajah kesal saat berteriak ke Lemiel.
“Kalau soal kapan bisa kubayar, setidaknya sabarlah sebentar sampai aku mendapatkan Klien, tua bangka!”
“Sudah kubilang bukan itu yang ingin kubicarakan bodoh!”
“Hm?” Lemiel sempat terdiam dengan wajah tanda tanya. Tentu cukup aneh melihat Tendo berkunjung selain membahas utang-utangnya. “Memangnya apa yang ingin kau bicarakan? Apa kau ingin mentraktirku untuk minum?”
“Sudahlah cepat buka pintumu sialan!”
Mendengar kakek Tendo yang terus berteriak, Lemiel dengan pasrah membuka pintu rumahnya. Tampak raut wajah kesal dari Tendo, bahkan kulit di wajahnya semakin mengeriput.
“Apa yang ingin kau bicarakan sebenarnya, tua bangka?”
“Berhenti memanggilku tua bangka sialan!” bentak Tendo. “Aku datang ke sini hanya ingin mengantarkan orang ini.”
Orang yang di maksud oleh Tendo adalah seorang pria di belakangnya. Pria berusia 24 tahun itu tiba-tiba tersenyum kegirangan, berambut coklat gelap dan sepasang mata cokelat.
Lemiel masih tak mengerti apa yang di bicarakan Tendo, dan melihat orang itu dengan kebingungan.
“Siapa dia?”
“Eh?! Kau tak mengenalku Rakshassin?!” Pria itu sangat terkejut sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Kau tak mengenalnya? Orang ini sejak tadi terus menanyakan di mana rumahmu! Bahkan dia terlalu berisik sampai menganggu para pelangganku.” Tendo tampak kesal saat menjelaskan kelakuan pria itu saat di barnya.
“Lalu kenapa kau menyalahkanku tua bangka sialan?!”
“Akhirnya kita bisa bertemu lagi Rakshassin!” seru pria itu dengan wajah girang.
“Namaku Lemiel brengsek,” umpat Lemiel dengan tatapan risih.
“Kau mengingatku kan? Aku Ravid Mahogany, kita pernah bertemu sebelumnya.”
Lemiel hanya terdiam sekaligus menatap pria bernama Ravid itu dengan tatapan aneh.
“Sudahlah, kuserahkan orang ini padamu. Aku tidak ingin membuat para pelangganku menunggu.” Kemudian, Tendo berjalan pergi menuju barnya—namun berhenti sejenak dan menatap Lemiel.
“Dan juga, jangan lupa membayar utang-utangmu dasar pengangguran!” umpatnya, meninggalkan Lemiel.
“Tenang saja tua bangka! aku akan membayar semua utang-utangku sekalian dengan biaya pemakamanmu!” umpat Lemiel.
***
Lemiel mengajak pria bernama Ravid itu masuk ke dalam rumahnya. Wajah Ravid tampak berseri-seri saat melihat kediaman Lemiel yang di penuhi aksesoris menyeramkan.
“Keren, kau memang seorang pahlawan yang paling keren!” seru Ravid sambil memandangi lukisan di dinding rumah Lemiel.
“Ha? Apa otakmu itu sedang sakit? Siapa kau sebenarnya, aku tidak pernah ingat bertemu dengan orang aneh sepertimu.”
“Kau benar-benar melupakanku?!” tanya Ravid dengan ekspresi terkejut.
“Biar kuingat, apa kau salah satu pedagang yang mencoba menawarkan barang barang murahan padaku?”
“Tentu saja bukan! Kau tidak ingat? Kita pernah bertemu sebelumnya saat di desa Kabaku.”
“Percuma, aku tidak mengingatnya.” Lemiel memegang kepalanya, mencoba mengingat apa yang di katakan Ravid.
“Waktu itu, kau telah mengalahkan bos dari kelompok bandit dan menyelamatkan desa Kubaku.” Ravid dengan girang, memaksa Lemiel mengingat dirinya.
Lemiel tiba-tiba saja teringat dengan pekerjaannya dua bulan yang lalu.
“Ah, aku ingat dengan pekerjaan itu. Tapi tunggu dulu, apa maksudmu dengan menyelamatkan desa Kubaku?”
“Bukankah kau membunuh para bandit itu untuk menyelamatkan desa?”
“Tunggu, aku hanya menyelesaikan permintaan Klienku untuk membunuh sekumpulan bandit di sana.”
“Ya, dan kau membunuh mereka semua, bahkan kau juga hampir membunuhku waktu itu!” seru Ravid bersemangat saat menceritakan itu.
“Kenapa kau malah senang brengsek?!” Lemiel menatapnya dengan heran.
“Hahaha, kuakui kau sangat kuat dan juga menakutkan waktu itu! Tapi aku sadar kau adalah seorang pahlawan sejati! Oleh karena itu aku datang kemari dan bergabung denganmu!” Dengan polosnya, Ravid tertawa dengan kencang saat membicarakan tujuannya.
“Hah?” Lemiel sampai tak bisa berkata-kata, dengan raut wajah bingung.
Lemiel sebenarnya baru teringat dengan Ravid saat pekerjaannya di desa Kubaku dua bulan yang lalu. Saat itu, semua bandit yang di bunuh Lemiel tergolong lemah, kecuali lemah.
Bahkan Lemiel mengakui Ravid jauh lebih kuat di bandingkan bos bandit yang di bunuhnya waktu itu. Lemiel sendiri cukup kesulitan mengalahkan Ravid, tapi dia berhasil melukainya cukup parah waktu itu.
“Rakshassin—tidak, maksudku Lemiel, mulai hari ini aku akan bekerja denganmu. Aku yakin kalau kita menggabungkan kekuatan, kita pasti bisa menyelamatkan orang-orang!” seru Ravid, memasang senyuman bodoh sekaligus polos.
“Tunggu dulu, bukankah kau salah satu dari para bandit itu?”
“Aku bukanlah bagian dari mereka. Justru aku mengira kau adalah pemimpin bandit-bandit itu, tapi aku salah. Ternyata kau adalah penyelamat desa Kubaku!”
“Jadi waktu itu kau mengira aku adalah pemimpin mereka?!” tanya Lemiel heran.
“Tentu saja! Lagipula kau terlihat seperti orang jahat, jadi aku langsung saja menyerangmu. Yah, tapi itu sudah berlalu hehehe. Aku tahu kau orang yang sangat baik dan aku ingin sekali bekerja denganmu!” Ravid tampak bersemangat saat menyampaikan tujuannya menemui Lemiel.
“Tunggu dulu brengsek. Aku bukanlah pahlawan atau apapun itu seperti yang kau pikirkan!”
“Tidak mungkin! Padahal kau telah menyelamatkan desaku ….” Tatapan Ravid seakan tak percaya.
“Apa kau tidak mengerti maksudku? aku ini seorang pembunuh bayaran, aku hanya di minta membunuh mereka semua.”
Seketika tatapan Ravid melebar seakan terkejut mendengar hal itu.
“Tidak, tidak, aku tidak percaya, meski tatapanmu cukup menakutkan, tapi aku tidak percaya kau seorang pembu—” Tiba-tiba saja, sebuah pedang mengarah tepat di hadapan wajah Ravid.
“Aku tidak ingin mengulangi kata-kataku.” Dengan tatapan serius, Lemiel mengarahkan pedangnya tepat di depan mata Ravid.
Seketika suasana berubah menjadi tegang. Sementara Ravid terdiam kehilangan kata-kata melihat tatapan Lemiel.
To be Continued …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
anggita
👏👏👊👊👍
2021-02-14
0
kimzky
oke
2021-02-06
0
Pak Monn
bunuh aja hahahhaahha
2021-01-28
0