NovelToon NovelToon

Bloody Dawn

Chapter 1 - Underground Jail

30 tahun yang lalu, Ras manusia setengah dewa atau yang di biasa di sebut Demigod, membuat pergerakan besar dan keputusan yang menggemparkan dunia.

Satu keputusan yang memicu amarah hampir semua ras yang ada di dunia.

Mereka berambisi mengatur semua jalannya pemerintahan sebagai “Dewa” yang menciptakan dunia.

Demi-god adalah salah satu ras terkuat yang di juluki sebagai manusia yang kekuatannya setara seperti dewa. Daratan Demigod berada di atas sebuah tebing besar yang menjulang ke langit dengan ketinggian 20 Kilometer diatas permukaan tanah. Tanah itu disebut dengan sebutan, “Holy Land” atau Daratan Suci.

Jelas terjadi penolakan sebagian besar ras di dunia atas pengakuan mereka, seperti Elf, Demi-human, Nereid, Surian, dan Manusia.

Ras Elf, Manusia peri dengan ciri khas bertelinga panjang. Mereka juga memiliki kekuatan sihir yang sangat besar di antara Ras lain.

Ras Demi-human, atau manusia setengah hewan. Mereka juga di sebut sebagai salah satu ras terlemah, tapi kemampuan bertarung mereka sangat terlatih dengan kekuatan fisik yang besar.

Ras Nereid, atau bisa juga di sebut Elf Laut dengan ciri khas bertelinga seperti sirip ikan. Kekuatan sihir mereka akan semakin besar jika bertarung di dasar lautan, oleh karena itu mereka banyak membangun pemukiman di dasar laut.

Ras Surian, atau manusia reptil. Ciri khas ras Surian memiliki lidah panjang dan rahang yang tajam. Kulit mereka juga jauh lebih keras di bandingkan yang lain. Oleh karena itu, mereka lebih mengandalkan kekuatan fisik di banding kekuatan sihir.

Dan yang terakhir Manusia, salah satu ras yang memiliki banyak macam sihir sekaligus ras tertua yang mengisi kehidupan dunia sejak lama.

Kelima Ras itu, menolak keras keputusan Demi-god secara mentah-mentah, dan bahkan mereka sama tidak berniat untuk menganggap Demi-god sebagai ras "dewa"..

Karena Invasi besar-besaran itu, kelima Ras tersebut bergabung menjadi pasukan aliansi yang sekaligus memicu pertempuran besar-besaran melawan kaum Demigod.

Terjadilah peperangan besar-besaran yang terus berlangsung selama bertahun-tahun lamanya. Dunia saat itu di landa oleh kekacauan hebat, banyak sekali kerajaan yang hancur dan mengalami krisis berkepanjangan.

Tidak terhitung juga berapa banyak nyawa yang melayang dari pihak Aliansi. Berbeda dengan Demigod yang di juluki sebagai salah satu ras terkuat, total korban mereka hanya menyentuh angka ratusan. Sangat berbeda jauh dari pihak aliansi yang berkisar ratusan ribu hingga jutaan.

Setelah bertahun-tahun di landa kekacauan panjang, dengan nyawa yang terus berjatuhan dari pihak Aliansi dan nyawa yang tidak berdosa, puncak peperangan akhirnya berakhir dengan kemenangan telak untuk ras Demi-god.

Akibat kemenangan itu, Lima pemimpin dari pihak Aliansi terpaksa menyerah di bawah pemerintahan Demi-god sekaligus mendeklarasikan Demi-God sebagai sosok "Dewa", dimana mereka dipaksa mengikuti semua peraturan yang di atur oleh dewan tertinggi Demi-God—Hensikha.

***

Arc 1 Rakshassin

March, N630 | Drakea Kingdom.

30 tahun setelah Demi-god mengambil sistem pemerintahan dunia, semua orang mulaiterbiasa menjalani kehidupan mereka, bahkan tidak sedikit dari mereka yang telah melupakan peperangan itu.

Kerajaan-kerajaan, khususnya wilayah manusia, perlahan pulih dari krisis peperangan 30 tahun lalu.

Salah satu dari kerajaan tersebut, adalah kerajaan Drakea.

Drakea terkenal sebagai kerajaan ‘minim’ hukum. Meski pembangunan di kerajaan tersebut tidak semaju kerajaan lain, penduduk Drakea hidup dengan damai di kerajaan tersebut.

Drakea memiliki istana kerajaan yang cukup megah sebagai pusat pemerintahan kerajaan. Tentunya, di istana tersebut menjadi tempat tinggal keluarga kerajaan.

Terdapat juga sebuah markas besar tentara sihir yang berjarak beberapa puluh meter di samping istana kerajaan. Tentara sihir Drakea atau dikenal sebagai“Shirogami” adalah pasukan bersenjata yang melindungi kedamaian seluruh penjuru kerajaan sekaligus pelindung bagi kerajaan.

Tapi …

Di bawah markas besar Shirogami, terdapat sebuah penjara bawah tanah yang sangat gelap. Penjara bawah tanah itu di buat khusus untuk pemberontak yang menentang pemerintah atau penjahat berbahaya.

Gelapnya penjara bawah tanah Shirogami, seperti menandakan tidak ada lagi masa depan untuk para tahanan tersebut. Penjara itu juga sangatlah sunyi menyelimuti kegelapan seolah kematian hanyalah tempat yang bisa mereka tuju.

Namun, ada satu tahanan yang saat ini mendekam dipenjara. Kedua tangannya terborgol menempel ke tembok beton, dengan kepala yang menunduk seolah putus asa.

Rambut hitam segelap malam dan sedikit acak-acakan, seorang pria berusia sekitar 24 tahun. Penampilan pria itu terlihat biasa saja dengan pakaian serba hitam. Terlihat juga sebuah pedang yang berkilau, tergeletak beberapa meter di hadapannya.

Tapi jauh dari kegelapan, tatapan merah darah dari sang pria seolah menjadi satu-satunya cahaya dari kegelapan penjara. Layaknya sebuah bintang yang akan tenggelam kedalam lautan darah pada sebuah malam tanpa bintang.

Tatapan itu...

Itu adalah tatapan dari seorang pembunuh dengan aura mengerikan yang dapat membuat siapa saja berlari ketakutan.

***

Underground Prison, Markas Shirogami, Ibukota Dhuris.

“Oi, apa kau dengar? Orang itu masih di tahan di tempat ini.”

“Benarkah? Kukira orang itu sudah di eksekusi mati.”

“Yah, sayangnya tidak seperti itu. Kalau aku jadi komandan, aku pasti sudah mengeksekusi orang itu.”

“Hahaha, mana mungkin kau bisa menjadi komandan?!”

“Kan itu hanya misalnya!”

“Tapi … kalau tidak salah, dia sudah di tangkap beberapa kali kan?”

“Entahlah, sebaiknya kita berhati-hati.”

“Aku setuju, tatapan  merah orang itu sangatlah menakutkan.”

“Ya, apalagi setelah mendengar rumor tentangnya dari wakil komandan.”

“Uh... sebaiknya cepat kita segera pergi dari sini.”

“Kau benar."

Dua orang yang sedang mengobrol, mereka adalah anggota dari pasukan Shirogami. Seragam yang mereka kenakan memiliki ciri khas berwarna putih dengan beberapa garis emas di sekitar lengan seragam, sesuai makna dari nama Shirogami itu sendiri.

Mereka tidak hanya datang berdua, melainkan berjalan di keheningan penjara bawah tanah bersama seorang wanita berambut panjang dengan kedua tangannya yang terborgol.

Ekspresinya tampak begitu datar saat wajahnya menunduk. Dia berjalan di arah depan, bersama dua prajurit Shirogami yang menuntunnya dari belakang.

Melewati beberapa sel penjara yang tampak kosong, dua orang itu berhenti di depan sebuah penjara yang tampak kotor dan tak terawat. Mereka kemudian membuka pintu sel dengan sebuah kunci dan seolah mengerti, sang wanita berjalan masuk ke dalam rumah barunya.

Setelah memastikan wanita itu masuk, kedua prajurit itu kemudian mengunci pintu sel yang terbuat dari batu anti-sihir itu dan langsung meninggalkan penjara tanpa berkata apapun. Mereka bergegas pergi meninggalkan tempat itu, merasa ketakutan dengan sosok yang ada di depan sel wanita itu.

Kemudian—

“Maaf ya, Nona. Sepertinya aku akan menganggu pemandanganmu.”

Sebuah suara yang terdengar datar, memecah keheningan penjara bawah tanah Shirogami, Lemiel Raksha.

“Tapi aku sangat senang. Entah sudah berapa lama aku tidak melihat wanita di tempat ini,” lanjutnya kemudian.

Tidak seperti sebelumnya yang terdengar datar, suaranya kali ini berubah seolah hendak mencairkan suasana. Tapi, tidak satupun respon yang keluar dari sang wanita berambut biru gelap itu.

Jika di lihat dari arah sang wanita, tepat di hadapannya adalah sel penjara dari Lemiel Raksha..

Karena sang wanita masih tidak memberikan respon, Lemiel menghela napas berat.

“Tidak ada respon ya? Sayang sekali, padahal aku sudah senang bisa melihat orang lain selain diriku di tempat menyedihkan ini.”

Wanita itu tetap tidak memberikan respon sedikitpun. Dia hanya duduk menyandar ke tembok yang dilapisi oleh anti-sihir, sambil sesekali melirik ke arah Lemiel yang sejak tadi menunduk saat berbicara dengannya.

Suasana penjara kembali diselimuti kesunyian, dan berakhir dengan Lemiel yang kembali ditelan rasa kesepiannya.

***

Dua hari telah berlalu.

Menghabiskan hari demi hari di penjara bawah tanah Shirogami, keheningan  seperti malam yang abadi.

Bahkan mereka berdua belum berbicara lagi sejak Lemiel membuka pembicaraan dua hari terakhir—

“—Namamu Lemiel Raksha, bukan?” Pertanyaan singkat sekaligus datar dari sang wanita, memecah keheningan

“… jadi harus menunggu dua hari ya untuk berbicara denganku?” Gelapnya sel penjara membuat wajah Lemiel tertutup oleh kegelapan, kecuali sepasang mata merah darahnya yang seolah bersinar dari gelapnya sel penjara.

Namun, wanita itu tahu kalau Lemiel sedang tersenyum, terdengar dari bagaimana caranya merespoon.

“Apa aku benar?”

“Aku tidak menyangka bisa terkenal dikalangan wanita.”

“Kudengar kau orang yang sangat berbahaya.”

“Itu terdengar berlebihan, Nona.”

“Memang itu hanya rumor, tapi tatapanmu sudah membuktikan kebenaran akan rumor itu.”

“Bisakah kita memulai pembicaraan ini secara normal? Seperti perkenalan nama mungkin?”

“Aku hanya tidak mau berbasa-basi.”

“Wah, benar-benar datar. Tapi kau wanita yang menarik.”

“Apa kau sedang menyindirku?”

“Kau terlalu berburuk sangka. Aku hanya ingin berkenalan denganmu.”

Wanita itu terdiam dan sempat ragu. Berpikir kalau kata-katanya adalah sebuah kejujuran, apa yang di katakan Lemiel sama sekali tidak ada salahnya. Dan sepertinya tidak ada sesuatu yang perlu dicurigakan olehnya.

Mungkin untuk saat ini...

“Baiklah, namaku Selena.”

“Seperti yang kau katakan, namaku Lemiel, senang berbicara denganmu.” Lemiel mengangkat wajahnya, melirik ke arah sang wanita yang bernama Selena itu.

Sejak awal, mereka berdua memang berbicara tanpa menatap satu sama lain. Dan setelah menghabiskan malam yang panjang, untuk pertama kalinya mereka saling bertukar pandangan satu sama lain. Tentu Selena hanya membalasnya dengan tatapan datar.

“Entah sudah berapa lama aku tidak mengobrol seperti ini. Ah, rasanya sangat melegakan. Sebenarnya aku sudah hampir putus asa karena tidak bisa mengobrol dengan siapapun,” lanjutnya dengan sebuah ******* kecil.

“Tapi dari nada bicaramu, kau tidak seperti orang yang putus asa.”

“Aku hanya mencoba menyesuaikan diri. Kau tahu? kita harus bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar."

Lemiel terus merespon setiap perkataannya dengan santai, bahkan sesekali melempar sebuah candaan yang hanya di respon oleh tatapan datar Selena.

“Kenapa kau berada di penjara ini?”

“Itu juga menjadi pertanyaanku.”

“Jadi kau tidak tahu kesalahanmu?”

“Kalau di sebut tidak tahu, mungkin itu kurang tepat. Alasan mereka menagkapku lebih terdengar konyol bagiku.”

“Konyol?”

“Lupakan saja. Aku tidak ingin memperburuk reputasi Shirogami."

Mendengar cara Lemiel menanggapi pertanyaannya, Selena tentu heran. Kenapa dia menganggap hal ini seperti sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan? Apa memang seperti itu sifat aslinya?

“Kalau begitu, aku punya pertanyaan untukmu.” Selena menatap Lemiel dengan tajam hingga membuat suasana menjadi hening.

“Apa kau orang yang dipanggil sebagai Iblis Merah pada pertempuran Karagis 6 tahun lalu?" lanjutnya.

Lemiel dihadapkan dengan pertanyaan itu, dan terdiam selama beberapa saat.

Terdiam, saat sudut bibirnya tak berubah dan mata merah darahnya—dapat Selena rasakan bahwa suasana percakapan ini telah berubah.

Terutama saat mengetahui, itu adalah tatapan yang mengeluarkan hasrat membunuh.

To be Continued…

[Edited, 04-09-2021]

Chapter 2 - Prisoners

Ilustrasi Lemiel Raksha & Selena Mystin.

Perlu di ingat ya, ilustrasi ini bukanlah karya author sendiri, melainkan orang lain. Author di sini hanya ingin memudahkan pembaca untuk membayangkan karakternya.

Nama: Lemiel Raksha.

Umur: 24 Tahun.

Nama: Selena Mystin.

Umur: 23 Tahun.

_________________________________________

Suasana penjara bawah tanah masih di selimuti keheningan yang menusuk—Lemiel tiba-tiba saja menaikkan sudut bibirnya, seolah ingin mencairkan suasana.

“Jujur saja, aku lebih senang disebut tahanan daripada panggilan seperti itu.”

Melihat perubahan sikap Lemiel saat ini, Selena terdiam menatapnya dengan datar. Entah hanya perasaannya atau bukan, dia cukup yakin kalau tatapan tadi, adalah tatapan seorang monster yang hendak membunuh mangsanya.

Tapi meskipun begitu, masih ada satu pernyataan yang ingin dia konfirmasi kebenarannya.

“Aku pernah mendengar tentangmu kalau dulunya kau seorang pemberontak.”

“Itu hanyalah rumor yang dibuat oleh mereka yang kemudian beredar dimasyarakat. Sekarang aku hanyalah korban salah tangkap."

“Walau kau berkata seperti, tatapan membunuhmu sudah menjelaskan semuanya.”

Lemiel terdiam, menurunkan wajahnya. Tak terlihat jelas ekspresi yang diperlihatkan Lemiel dari gelapnya sel penjara.

“Tatapan membunuh ya?” gumam Lemiel.

Mendengar nada bicara Lemiel yang lebih terdengar lebih berat dari sebelumnya, Selena menyembunyikan kebigungannya dengan tatapan datar. Apa dia memang sudah putus asa berada di penjara?

“Tapi kau beruntung,” lanjutnya. “Di bandingkan diriku, kau punya mata yang indah.”

Ketika mendengar pujian seperti itu, Selena mengkerutkan keningnya seolah terkejut ketika mendengar kata-kata itu keluar dari mulut seorang kriminal berbahaya sepertinya.

“Apa maksudmu?”

“Jangan salah paham, aku hanya menyukai warna matamu. Entah kenapa itu terlihat indah dengan warna rambutmu."

“Apa kau sedang menggodaku sekarang?”

“Yah, kalau kau menganggapnya begitu, aku tidak keberatan. Tapi setidaknya jangan memasang raut datar seperti itu. Aku jadi terlihat seperti orang yang sok akrab."

“Aku sama sekali tidak mengerti dengan maksud perkataanmu. Aku mulai ragu apa kau memang pemberontak haus darah itu.”

“Hehe… aku senang mendengarnya.”

“Lebih tepatnya, kau hanya tahanan yang menyedihkan.”

“Ternyata ucapanmu memang menyakitkan ya."

Percakapan mereka berdua akhirnya berakhir. Baik Lemiel maupun Selena, sama-sama tidak memiliki niat tersembunyi dari obrolan mereka. Kecuali Selena yang merespon setiap perkataan Lemiel dengan nada datar.

Tidak lama setelah itu, terdengar beberapa hentakan kaki yang memecah keheningan penjara. beberapa anggota Shirogami mendatangi penjara bawah tanah. Dari suara langkah kaki itu, jelas mereka sedang berjalan ke tempat mereka.

Ada tiga perwira yang memasuki penjara itu. Salah satu dari mereka memakai seragam yang sedikit berbeda dengan dua orang di belakangnya. Seragamnya memiliki sebuah lencana perak di dada kanannya, bertuliskan kapten. Pedang khas pasukan Shirogami juga menempel di pinggangnya dengan gagah saat berjalan.

Sang kapten itu kemudian berhenti di depan sel milik Lemiel, dan menatapnya. Pria berambut coklat terang itu menaikkan sudut bibirnya, menyaksikan Lemiel yang sedang terborgol tak berdaya.

Sedangkan kedua anggota Shirogami lainnya menahan rasa takut ketika berada di depan penjara Lemiel.

“Sepertinya kau sangat menikmati waktumu di dalam sana.”

Mendengar suara pria itu, senyuman kecil terpancar dari bibir Lemiel.

“Oh, Kapten Divisi 2, Arsen Kruger. Kau semakin gagah saja dengan seragam shirogami itu.”

“Ka-kapten Arsen, anda sebaiknya berhati-hati dengannya.”

“Y-ya, dia orang yang berbahaya!”

Kedua prajurit itu tampak berusaha mengingatkan Kapten Divisi 2 itu dengan wajah panik, namun pria yang bernama Arsen itu menghiraukan perkataan mereka.

“Tenang saja, dia tidak akan menggigit selama ada di kandangnya.”

“... jadi kau menganggapku seperti anjing ya?” tutur Lemiel.

“Mungkin lebih tepatnya seorang iblis."

“Uhh... menakutkan.” Lemiel merespon kata-katanya dengan nada mengejek, membuat Arsen sedikit menahan kesal.

Kemudian, Arsen mengeluarkan kunci dari seragamnya lalu membuka pintu sel Lemiel. Dia masuk ke dalam penjara dan menaruh beberapa makanan di hadapan Lemiel yang melihatnya dengan senyuman kecil.

“Kau memang aneh, Lemiel. Wajahmu terlihat seolah terbiasa saat di penjara." Arsen selesai meletakkan jatah makanan milik Lemiel.

“Bukankah kalian sendiri yang sering mehananku di sini?” Lemiel melirik sebuah roti lapis daging dan sebuah minuman di hadapannya.

“Yah, aku mewakili semua pasukan Shirogami meminta maaf akan hal itu.”

“Kalau mau meminta maaf, seharusnya kau membawakanku sebotol anggur.”

“Kami tidak menyediakan itu untuk tahanan sepertimu, Lemiel.”

“Sayang sekali,” ucapnya dengan helaan nafas. “Tapi aku masih bertanya-tanya, kenapa kalian bersikeras mencurigaiku? Aku sebenarnya tidak keberatan, tapi reputasi Shirogami akan di pertanyakan oleh penduduk Drakea.”

“Untuk kasusmu, kurasa tidak ada yang harus kami khawatirkan.”

“Begitu ya, entah kenapa aku tidak bisa menyangkalnya.”

Menjongkok ke hadapan Lemiel, Arsen lalu membuka kedua borgol yang menahannya.

“Ya, tapi setidaknya kau masih bisa bebas untuk sekian kalinya.”

Lemiel menggerak-gerakkan tangannya setelah hampir sebulan terborgol di tembok.

“… akhirnya aku bisa menggunakan tanganku lagi. Aku sudah lelah diperlakukan seperti seekor anjing.”

Kedua prajurit Shirogami yang berada di luar tampak semakin ketakutan saat Kapten mereka membebaskan Lemiel, berpikir kalau Lemiel bisa saja menyerang mereka.

“Ka-kapten Arsen apa kau yakin membebaskannya?!” tanya salah satu prajurit dengan panik.

Arsen menghela nafasnya. “… mau bagaimana lagi, ini adalah perintah Komandan.”

“Ta-tapi Kapten … dia orang yang berbahaya.”

“Tak perlu khawatir, meski dia ini berbahaya tapi dia tidak akan menyerang kalian. Lagipula ini juga perintah dari Komandan, jadi aku tidak bisa menolaknya. Atau... kalian keberatan dengan keputusan beliau?”

“Kapten, maafkan kami!” Kedua orang itu kemudian membungkukkan badan mereka sebagai tanda permintaan maaf. “Mulai hari ini, kami berjanji akan terus mengikuti kapten!” lanjut mereka dengan suara lantang.

Melihat tingkah kedua anak buahnya sekarang, Arsen menghela nafas berat.

“Terserah kalian saja.”

Melihat tindakan mereka, Lemiel menaikkan sudut bibirnya. “Kau punya beberapa bawahan yang menarik.”

“Meski terkadang bodoh, mereka tetaplah bawahanku.”

Lalu dia berjalan keluar dari bilik selnya, dan menatapnya kembali. “Oh, satu lagi. Aku memang tidak tahu kenapa Komandan membebaskanmu, tapi aku masih membencimu,” lanjutnya meninggalkan Lemiel.

Menanggapi perkataan itu, Lemiel meliriknya tajam dengan senyuman kecil.

Kemudian Arsen terlihat mendatangi sel Selena dan berhenti di depannya. Dua anak buahnya yang sejak tadi membungkuk hormat, kembali berdiri tegak mengikuti Arsen.

Selena yang sejak awal mendengar percakapan mereka, hanya menatapnya datar. Ketidaksukaan jelas terlukis dari raut wajahnya.

“Namamu... Selena Mystin bukan?” tanya Arsen, mengerutkan keningnya.

“….”

“Kalau tidak salah keluarga Mystin adalah salah satu keluarga terkuat di kerajaan ini,” lanjutnya.

Mendengar identitas Selena dari mulut Arsen, Lemiel menghentikan makannya sejenak dan terfokus dengan mereka berdua. Sedangkan kedua prajurit Shirogami mengangguk seakan mengetahui informasi itu.

Hanya Lemiel seorang di tempat itu yang tidak mengetahui informasi tersebut. Memang Lemiel sedikit menaruh kecurigaan terhadap Selena karena dia memiliki aura yang cukup kuat.

“Sayang sekali, keluarga Mystin sudah kehilangan kejayaannya sejak peperangan 6 tahun lalu,” lanjut Arsen dengan senyuman mencurigakan.

“Tutup mulutmu!” bentak Selena dengan tajam.

“Wah, sayang sekali kau memasang tatapan seperti itu. Padahal kau punya wajah yang cantik.”

“Jangan pernah membicarakan itu dari mulut kotormu!"

“Aku sebenarnya tidak terlalu mengerti, tapi aku juga diperintah untuk membebaskanmu.”

Menghiraukan tatapan Selena, Arsen membuka pintu sel Selena, dan masuk ke dalamnya. Tak lupa Arsen juga melepas borgol di tangan Selena.

“Oh iya, bagaimana kalau setelah ini kita meminum teh di tempatku?” Arsen melengkungkan senyuman sedikit menggoda.

“Apa maksudmu?!”

“Tenang saja, aku ini cukup kuat. Kalau kau menikah denganku, aku bisa memulihkan kejayaan keluarga Mystin. Bagaimana, apa kau tertarik nona Selena?”

“Kau tidak lebih baik dari tumpukan sampah,” umpatnya datar.

“Mungkin aku akan sakit hati kalau dia mengatakan itu padaku,” gumam Lemiel yang menguping percakapan mereka dari balik jeruji besi.

Tepat setelah mendengar umpatan Selena, Arsen mengenggam pedangnya dengan erat.

“Kau wanita yang sangat sombong rupanya." Lalu dia menghunuskan pedangnya yang dengan cepat dintangkis oleh Selena dengan pedang hitamnya.

Pertemuan kedua bilah pedang yang cukup sengit pun terjadi. Ayunan pedang dari Arsen maupun Selena menimbulkan bunyi gesekan dan sedikit percikan dari gelapnya penjara.

Kedua anggota Shirogami hanya bisa terdiam. Tentunya mereka tidak berani menghentikan Kapten mereka selain menyaksikan pertarungan itu dari luar sel.

Namun, ayunan pedang Arsen jauh lebih unggul, dari segi kekuatan maupun fisik. Arsen lalu menebaskan pedangnya dengan kuat yang menerbangkan pedang Sele

Selena mencoba mengambil kembali pedang miliknya, tetapi—Arsen langsung mengarahkan pedangnya tepat dihadapan wajahnya dan—"Apa yang kau lakukan?!” tanyanya tiba-tiba dengan nada berat.

Terlihat mata pedang yang begitu tajam, mengarah tepat dibelakangnya.

“Harusnya aku yang menanyakan itu, Kapten Arsen.” Dengan wajah datar, Lemiel mengarahkan pedangnya tepat dibelakang leher Arsen.

Melihat hal itu, sontak kedua anak buah Arsen terkejut. Bahkan saking terkejutnya, mereka sampai mengecek penjara Lemiel yang ternyata sudah kosong.

“Sejak kapan dia?!”

Mereka sama sekali tak sadar dengan pergerakan Lemiel yang begitu cepat, hingga membuat bahu mereka gemetar ketakutan.

Arsen terdiam menyembunyikan kepanikannya, merasakan aura membunuh yang pekat dari kedua tatapan merah darah dari pria yang berada dibelakangnya sekarang.

Sementara Lemiel, menikmati ketakutan dari mata Arsen dengan senyuman yang mengeluarkan hasrat pembantaian.

To be Continued…

Chapter 3 - Sword Clash

Merasakan hasrat membunuh yang pekat dari sorot mata Lemiel, Arsen menurunkan pedangnya dari hadapan wajah Selena. Menyembunyikan rasa paniknya, Arsen mencoba melirik pedang yang sekarang ini mengarah tepat dibelakangnya.

"... kau memang berbahaya, Lemiel."

"Aku akan sangat senang jika kau berhenti menyebutku berbahaya."

"Kalau begitu, apa maksudnya ini?" Arsen melirik matanya ke belakang, menatap pedang Lemiel yang tertuju padanya.

"Tentu saja sebagai warga kerajaan yang baik, aku harus mengingatkan aparat kerajaan agar tidak melakukan hal-hal bodoh."

Arsen menahan kekesalannya mendengar alasan menyebalkan itu. Tapi tetap saja, dia masih terkejut karena tidak sadar dengan pergerakan Lemiel.

Sementara Selena, terduduk menyandar tembok dengan alis mengernyit berusaha mencerna apa yang sekarang terjadi didepannya. Entah karena terlalu fokus dengan serangan Arsen, Selena sama tak menyadari keberadaan Lemiel yang sudah berada dibelakang pria berambut coklat itu.

Apa dia menggunakan semacam sihir kecepatan?! batin Selena menatapnya tajam.

Sudut bibir Arsen melengkung sinis dan berkata, "Kukira kau menyerangku karena aku sudah menganggu temanmu."

"Huh? Jangan bercanda. Kita berdua hanyalah tahanan di tempat ini. Lagipula, dia terlihat membenciku," sanggahnya santai.

"...." Selena tidak mengatakan apapun terhadap pernyataan itu.

Arsen hanya diam lalu—ayunan pedang seketika mengarah ke hadapan Lemiel. Meski sedikit terkejut, Lemiel menangkis serangannya dengan mudah.

"Oi, apa-apaan ini?!"

"Aku tidak akan membiarkanmu bebas seenaknya!" geram Arsen, lalu menguhunuskan pedangnya kembali.

"Aku tidak mengerti kenapa kau mengayunkan pedangmu padaku, tapi jika warga Drakea tahu hal ini reputasi Shirogami pasti akan dipertanyakan."

"Brengsek!" Arsen terus mengayunkan pedang peraknya berkali-kali. Meski raut wajahnya menunjukkan kesulitan, dia tidak mengendurkan serangannya sedikitpun.

Melihat kesulitan yang dialami Arsen, Lemiel memiringkan senyumannya dengan maksud tertentu. Hanya menggunakan pedang kesayangannya, Lemiel menangkis setiap serangan itu dengan mudah.

Bagi Lemiel, serangan itu tidak menimbulkan kesulitan yang berarti. Bahkan dia menerima semua serangannya dengan santai. Kemampuan itu membuktikan dirinya jauh lebih unggul dari Arsen.

"Kenapa kau tiba-tiba marah begitu? Harusnya aku yang marah di sini. Ingatlah, kau hanya memberikanku makanan sehari sekali, itupun hanya sepotong roti lapis."

Meski keadaannya tidak tepat, tapi Lemiel menggunakan momen itu untuk menyampaikan protesnya selama dipenjara sekaligus memancing kemarahan Arsen.

"Kurang ajar, bertarunglah dengan serius!"

"Mana mungkin aku melakukannya, jika kau sampai terluka memangnya kau akan menjamin aku tidak akan dipenjara?"

"Jangan meremehkanku, berengsek!" Arsen semakin dikuasai amarah, mengayunkan pedangnya secara brutal.

"Aku tidak bermaksud seperti itu," balasnya, menahan tebasan Arsen yang kali ini cukup membuatnya kesulitan.

Kemudian, Lemiel memberi tebasan balasan berkali-kali lipat, membuat pedang perak Arsen terhempas ke udara—dengan cepat, Lemiel langsung mengarahkan pedangnya tepat di tengah kedua matanya.

Matanya terbelalak, Arsen terdiam menyembunyikan raut wajahnya, melihat tajamnya bilah pedang itu yang bisa saja menembus keningnya.

"Hentikan saja perbuatanmu ini."

Mendengarnya berbicara dengan nada datar, Arsen menahan perasaan kesal sambil memalingkan wajahnya.

Lemiel memiringkan senyuman, merasa puas setelah memojokkan Arsen. Lalu dia menarik pedangnya dari hadapan Arsen dan memasukannya kedalam sabut.

Sementara kedua bawahan Arsen hanya bisa terdiam dengan ekspresi tercengang, menyaksikan pertarungan mereka dari luar sel. Mereka menolak untuk percaya melihat Kapten divisi mereka terpojok sampai seperti itu.

"Di-dia memang monster ...."

Orang ini, dia tidak mengandalkan kecepatannya. Dia hanya sudah terbiasa bertarung di medan pertempuran, batin Selena, mengamati pertarungan mereka berdua.

Banyak sekali pertanyaan di kepala Selena sekarang. Tapi dia bisa kesampingkan itu. Kemudian, Selena yang seakan tak peduli dengan dua orang lelaki di depannya, menggerakkan tangannya untuk mengambil pedang hitamnya yang telah tertancap di tanah.

Berdiri tanpa mengatakan apapun, Arsen hanya bisa menahan perasaan kesal sambil membersihkan seragamnya yang kotor akibat terjatuh. Dia keluar begitu saja dari sel penjara itu, berdiri bersama kedua bawahannya.

"Hari ini kau bisa bernafas lega, Tuan mata merah." Setelah memberi ucapan singkat itu, Arsen segera meninggalkan mereka menuju pintu keluar penjara bawah tanah, diikuti kedua bawahannya dari belakang.

"Terserah kau saja. Oh iya, jangan lupa sampaikan salamku pada orang itu."

Lemiel melambaikan tangannya dengan santai. Tapi Arsen dan kedua bawahannya menghiraukan sikapnya, pergi meninggalkan mereka.

"Bodoh sekali." Sambil berdiri, Selena lalu menatapnya

"Kenapa kau memanggilku seperti itu?"

"Aku tidak butuh bantuanmu."

"Tanganmu terkilir, kan? Itulah kenapa pedangmu sampai terlepas dari genggamanmu."

Selena hanya terdiam ketika pria berambut hitam ini menyadari keadaan tangannya.

Sejak awal Lemiel telah mengetahaui tangan Selena yang terkilir akibat borgol yang mengikat tangannya dan alasan pribadi Lemiel membantu Selena sebenarnya hanya ingin memberi sedikit ancaman kepada Arsen.

"Huff... lagipula orang itu sengaja melakukan itu agar aku menyerangnya. Jadi kau tak perlu khawatir soal lamaran itu," lanjutnya.

"Bukan itu yang kupikirkan."

"Benarkah? Kukira sejak tadi kau terdiam karena memikirkan lamarannya."

"Apa kau ini bodoh?"

"Heheheh, ternyata berbicara denganmu cukup menyenangkan juga."

Selena tak menanggapi perkataannya dan pergi begitu saja dari sel penjara menuju pintu keluar.

"Oi, jangan diam menghiraukanku begitu. Setidaknya kita bisa berjalan bersama dari sini," keluhnya.

***

Center Area, Dhuris Capital, Drakea Kingdom.

Lemiel dan Selena selesai melapor pembebasan mereka kepada beberapa prajurit Shirogami, meski Lemiel sempat bersitegang dengan mereka. Tapi itu tidak berlangsung lama. Sekarang mereka berdua memandangi suasana ibukota Dhuris.

Tampak banyak sekali penduduk sedang berlalu lalang di tengah kota. Kerajaan Drakea sendiri berada di wilayah Ras Manusia, tapi bukan berarti ras selain manusia dilarang menginjakkan kaki di wilayah manusia dan itu juga berlaku bagi kerajaan Drakea.

Tapi kenyataannya jarang sekali ada pendatang dari ras lain ke kerajaan Drakea jika dibandingkan kerajaan lain yang ada di wilayah Manusia. Mungkin itu disebabkan oleh tingkat kejahatan yang cukup tinggi di kerajaan Drakea.

Pemandangan di depan Lemiel dan Selena saat ini terdapat banyak pertokoan, seperti restoran, toko senjata, tempat minum-minum dan masih banyak lagi.

Sinar matahari yang sudah meninggi membuat Lemiel menyipitkan matanya, "Entah sudah berapa lama aku tidak melihat matahari ...."

Wajar saja Lemiel berkata seperti itu, dia sendiri sudah hampir sebulan mendekam di penjara bawah tanah, ditambah kegelapan yang selalu menyelimuti penjara.

Selena menatapnya datar sambil mengedipkan matanya beberapa kali yang membuat Lemiel heran.

"Apa kau juga tinggal di kota ini?"

"Begitulah, lebih tepatnya aku memiliki pekerjaan di sekitar Nacaome."

"Pekerjaan?" Selena menatapnya ragu.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Tentu saja, aku tidak yakin pembunuh sepertimu bisa bekerja di kerajaan ini."

"Enak saja, aku menawarkan jasa di tempatku." Lemiel sedikit tersinggung dengan ucapan Selena yang terdengar meremehkannya.

"Aku mengerti, jadi kau menawarkan jasa untuk wanita-wanita malam. Sudah kuduga kau memang pria yang busuk."

Cara bicara Selena yang tampak yakin itu mulai membuatnya kesal.

"Bukan itu! Bisakah kau berhenti menganggapku seperti seorang sampah?!"

"Maaf tidak bisa."

Lemiel menghela nafasnya, menahan kesabaran menghadapi wanita itu.

"... apapun yang kau pikirkan tentangku sekarang, jawabannya bukan itu. Yang jelas, aku tidak akan memberitahumu."

"Tenang saja, aku juga tidak ingin mengetahuinya."

"Kau ini... seharusnya kau itu bisa membuat wajahmu sedikit lebih ramah. Tatapanmu itu terlalu datar seperti orang mati saja."

"Aku tidak mau mendengarnya dari orang yang punya tatapan pembunuh sepertimu."

"Itu tidak ada hubungannya denganku kan?!”

"Kalau begitu sampai jumpa." Tanpa berbasa-basi lagi, Selena berjalan pergi

"Hei, kalau ada waktu mampirlah ke Bar Tendo di bagian Nacaome, mungkin kita bisa minum-minum di sana, yah... itu kalau kau tidak keberatan."

"Mungkin bisa kupikirkan ....," jawab Selena yang sudah menjauh pergi.

Lemiel memandang punggung Selena yang menjauh dengan ekspresi datar, kemudian menyipit tajam sambil tersenyum tipis.

"Mystin ya ...."

Dia teringat dengan penyataan Arsen tentang identitas Selena yang sebenarnya.

Kerajaan Drakea memang memiliki banyak pasukan tempur selain tentara sihir Shirogami, yaitu 5 keluarga terkuat sekaligus terpandang di kerajaan Drakea. Salah satu dari 5 keluarga itu adalah keluarga Mystin, dan Lemiel tidak asing dengan nama itu.

Tapi dia tidak menyangka, salah satu keluarga Mystin yang terkenal itu bisa mendekam di penjara. Itu menjadi pertanyaan yang cukup membuatnya penasaran.

"Wanita yang rumit ...." Lemiel menggaruk kepalanya yang tidak gatal, menghilangkan pertanyaan bodoh yang sempat dipikirkannya.

Sambil memasukkan kedua tangannya dalam kantung celana hitamnya, Lemiel berjalan pulang dengan menyembunyikan raut wajahnya.

Tapi baru beberapa menit berjalan, terdengar suara teriakan seorang wanita tua tak jauh darinya.

"Tolong siapapun! Orang itu mengambil barang-barangku!"

Wanita itu terus berteriak, namun orang-orang yang berada di tempat itu tampak tak peduli dan sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Pencuri yang mengenakan penutup wajah itu terus berlari melewati jalan yang sama di lewati Lemiel dari berlawanan arah.

"Hahaha! Ternyata kota ini mudah sekali!" Pria itu berpapasan dengan Lemiel yang sedang berjalan menyembunyikan raut wajahnya.

"Jika begini terus mu—" Kepala dari pencuri itu tiba-tiba saja tergeletak, perlahan mengalirkan darah. Lalu tubuh pria itu menyusul roboh ke paving jalan, kejang-kejang sebelum benar-benar mati.

Seketika orang-orang yang melihat pemandangan itu berteriak histeris. Beberapa orang juga langsung melarikan diri melihat teror tersebut.

"Kenapa dia tiba-tiba mati?!"

"Siapa yang melakukannya?!"

Beberapa orang terus menanyakan itu dalam keadaan panik dan kebingungan.

Sedangkan wanita tua yang barangnya tercuri, menyaksikan kematian pencuri dari kejauhan. Sorot matanya tampak kosong, bibir setengah keriputnya juga bergetar. Lalu kedua matanya melebar ketika Lemiel melewatinya dengan wajah menurun.

Spontan wanita itu terkejut, memandangi Lemiel yang perlahan menjauh.

"Jangan-jangan orang itu ...."

Lemiel terus berjalan meninggalkan orang-orang itu dalam kebingungan, menunduk, menutupi raut wajahnya.

To be Continued….

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!