Lizza membuka matanya didapatinya selimut yang terpasang rapih dibadannya, Lizza terduduk dari tidurnya.
"Siapa yang ngelepas sepatuku, dan makein aku selimut?" ucap Lizza lirih.
Lizza segera bangkit dari duduknya kemudian dia mandi. Selesai mandi Lizza turun dari lantai tiga setelah selesai menunaikan ibadah sholat magrib, Lizza ke dapur dilihatnya Sarah dan Dinda sedang masak.
"Maaf aku engga bantuin masak ka" ucap Lizza sambil menghampiri Dinda dan Sarah dengan lesu karena lapar.
"Tidak papa, pasti kamu capek ya" jawab Dinda tersenyum.
"Kamu udah sholat Lizza?" tanya Sarah sambil mengaduk-aduk sayur sop buatannya.
"Sudah ka," jawab singkat Lizza.
"Kalau gitu tolong kamu aduk-aduk ini, kalau udah mendidih matiin aja terus hidangin, saya mau sholat dulu" ucap Sarah.
"Iya ka siap" jawab Lizza mulai mengambil mengaduk-aduk sayur buatan Sarah.
Setelah masakan terhidangkan dengan rapih adzan isya pun berkumandang, ketiga istri Ali segera melakukan sholat isya berjamaah. Sempat Lizza mencari-cari keberadaan suaminya itu namun Lizza malas bertanya karena masih ada sedikit kekesalannya dengan Ali, Sarah memimpin sholatnya.
Setelah sholat selesai ketiga istri sudah duduk dikursi meja makan, ketiganya bersamaan melihat kursi yang biasa Ali duduki.
"Mas Ali ke mana Ka?" tanya Dinda pada Sarah.
"Mungkin dia marah sama aku" jawab Lizza, padahal pertanyaanya buat ka Sarah kenapa Lizza yang jawab. Heheee..
"Marah karena kamu? emangnya Mas Ali marah kenapa Lizza?" tanya Sarah pada Lizza.
"Karena aku minta izin buat kerja paruh waktu ka, buat bayar hutang sama temanku untuk bayar semester kemarin" jawab Lizza sambil cemberut.
Dinda dan Sarah langsung tertawa mendengar jawaban Lizza.
"Kenapa pada ketawa sih? emang lucu apa, engga lucu tau" ucap Lizza manyun.
"Saya rasa Mas Ali engga akan marah karena hal sepele seperti itu Lizza makanya saya sama Dinda ketawa, saya fikir hal yang serius" jelas Sarah sedikit tertawa.
"Terus kalau bukan soal itu, lalu kenapa ka Ali sampe sekarang belum pulang ka?" tanya Lizza.
Dinda melirik kearah Sarah yang kebetulan berada disebelahnya.
"Apa ka Sarah membuat ka Ali marah?" tanya Dinda.
"Kemarin malam saat giliran saya tidur dengan mas Ali, saya meminta hak saya pada mas Ali dan mungkin dia marah karena ini" jelas Sarah.
"Meminta hak ka Sarah? hak apa yang kakak maksud Lizza engga faham?" tanya Lizza kembali.
"Maksud saya, hak hubungan suami istri dan mas Ali menolaknya" jelas Sarah.
"Seharusnya ka Ali penuhi keinginan ka Sarah, bukankah akan berdosa ketika menolaknya Ka. Sebelumnya kalian melakukannya, lalu kenapa ka Ali menolak ka Sarah kali ini" jawab Lizza.
"Saya dan ka Sarah masih perawan Lizza, dari pertama kita menikah memang mas Ali belum memberikan haknya pada kami" ucap Dinda.
Lizza tercengang karena jawaban kedua istri Ali, bagaimana tidak. Ali faham dan tau akan ilmunya lalu kenapa dia menikahi kedua wanita yang ada dihadapannya, tapi tidak mengauli mereka (hubungan intim). Apakah Abahku tau kalau ka Ali tidak menunaikan kewajibannya terhadap istri-istrinya? ucap batin Lizza.
"Lalu kenapa kalian masih bertahan bukankah diperbolehkan untuk meminta cerai aku yakin ka Ali faham akan keadaan seperti ini, apa ka Sarah atau ka Dinda sempat tanya ke ka Ali apa alasannya tidak menunaikan kewajibannya terhadap istri-istrinya?" tanya Lizza panjang lebar denga intonasi marah.
"Mas Ali menikahi saya karena wasiat bapak sebelum meninggal, selama ini mas Ali menjaga saya dengan baik layaknya seorang kakak terhadap adiknya" pernyataan Sarah.
"Dan saya menawarkan diri dinikahi mas Ali karena beliau cukup banyak membantu keluarga saya" lanjut Dinda.
"Kenapa ka Ali menerima menikahi ka Dinda" tanya Lizza.
"Untuk menjadi kawan buat ka Sarah" jawab Dinda.
"Lalu kenapa kalian menerima pernikahan ini?" tanya Lizza.
"Karena dia orang baik Lizza" jawab Sarah dan Dinda bersamaan.
"I know, bukankah menikah dengan laki-laki yang bukan pilihan kita sendiri itu engga ngebuat kita bahagia" ucap Lizza.
"Lalu bagaimana dengan kamu Lizza?" tanya Sarah melelehkah suasana.
Lizza hanya membukam dan membisu tidak mampu dijawab oleh mulutnya namun hatinya terus memberontak mengatakan bahwa dia terpaksa menikah dengan Ali karena Abahnya.
"Sudah lupakan besok kita cari solusinya, sebaiknya makan malam segera dimulai keburu lauknya dingin" ucap Dinda, membuyarkan tatapan Lizza kepada Sarah.
Ketiga istri mulai memakan makannya, setelah selesai Lizza yang mencuci piring karena kesalahannya tidak membantu memasak. Lizza benar-benar tidak habis fikir dengam suaminya, kenapa lari dari masalah sebesar ini. Mereka menikah sudah tahunan, bagaimana kalau abah belum tahu akan seperti apa reaksinya nanti uhuhh.. ucap Lizza dalam hati sambil membuang nafas dengan kasar dan segera masuk kedalam kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Fikah Handayani
wkkk..dosa loh k ali...g ksih nfkh batin p lg dua istri ini d bls m istri k 3 g mo ngsih nfkh batin..hhh
2021-08-23
0
Buna Seta
Maaf koreksi sedikit thor dalam islam suami wajib menafkahi istri baik lahir maupun batin, apa lagi dlm berpoligami suami harus bisa bersikap adll, aku suka karya yg bermuatan poligami, tapi dlm cerita harus sesuai syariat agar untuk bisa kita ambil hikmahnya..🙏🙏🙏
2021-01-31
1
Siti Nurjanah
ada y laki2 kaya gitu.ngk habis pikir j.k2 istri masih gadis pdhal usdia pernikahan dh tahunan.hebat tu laki2 klu benar2 da d dunia nyata
2021-01-14
1