Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals

Nacaome Town, Dhuris City, Drakea Kingdom.

Setelah berjalan cukup lama, Lemiel sampai di kota Nacaome, atau kota kecil turunan dari kota Dhuris. Nacaome merupakan daerah dengan tingkat kejahatan terbanyak di kerajaan Drakea. Semua orang-orang jahat dapat ditemui di sana, seperti pembunuh, perampok, ataupun pemasok barang-barang ilegal.

Karena masih termasuk dari wilayah ibukota Dhuris, Nacaome tentu berdekatan dengan pusat kerajaan Drakea tersebut.

Lemiel berhenti didepan sebuah bar yang cukup tua, sama seperti bar-bar tua lain pada umumnya.

Terlihat sebuah tulisan “Tendo’s Bar & Meals” di papan bar yang menandakan nama bar tersebut. Tanpa menunggu waktu lama, Lemiel membuka pintu dan memasukinya.

Seorang Kakek tua yang sudah beruban, berusia sekitar 60 tahun sedang mengelap gelas-gelas bir tepat di depan meja yang tersusun banyak botol minuman. Terlihat tidak ada satupun pelanggan yang mengunjungi barnya, kecuali Lemiel.

Kakek tua itu adalah Tendo Ryutaro, pemilik bar “Tendo’s Bar & Meals” sekaligus bekerja sendirian sebagai penyaji minuman. Mendengar pintu barnya terbuka, Tendo menghentikan aktivitasnya sejenak dari mengelap gelas-gelas kosong, dan memasang eskpresi kecut ketika melihat kedatangan Lemiel.

“Kau masih hidup rupanya, tua bangka.” Dengan sapaan yang selalu ia gunakan padanya, Lemiel mengambil kursi, dan duduk dihadapan meja minuman kakek itu.

“Sialan, padahal aku sudah berharap kau mati membusuk di penjara." Menahan kesalnya, Tendo menaruh gelas gelasnya yang sudah ia bersihkan.

“Aku tidak akan mati di tempat seperti itu ….”

“Ini sudah yang ketiga kalinya kau tertangkap. Apa mereka masih menangkapmu dengan alasan yang sama?”

“… entahlah.”

“Itu sudah jelas kesalahanmu sendiri.” Tendo menanggapi perkataan Lemiel dengan nada malas. Bahkan tatapannya tetap terfokus mengelap gelas-gelas minuman.

“Yah, setidaknya disana aku mendapatkan makanan gratis.”

Lemiel memang mendapatkan makanan dari para sipir Shirogami. Tapi faktanya, mereka hanya melempar makanan tersebut dari luar, dan secara tidak langsung menyuruh Lemiel memakan makanannya seperti seekor anjing. Para sipir Shirogami sengaja melakukan itu, apalagi saat tahu tahanan mereka adalah Lemiel.

“Ngomong-ngomong tua bangka, bisakah kau memberiku segelas anggur?”

“Jangan bodoh. Kalau kau mau mendapatkan minuman, setidaknya bayarlah utang-utangmu.”

“Ayolah! Sudah hampir sebulan ini aku belum mencicipi segelas anggur. Aku cukup yakin kalau ginjalku sekarang sedang merindukan minuman beralkohol.”

“Sudah kubilang, bayarlah utangmu brengsek! Kalau kau terus mengutang padaku, aku bisa bangkrut! Bahkan utangmu sendiri sudah menumpuk selama tiga bulan!”

“Jangan khawatir tua bangka, lagipula kau memiliki banyak pelanggan. Satu atau dua orang yang mengutang tidak akan menjadi masalah besar untuk bar milikmu."

“Asal kau tahu saja. total utangmu itu setara dengan 200 orang!”

“Sudahlah, tak perlu mempermasalahkan hal-hal kecil seperti itu.”

“Kecil katamu?!”

“Tak usah khawatir, aku pasti akan membayarnya. Sekarang bawakan aku segelas anggur, dan masukkan itu kedalam utangku. Tenang saja, setelah aku mendapatkan Klien hari ini, aku akan melunasi utangku."

“Dasar brengsek, kau selalu saja mengatakan hal itu,” umpatnya, sambil menyiapkan minuman yang di pesan Lemiel.

Sambil menunggu, Lemiel menopang kepalanya di tangan dan memandangi seisi bar.

Tendo’s Bar, memang menjadi bar favorit Lemiel untuk menghabiskan waktu sekaligus bersantai untuk sekedar minum-minum. Lagipula hanya di tempat inilah Lemiel bisa mengutang.

Selain itu, jarak dari Tendo’s bar dan rumahnya sangat berdekatan. Lebih tepatnya, rumah Lemiel berada tepat di belakang bar milik Tendo yang hanya berjarak satu meter.

Tidak menunggu waktu lama, Lemiel mengambil segelas anggur dari tangan Tendo. Kemudian, kakek itu menyalakan rokok di antara kedua bibir keriputnya.

“… lalu, kenapa mereka membebaskanmu?” tanya Tendo sambil membuang asap rokoknya.

Lemiel meneggak minumannya sambil menikmati dengan suara, “Ah …” lalu menambahkan, “Entahlah, aku sendiri tidak mengerti kenapa mereka begitu labil untuk menahanku.”

“… sebaiknya kau memberperbaiki nama baikmu di mata Shirogami, apalagi dengan pekerjaanmu sekarang.”

“Aku tak begitu peduli dengan nama baikku. Bagiku, tinggal di kerajaan ini sudah lebih dari cukup."

“Kurasa tidak ada tempat lain yang bisa menampungmu selain kerajaan ini. Kau harusnya bersyukur tempat ini sangatlah bebas di bandingkan kerajaan lain."

“Sialan kau tua bangka, kenapa aku harus mendengarkan nasihat dari mulutmu.”

“Itu karena aku sudah hidup lebih lama darimu, brengsek!”

“Baiklah, baiklah, Kalau begitu aku tambah lagi." Lemiel tak begitu mendengarkannya dengan memberikan gelas kosongnya kepada Tendo.

Dengan ekspresi kecut, Tendo mengambil gelas kosong itu.

“Tapi serius, Lemiel. Sebaiknya kau berhenti menjadi pembunuh bayaran,” ucap Tendo, sambil menuangkan botol anggur ke gelas Lemiel.

“Sudah berapa kali aku kakatakan padamu, aku akan tetap menjadi pembunuh bayaran.”

“Kau benar-benar keras kepala,” kata Tendo yang kemudian menaruh gelas berisikan anggur. “Apa kau tidak punya keahlian lain? Kau bisa bekerja di suatu tempat dengan uang yang lebih pasti. Dan pastinya, kau bisa melunasi utang-utangmu."

Lemiel tampak merenung sambil menatap gelas anggur miliknya. Tendo yang melihat itu tampak kebingungan melihat ekspresi Lemiel. Bagi Tendo, tidak biasanya Lemiel bersikap seperti itu.

“… satu-satunya yang bisa kulakukan adalah membunuh.”

Tendo cukup terkejut mendengar ucapan Lemiel. Bukan karena kata-katanya, melainkan nada bicara Lemiel yang terdengar mendalam.

“Wajahmu semakin menyebalkan saja.” Tendo mengatakannya begitu saja. Bagi dirinya yang sudah Lemiel cukup lama, sampai saat ini dia tidak bisa memahami apa yang dipikirkan oleh Lemiel.

“Berisik, kau juga sangat menyebalkan, tua bangka!” Dengan kesal, Lemiel langsung menghabiskan minumannya dalam sekali tenggak.

Kemudian, Lemiel menaruh gelasnya dengan kuat-kuat keatas meja, dan beranjak dari kursi menuju pintu keluar.

“Aku balik dulu,” lanjutnya.

“Ya, jangan lupa bayar utang-utangmu.”

“Aku mengerti itu. Oh iya, apa kau membersihkan rumahku?” Lemiel berhenti sejenak dan menoleh kerahnya.

“Huh, aku tidak akan mau menginjakkan kakiku ketempat busuk itu.”

“Jangan menghina rumahku seenaknya tua bangka!” umpat Lemiel sebelum melanjutkan langkahnya.

Menanggapi Lemiel dengan sabar, Tendo mengambil gelas kosong yang ada di atas meja sambil melihat punggung Lemiel yang berjalan keluar dari barnya. Ekspresi kesalnya luntur seketika di gantikan dengan senyuman kecil.

“… anak itu, baguslah kalau dia masih baik-baik saja." Senyuman terlukis diwajah Tendo sambil mengelap gelas minuman yang baru saja dipakai Lemiel.

***

Cukup beberapa langkah dari tempat Tendo, Lemiel berhenti di depan sebuah rumah yang cukup tua dan sedikit tak terawat. Rumah Lemiel memang hanya berjarak satu meter di belakang bar milik Kakek Tendo.

Tempat tinggal Lemiel bisa di bilang jauh dari kata strategis karena berada di belakang Tendo’s Bar, dan melewati jalanan kecil. Sejak kedatangannya, Lemiel memang tidak punya pilihan lain selain tinggal di tempat seperti ini.

Lemiel sendiri sangat menyukai tempat tinggalnya yang cukup tersembunyi. Apalagi untuk seseorang yang tidak terlalu suka dengan keramaian seperti Lemiel.

Tepat di tengah pintu rumah, bertuliskan nama “Rakshassin” yang terpahat di pintu berbahan dasar kayu.

Rakshassin adalah nama gabungan dari nama panjang Lemiel yaitu, Raksha dan juga Assassin. Nama itu juga di pakai oleh Lemiel sebagai nama tempat penyewaan jasanya sebagai pembunuh bayaran.

“Pasti banyak sekali kotoran di dalam …,” gumam Lemiel saat membuka pintu rumahnya.

Dan benar saja, seisi rumahnya di penuhi banyak debu dan sarang laba-laba. Hal yang sangat wajar untuk rumah yang telah kosong selama sebulan.

Tempat tinggal Lemiel sebetulnya tidak jauh beda dengan suasana penjara bawah tanah. Gelap sekaligus mencekam, tidak beda jauh seperti penjara bawah tanah Shirogami.

Ada dua ruangan yang salah satunya di pakai Lemiel sebagai kamar, dapur kecil dengan berbagai peralatan masak, dan kamar mandi beserta toilet. Untuk rumah berukuran kecil, itu sudah sangat cukup baginya yang tinggal sendirian.

Tidak terlalu banyak barang berharga yang di miliki Lemiel. Hanya dua buah sofa yang berwarna merah, dua buah meja yang salah satunya berada di antara kedua sofa tadi, sebuah kursi di depan jendela, dan benda-benda lain yang tak begitu berharga.

Terdapat juga beberapa hiasan dinding seperti, sebuah lukisan bergambar bulan merah, beberapa ornamen yang cukup mengerikan dan robekan dari jubah hitam yang di penuhi bercak darah.

Dalam kata lain, tempat tinggal Lemiel lebih pantas di sebut sebagai tempat tinggalnya para pembunuh.

Melihat seisi rumah yang begitu kotor, Lemiel hanya bisa menghembus nafas berat. “… kenapa bisa sampai sekotor ini? Bahkan laba-laba di sini sudah mendirikan kerajaannya.”

Lemiel terus menggerutu memandangi banyaknya sarang laba-laba dan tumpukan debu di sudut-sudut ruangan.

Kali ini, Lemiel harus bekerja ekstra untuk membersihkan rumahnya.

***

Keesokan paginya…

Lemiel tampak kelelahan, bahkan dia masih tertidur pulas. Matahari sejak tadi sudah terbit bahkan sudah meninggi, tapi sinar matahari sama sekali tak menembus rumah Lemiel karena kurangnya ventilasi udara.

Selang beberapa waktu, tiba-tiba—

Tok! tok! tok!

Terdengar suara ketukan yang cukup keras.

Namun Lemiel masih tertidur pulas seakan tak mendengar suara apapun. Lemiel sendiri cukup kelelahan karena dia sudah tertidur selama hampir 20 jam. Hal itu di sebabkan karena Lemiel menghabiskan waktunya seharian untuk membereskan rumah, dan kekurangan jam tidur saat di penjara bawah tanah.

Tok! tok! tok!

Ketukan pintu pun semakin mengeras, Lemiel membuka matanya perlahan saat mendengar suara tersebut.

“… menganggu saja …,” gumam Lemiel, dan melanjutkan tidurnya.

Tok! tok! tok!

“Aku mendengarnya!” bentak Lemiel yang masih setengah mengantuk.

"Siapa yang mengetuk pintu pagi-pagi begini?!" gerutunya.

Sambil menguap dengan mata berair, Lemiel berjalan dengan mata setengah terbuka menuju pintu rumah. Lemiel membuka pintu dan—orang yang berdiri di sana adalah Selena Mystin.

Mereka berdua terdiam sejenak menatap satu sama lain, kemudian—Buk! Lemiel menutup pintunya keras-keras dengan ekspresi datar.

“… ternyata hanya perasaanku saja. Tidak, tidak mungkin wanita itu kemari, sebaiknya aku tidur lagi,” gumam Lemiel sambil berjalan menuju tempat tidurnya.

Selena yang masih berada di luar mulai merasa geram ketika Lemiel langsung menutup pintunya. Dan—

Brak!

Tanpa pikir panjang, Selena langsung mendobrak paksa—kemudian masuk. Lemiel sangat terkejut, bahkan rasa kantuk seakan hilang begitu saja. Lemiel hanya bisa mengernyit melihat pintu rumahnya yang jebol dan, kedatangan Selena yang tiba-tiba.

“Oi, apa yang kau lakukan?!” tanya Lemiel kesal saat melihat pintu rumahnya.

“Kenapa kau menutupnya kembali?!” tanya Selena dengan tatapan intens.

Melihat tatapan Selena, Lemiel menghembus nafas berat seakan pasrah.

“… kenapa kau bisa kemari? Dan juga, kenapa harus sepagi ini?” tanya Lemiel dengan tatapan malas.

“Jadi ini tempat tinggalmu?” Selena mengabaikan pertanyaan Lemiel dengan melihat seisi rumah Lemiel.

Sementara itu, Lemiel sudah tak peduli dan berniat melanjutkan tidurnya. “Ah, aku sudah tak mau berurusan dengannya,” gumam Lemiel.

“Tunggu,” sahut Selena yang menghentikan langkah Lemiel.

Lemiel menolehnya dengan masam, “Ada apa lagi?”

“Apa aku bisa bekerja denganmu?”

Selena melemparkan pertanyaan dengan tatapan tajam, membuat ekspresi Lemiel menjadi serius.

“Apa maksudmu?"

To be Continued…

Terpopuler

Comments

Jo-Ann

Jo-Ann

semangat thor

2022-10-22

0

Raylanvas

Raylanvas

narasinya enak ya..

2021-02-07

3

kimzky

kimzky

oke

2021-02-05

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Underground Jail
2 Chapter 2 - Prisoners
3 Chapter 3 - Sword Clash
4 Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5 Chapter 5 - Rakshassin
6 Chapter 6 - Naye Village
7 Chapter 7 - Three Assassins
8 Chapter 8 - Scheming
9 Chapter 9 - Heartless
10 Chapter 10 - Unknown Guest
11 Episode 11 - Message
12 Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13 Chapter 13 - The Unexpected
14 Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15 Chapter 15 - Crazy Arrival
16 Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17 Chapter 17 - Played Like a Dog
18 Chapter 18 - Human Heart
19 Chapter 19 - Warmth
20 Chapter 20 - One Quite Afternoon
21 Chapter 21 - Wend One's Way Home
22 Chapter 22 - Insults and Questions
23 Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24 Chapter 24 - Noisy
25 Chapter 25 - Bloody Dessert
26 Chapter 26 - Innocence
27 Chapter 27 - Old Friend
28 Chapter 28 - Nivelied
29 Chapter 29 - Vanity
30 Chapter 30 - Inexplicable Things
31 Chapter 31 - Curiosity
32 Chapter 32 - Good and Bad Side
33 Chapter 33 - Neklace
34 Chapter 34 - On The Road to Imais
35 Chapter 35 - Real Purpose
36 Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37 Chapter 37 - Needle of Rage
38 Chapter 38 - Intent of a Reason
39 Chapter 39 - Ravid Determination
40 Chapter 40 - Answer
41 Chapter 41 - At The End of Hopeless
42 Chapter 42 - Sense of Empathy
43 Chapter 43 - Threaten
44 Chapter 44 - Wind Disaster
45 Chapter 45 - Steps That Will End
46 Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47 Chapter 47 - The Visited Place
48 Chapter 48 - Under Passage
49 Chapter 49 - Sudden Changes
50 Chapter 50 - An Unexpected Requests
51 Chapter 51 - Aimless
52 Chapter 52 - Disrupted Way
53 Chapter 53 - Thought
54 Chapter 54 - Rumors of the Wind
55 Chapter 55 - A Man Full of Worries
56 Chapter 56 - Elite Assassin
57 Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58 Chapter 58 - Ninazu
59 Chapter 59 - The Next Step
60 Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61 Chapter 61 - Poison Wine
62 Chapter 62 - Antique Merchant
63 Chapter 63 - White Vs Green Shard
64 Chapter 64 - Mirror Magic
65 Chapter 65 - Two Investigator
66 Chapter 66 - Full Moon
67 Chapter 67 - After the Moonlight
68 Chapter 68 - Memories...
69 Chapter 69 - Truth
70 Chapter 70 - Little Desire
71 Chapter 71 - Pursuit
72 Chapter 72 - Generous, Expectedly
73 Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74 Chapter 74 - Turning Point
75 Chapter 75 - Reflection of Anger
76 Chapter 76 - Explosive Stone
77 Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78 Chapter 78 - Reflected Blood
79 Chapter 79 - Whisper Away
80 Chapter 80 - Gale Impulse
81 Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82 Chapter 82 - A Bound Conversation
83 Chapter 83 - Little Confrontation
84 Chapter 84 - One Question Behind
85 Chapter 85 - Between of All Odds
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1 - Underground Jail
2
Chapter 2 - Prisoners
3
Chapter 3 - Sword Clash
4
Chapter 4 - Tendo's Bar & Meals
5
Chapter 5 - Rakshassin
6
Chapter 6 - Naye Village
7
Chapter 7 - Three Assassins
8
Chapter 8 - Scheming
9
Chapter 9 - Heartless
10
Chapter 10 - Unknown Guest
11
Episode 11 - Message
12
Chapter 12 - Lemiel and Kahuko
13
Chapter 13 - The Unexpected
14
Chapter 14 - Lemiel Vs Balt
15
Chapter 15 - Crazy Arrival
16
Chapter 16 - Beauty Can Be Hidden by Mist
17
Chapter 17 - Played Like a Dog
18
Chapter 18 - Human Heart
19
Chapter 19 - Warmth
20
Chapter 20 - One Quite Afternoon
21
Chapter 21 - Wend One's Way Home
22
Chapter 22 - Insults and Questions
23
Chapter 23 - Shirasaki Kyoka
24
Chapter 24 - Noisy
25
Chapter 25 - Bloody Dessert
26
Chapter 26 - Innocence
27
Chapter 27 - Old Friend
28
Chapter 28 - Nivelied
29
Chapter 29 - Vanity
30
Chapter 30 - Inexplicable Things
31
Chapter 31 - Curiosity
32
Chapter 32 - Good and Bad Side
33
Chapter 33 - Neklace
34
Chapter 34 - On The Road to Imais
35
Chapter 35 - Real Purpose
36
Chapter 36 - Trap and Misunderstanding
37
Chapter 37 - Needle of Rage
38
Chapter 38 - Intent of a Reason
39
Chapter 39 - Ravid Determination
40
Chapter 40 - Answer
41
Chapter 41 - At The End of Hopeless
42
Chapter 42 - Sense of Empathy
43
Chapter 43 - Threaten
44
Chapter 44 - Wind Disaster
45
Chapter 45 - Steps That Will End
46
Chapter 46 - The Place Should Be (Arc 1 - End)
47
Chapter 47 - The Visited Place
48
Chapter 48 - Under Passage
49
Chapter 49 - Sudden Changes
50
Chapter 50 - An Unexpected Requests
51
Chapter 51 - Aimless
52
Chapter 52 - Disrupted Way
53
Chapter 53 - Thought
54
Chapter 54 - Rumors of the Wind
55
Chapter 55 - A Man Full of Worries
56
Chapter 56 - Elite Assassin
57
Chapter 57 - Hint of A Coincidence
58
Chapter 58 - Ninazu
59
Chapter 59 - The Next Step
60
Chapter 60 - Suburbs of Capital, Guisa Village
61
Chapter 61 - Poison Wine
62
Chapter 62 - Antique Merchant
63
Chapter 63 - White Vs Green Shard
64
Chapter 64 - Mirror Magic
65
Chapter 65 - Two Investigator
66
Chapter 66 - Full Moon
67
Chapter 67 - After the Moonlight
68
Chapter 68 - Memories...
69
Chapter 69 - Truth
70
Chapter 70 - Little Desire
71
Chapter 71 - Pursuit
72
Chapter 72 - Generous, Expectedly
73
Chapter 73 - Chaos in Front Royal Palace
74
Chapter 74 - Turning Point
75
Chapter 75 - Reflection of Anger
76
Chapter 76 - Explosive Stone
77
Chapter 77 - Kahuko Vs Claude
78
Chapter 78 - Reflected Blood
79
Chapter 79 - Whisper Away
80
Chapter 80 - Gale Impulse
81
Chapter 81 - Nothing Left Unsaid
82
Chapter 82 - A Bound Conversation
83
Chapter 83 - Little Confrontation
84
Chapter 84 - One Question Behind
85
Chapter 85 - Between of All Odds

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!