“Kakak … baik-baik saja?” ucap anak itu dengan gemetar. Tatapan matanya juga gemetaran, mengamati kondisi Lemiel yang sedang terluka parah. Meski umurnya masih 7 tahun, dia tahu dengan luka seperti itu siapapun pasti akan langsung sekarat.
Namun berbeda dengan Lemiel. Dengan kesadaran yang hampir memudar, Lemiel menggerakkan bibir pucatnya.
“Pergilah … dari sini, bocah.” Lemiel tampak kesulitan saat berbicara, nafasnya juga terdengar berat. Tentu reruntuhan batu yang ditahannya sekarang membuat paru-parunya tertekan.
Pikiran gadis kecil itu seketika terhipnotis dengan perintah Lemiel. Lalu dia bergegas pergi sambil memeluk boneka domba yang tampak kotor tanpa mengatakan apapun.
Melihat kepergian gadis kecil itu, tenaga Lemiel semakin terkuras akibat menahan reruntuhan itu. Kesadarannya semakin memudar, dan—puing-puing beton kini telah menimpanya hidup-hidup.
Jack menyaksikan adegan itu dengan duduk menyandar disalah satu tembok rumah. Sudut bibirnya menaik, suara tawanya terdengar di paksakan.
“… oi, apa aku tidak salah lihat? Seseorang yang di juluki iblis dari peperangan Karagis, malah mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi seorang anak kecil?! Jangan bercanda … aku pasti salah lihat, kan?!” Jack menumpahkan semua pertanyaannya dengan wajah gemetar.
Jack sangat yakin apa yang di lihatnya sekarang hanyalah sebuah omong kosong. Di kepala pria itu, Lemiel tidak akan mungkin berkorban demi menyelamatkan seorang anak kecil. Tidak, Jack sangat yakin kalau itu benar-benar mustahil.
“Apa iblis sepertimu memang masih memiliki hati manusia, LEMIEL RAKSHA?!!” Jack meneriakkan amarahnya dengan mata melotot. Bagi Jack, apa yang di lakukan Lemiel sama saja dengan menghina dirinya sendiri.
Terlihat dari bawah reruntuhan beton, jari-jari Lemiel masih bergerak gerak seakan menunjukkan api kehidupan. Dengan tubuh yang penuh luka, tatapan datar di sertai darah yang menetes, Lemiel kembali berdiri seperti seorang mayat hidup.
Puing-puing beton juga menimbulkan bunyi dentuman bersamaan bangkitnya Lemiel.
Nafasnya terdengar berat, bersamaan dengan darah segar yang bercucuran. Lemiel memandangi Jack dengan tatapan setengah terbuka.
“… kau berisik sekali, bajingan.”
Kening Jack mengenyit di sertai tawa gemetaran. “Kau benar-benar terlihat seperti monster sekarang ….”
“Terserah saja kau mau memanggilku apa. Tapi, hatiku ini masih seorang manusia.”
“Heheheh, Iblis yang mengaku dirinya manusia ya. Kau memang orang yang mengerikan, Lemiel!”
Kaki-kaki Lemiel terlihat sedang memaksakan tubuhnya untuk berjalan, mengambil pedangnya yang sempat terlempar saat mendorong gadis kecil tadi.
“Oi, apa yang kau lakukan? Aku tidak terima jika aku harus bertarung dalam kondisimu yang seperti itu!” ucap Jack melihat
“Kau sendiri yang mengatakan ingin membunuhku. Bukankah Ini adalah kesempatan emas untukmu?”
Jack menggertakkan giginya, tentu maksud Lemiel hanya untuk meremehkannya. Jack lalu membangunkan tubuhnya yang penuh sayatan luka dari tebasan Lemiel sebelumnya.
“Sebelum kau menyesali keputusanmu, aku ingin bertanya padamu. Apa tujuanmu datang kemari?”
“… apa salah aku ingin mencari angin di desa ini?
“Tentu saja tidak. Kami hanya tidak menyangka kau bisa berada di sini setelah kami menguasai desa Kubaku. Tentu hal itu cukup mencurigakan.”
“Oh, jadi kalian benar-benar tidak berniat bersekutu dengan mereka ya.”
“Heheheh, itu yang mereka percayai.”
“Ternyata benar dugaanku, kalian hanyalah sekumpulan kotoran.”
“Jangan sombong kau, Lemiel!” teriak Jack, berlari menuju Lemiel sambil melancarkan sebuah pukulan.
Dengan tatapan santai, Lemiel memandangi kepalan tangan itu dan—Blam!
Mustahil! Dengan luka seperti itu dia masih bisa menahan pukulanku?! Jack mengernyit, mengetahui pukulannya di hentikan dengan mudah.
“Ada apa dengan ekspresimu itu?” Lemiel memiringkan senyumannya.
“Jangan meremehkanku!” geram Jack, lalu melancarkan pukulan kedua.
Tapi dengan cepat, Lemiel mengayunkan pedangnya yang terpaksa membuat Jack mengurungkan niatnya dan menghindar dari tebasan itu.
Lalu Lemiel melancarkan serangan mendadak, dan—tebasannya berhasil merobek dada Jack.
Sayatan di dadannya itu seketika memancarkan warna gelap kemerahan. Darah segar yang perlahan mengalir dari dalam tubuhnya, menciptakan sensasi kesakitan yang cukup menyiksa untuk Jack.
Jack berusaha menutupi lukanya agar tidak kehilangan banyak darah, membuat tangannya memerah bermandikan darah.
“Sialan ….”
“Menyerah saja pria besar. Aku ingin menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin.”
Kedua mata Jack seakan terlahap oleh perasaan geram. Dirinya yang merupakan tangan kanan Dray, tentu tidak terima dengan perkataan pria berambut acak-acakan itu.
“Aku akan membunuhmu!” Dengan sisa-sisa tenaga, Jack kembali melancarkan serangan tapi—tetesan darah tiba-tiba saja berjatuhan, menciptakan genangan darah dalam waktu singkat.
Mulutnya terngaga setengah terbuka bermuntahkan darah. Tampak dari dada tegapnya, sebuah mata pedang telah menembus dirinya.
“Sudah kubilang aku tidak ingin membuang-buang waktu.” Lalu, Lemiel menarik pedangnya dari tubuh Jack, yang seketika membuatnya berlutut dengan tatapan kosong.
Jack masih mampu membuka kedua matanya, mungkin untuk beberapa waktu kedepan. Bibirnya bergetar, rasa sakit seakan tidak bisa lagi di rasakan olehnya, karena kesadarannya yang mulai memudar.
“Si … sialan ….” Dan—Jack pun terjatuh tak sadarkan diri.
Lemiel menyaksikan pemandangan itu tepat di hadapannya. Dengan wajah yang ternodai darah, Lemiel mulai bernafas dengan hembusan berat. Sejak awal, tubuhnya memang sudah tidak sanggup menahan luka-luka yang di alaminya saat menerima reruntuhan beton tadi.
Ketika pandangannya mulai memudar, tiba-tiba saja hembusan angin meniup rambut hitamnya. Hembusan angin yang sudah tidak asing bagi Lemiel, dan—benar saja.
Pria yang sudah di tebak oleh Lemiel sejak awal, akhirnya menunjukkan batang hidungnya.
“Kita bertemu lagi, Lemiel Raksha.” Senyuman tanpa makna di keluarkan oleh Dray.
“Sudah kuduga kau memang berada di sini.” Lemiel membalas senyuman itu dengan raut wajah datar.
“Heheheh, tidak kusangka kita akan bertemu secepat ini. Mungkin takdir ingin mempertemukan kita.”
“Apa maksudnya itu? Itu terdengar seperti seseorang yang baru menemui kekasihnya.”
“Kau memang orang yang menarik, Lemiel.”
Dengan senyuman kecil yang di paksakan, Lemiel lalu berkata, “Kalau begitu, kenapa tidak kau katakan saja yang sebenarnya ‘tujuan’ kalian bersekutu dengan desa ini?”
Dray memiringkan senyumannya, seolah-olah tidak menunjukkan penolakan atas pertanyaan itu.
***
“Aku tidak mengerti maksud pertanyaanmu.” Balt tampak kebingungan dengan pertanyaan yang di maksud Selena.
Selena masih mempunyai kecurigaan yang kuat tentang tujuan kelompok pembunuh itu untuk bersekutu dengan desa Kubaku. Bahkan Selena cukup yakin Balt mengetahui sesuatu yang tidak ketahui oleh penduduk desa.
“Aku belum sepenuhnya mempercayai ucapanmu. Kau juga terlihat sangat mencurigakan, bahkan aku menduga kau punya kemampuan bertarung yang mumpuni.”
Mendengar Selena berbicara dengan tempo cepat sekaligus blak-blakan, membuat Balt seketika terdiam.
“Selena, su-sudahlah. Balt itu memang lumayan kuat, tapi aku yakin dia tidak terlibat dalam kejadian ini,” potong Ravid.
“Kau diam saja, aku tidak menanyakannya padamu.”
“Ma-maaf.” Ravid seketika mengunci mulutnya rapat-rapat, berusaha terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan. Terutama tatapan mata Selena yang membuatnya semakin tidak nyaman.
“Baiklah,” ucap Balt dengan pasrah. “Aku sebenarnya tidak tahu apa yang mereka rencanakan, tapi kurasa mereka benar-benar tidak ingin bersekutu dengan kami. Mereka menyetujui kerja sama kami dengan maksud menguasai desa ini, dan memeras para penduduk menyerahkan sejumlah uang.”
Ravid yang mendengar itu seketika terkejut hal itu di ucapkan dari mulut Balt. Sedangkan Selena hanya menyimak dengan raut wajah datarnya.
“Tunggu, Balt! Kenapa kau diam saja saat mengetahui hal itu?!”
Lalu Balt menurunkan wajahnya dengan perasaan bersalah. “Karena orang-orang desa terlihat tidak mempermasalahkan hal itu. Dan juga, aku tidak ingin mengecewakan mereka kalau desa ini tidak sepenuhnya terlindungi oleh mereka.”
Tentu sebagai warga yang tinggal di desa Kubaku, Ravid geram mendengar hal itu. Apalagi dia telah mempercayai Balt untuk melindungi desa ini sejak kepergiannya.
“Sialan kau!” bentaknya sambil menarik baju dari Balt.
"Maaf, Ravid. Aku memang belum lama menjadi warga desa ini, dan aku hanya berusaha melindungi mereka. Aku memang tidak ingin melihat para penduduk desa menderita, tapi … aku tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya mengandalkan mereka. Karena aku inign melindungi mereka semua, persis seperti yang kau katakan padaku.”
“Kurang ajar!” Tanpa pikir panjang, Ravid langsung menghajar Balt yang membuatnya terkejut.
Seketika pipi kanan Balt membengkak. Wajahnya menunjukkan rasa bersalah melihat amarah yang di tunjukkan Ravid.
“Hentikan hal itu. Itu tidak akan membuat semuanya membaik.”
Ketika Selena mengatakan itu, Ravid perlahan melepas cengkramannya dari baju Balt. Ravid kembali menenangkan dirinya dan keheningan pun seketika tercipta di antara mereka.
Tapi tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke tempat mereka.
Langkah kaki itu terdengar tidak terlalu berat saat menghentakkan tanah. Dan benar saja, seorang gadis kecil tiba-tiba saja menghampiri mereka sambil menangis sesenggukkan.
Dan gadis kecil itu adalah gadis yang sama ketika Lemiel menyelamatkannya.
Spontan Selena dan Ravid terkejut dengan kedatangan gadis kecil itu. Wajahnya tampak berantakan, memegang boneka domba yang sudah kotor.
“Kenapa dia menangis?!” Ravid yang merasa kepanikan berusaha mendekatinya sambil menghibur gadis mungil itu.
Namun dia tidak memperdulikan tindakan Ravid dengan isak tangis.
“Tolong … kakak itu sedang terluka ….”
“Tenanglah. Siapa sebenarnya yang kau maksud ….” Ravid tentu tak mengerti dengan apa yang diucapkan anak itu.
“Di-dia … aku melihat seseorang … menghampirinya bersama angin …,” lanjut anak itu dengan suara sesenggukkan, membuat kata-katanya menjadi tidak jelas.
Sontak kedua mata Selena melebar, dia mengerti apa yang ingin dikatakan gadis kecil itu.
“Mungkinkah yang di maksud ….” Selena menghentikan kata-katanya saat seseorang dengan ciri-ciri tersebut terlintas dipikirannya.
To be Continued…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
vincent drias
oke.. oke... 😏
2022-10-28
0
kimzky
oke
2021-02-06
0
drawan
jadi boneka domba apa beruang bro? atau si gadis kecil itu punya 2 boneka
2021-02-03
0