Sarah dan Dinda sudah berada diruang tamu lantai bawa dan sudah bersiap untuk pergi, tinggal menunggu Lizza dan Ali turun dari lantai tiga.
Tidak lama kemudian Ali dan Lizza turun, langkah Lizza terhenti dibeberapa tangga sambil memegang pinggir tangga.
"Kak Sarah dan kak Dinda ikut juga" tanya Lizza membuat Ali menghentikan kakinya.
"Abuya yang mengundang mereka, lagian Sarah juga mau minta maaf sama kamu. Ayo turun" ajak Ali menggandeng pergelangan tangan Lizza.
Keduanya turun bersamaan, Ali memberikan senyum manisnya pada dua istrinya.
"Kalian terlihat sangat cantik" puji Ali pada Dinda dan Sarah.
Yaelah mereka dipuji sedang aku engga dibilang cantik tadi, batin Lizza.
Sarah duduk disamping Ali sedang Dinda dan Lizza duduk dibelakang pengemudi. Namun kaca spion terarah pada Lizza, Sarah menyadari bahwa Ali lagi dan lagi terus melirik kearah spion itu. Bahkan Dinda yang duduk disamping Lizza tau kalau Ali begitu mencintai wanita disampingnya, namun Lizza seolah tidak memiliki perasaan apapun.
Tidak lama kemudian mobil terparkir didepan halaman rumah Abah, ustadzah Imah keluar dari dalam rumah menyambut kedatangan menantu dan putri tercintanya. Semenjak ummah Lizza meninggal ustadzah Imah yang menjadi pengganti sosok ummah dalam hidup Lizza.
"Assalamu'alaikum" ucap Ali mencium punggung tangan ustadzah Imah.
"Wa'alaikumussalam.." jawab ustadzah Imah.
Lizza langsung menerobos peluk ustadzah Imah, bahkan Lizza sambil menangis.
"Aku rindu umi" ucap Lizza.
"Baru juga beberapa hari berpisah sudah rindu sambil menangis" jawab ustadzah Imah meledek.
"Jangan cengeng, setahu umi Lizza sangat mandiri tidak cengeng seperti ini" lanjut ustadzah kembali.
"Maaf umi" jawab Lizza melepaskan pelukannya.
"Ayo masuk" ajak ustadzah Imah pada Dinda, Sarah dan Ali sambil merangkul Lizza.
Semua sudah duduk dilesehan didepannya sudah terhidang banyak makanan, senyum Lizza mengembang karena semua makanan kesukaannya ada didepannya. Udang goreng, sambel terasi, tahu uleg, tempe tepung, tumis kangkung, dan masih banyak lagi.
Tidak lama Abah datang dengan suami ustadzah Imah yaitu ustadz Ibnu, dan kedua putra kembarnya yang masih kecil ikut bergabung. Ali duduk disamping kiri Abah sedang Lizza disamping kanan Abahnya, Sarah duduk disamping Ali sedang Dinda duduk disamping Sarah.
"Sarah ambilkan nasi untuk Ali" suruh Abah pada Sarah.
"Iya Abuya" jawab Sarah.
"Dan kamu Dinda ambilkan lauk untuk Ali" suruh Abah pada Dinda.
"Iya Abuya" jawab Dinda.
"Putriku berikan minummu pada suamimu" pinta Abah pada Lizza.
"Biar Lizza ambilkan yang baru aja Bah" jawab Lizza.
"Abah mau minum yang tadi kamu minum sayang" ucap Abah.
"Tapi Abah" jawab Lizza.
"Jangan banyak menolak putriku begitu juga pada suamimu, ketika dia meminta sesuatu darimu lalu kamu menolaknya tahukah kamu bahwa kini ridho Allah sudah berada pada keridhoan suamimu sayang" ucap Abah.
Lizza langsung menyodorkan gelas minum miliknya yang sedikit sudah dia minum didepan Ali ditengah-tengah Abahnya, Ali langsung menerima gelas itu.
"Ayo silahkan dimakan" ucap ustadzah Imah mempersilahkan.
Semua angota mulai menikmati makanannya, termasuk Lizza yang dari tadi begitu lahap memakan makannya bahkan sesekali Ali melirik dia faham bahwa istrinya dari tadi memang kelaparan. Maafkan aku sayang, batin Ali menatap Lizza.
Setelah makan malam selesai kaum hawa membantu ustadzah Imah membereskan tempat makan dan mencuci piring sedang kaum Adam berada diruang tamu menikmati secangir kopi sambil ngobrol bahasa gaulnya sambil ngerumpi.
"Ali maafkan Lizza kalau dia buat salah sama kamu" ucap ustadz Ibnu.
"Engga ko ustadz dia istri yang Sholeha insyaallah" jawab Ali tersenyum.
"Kamu liat Ibnu Ali memang pendamping yang cocok untuk putriku" ucap Abah.
"Abuya bisa aja, Ali yang begitu beruntung bisa beristrikan Lizza. Ali yang minta maaf karena belum bisa menjadi suami yang baik untuk Lizza" jawab Ali.
Sedangkan didapur kaum hawa memainkan ponselnya masing-masing, Sarah mendekat kearah Lizza.
"Lizza aku minta maaf aku.." ucap Sarah terhenti karena senyuman lizza.
"Jangan dibahas ka, aku udah ngelupain ko" jawab Lizza.
"Makasih Lizza, aku iri padamu karena banyak orang yang menyayangimu" ucap Sarah.
"Ka Sarah, Abah Lizza juga sayang sama ka Sarah, umi Imah juga sayang sama ka Sarah. Jadi jangan iri ya" jawab Lizza tersenyum.
Lizza keruang tamu duduk disamping kiri Abahnya, memeluk pinggang Abahnya sambil melingkarkan kedua tangannya.
"Abah Lizza mau tinggal disini dulu boleh engga?" tanya Lizza.
"Minta izin sama suamimu dulu" jawab Abah mengecup kening putrinya.
"Sudah, bolehkan ka Ali" ucap Lizza sambil menengok kearah Ali yang berada disamping kanan Abahnya.
Ali hanya mengangguk dan tersenyum mengiyakan, Lizza mendonggokan wajahnya pada Abahnya sambil tersenyum dan berharap abah akan memberi izin.
"Kalau kamu tinggal disini Ali juga harus tinggal disini sayang, kalau Ali tinggal disini bagaimana dengan kedua istrinya putriku. Tetaplah tinggal dengan Ali, kapan saja kamu boleh datang ke rumah ini" jawaban Abah membuat Lizza manyun.
Lizza melepaskan pelukannya, dan menarik nafas panjang. Namun Abahnya memegang tangan putrinya dan mengelusnya dengan lembut.
"Abah mencintaimu sayang" ucap Abah membuat Lizza melirik kearah Abah dan memeluknya kembali.
"Lizza jauh lebih mencintai Abah" jawab Lizza.
Sudah larut malam Ali pamit pulang, mobil pergi meninggalkan halaman rumah Abah Lizza.
Tidak lama kemudian mobil sampai dipekarangan rumah Ali, saat Sarah, Ali, Dinda dan Lizza berjalan masuk rumah. Sarah menggandeng lengan Ali sedang dibelakang keduanya ada Lizza dan Dinda.
"Mas malem ini giliran kamu tidur dikamar aku ya" ucap Sarah dengan nada genit, maklum genit juga sama pasangan halal.
"Iya nanti mas kekamar kamu, mas mau keatas dulu ganti baju sekalian bersih-bersih sebentar" jawab Ali sedikit melirik ke arah Lizza.
"Sarah tunggu dikamar ya mas" ucap Sarah melepaskan gandengannya dan melangkah duluan kelantai dua untuk bersiap-siap mungkin hehehe..
Dinda sudah meninggalkan barisan karena kamarnya ada dilantai satu, sedang Sarah sudah bahagia terlebih dahulu dan melangkah duluan naik lantai atas kini hanya ada Lizza yang berjalan dibelakang Ali menuju lantai tiga.
Ali menghentikan langkahnya didepan tangga lantai atas dan tidak sengaja Lizza menabrak dada bidang Ali yang tiba-tiba berhenti dan berbalik badan, Lizza terkejut yang tadinya mengantuk kini melek menatap dada Ali yang berjarak dekat dengannya sepontan Lizza segera memundurkan badannya sampai hampir terjatuh. Akhirnya tangan Ali yang kekar mampu menopang badan mungil Lizza yang hampir terjatuh, ditariknya badan Lizza mendekat kebadan Ali.
"Kamu tidak papa Lizza?" tanya Ali yang kini jarak mereka hanya beberapa senti.
"A-aku t-tidak papa ka" jawab Lizza terbata-bata dan segera melonggarkan jarak antara Ali dengan dirinya.
Ali meraih tangan Lizza dan melanjutkan menaiki tangga demi tangga, Lizza tidak menolak akan sentuhan tangan Ali bahkan entah ada rasa bahagia dihati Lizza. Perasaan itu seolah aneh menurut hatinya.
Keduanya sampai didepan kamar Lizza, Ali melepaskan tangannya dan memberikan senyuman termanis pada Lizza. Ali pun melangkah masuk keruang kerjanya, yang berada disamping kamar Lizza.
Lizza segera masuk kedalam kamarnya dan mengganti pakaian lalu berbaring ditempat tidurnya, sedang Ali sudah berada dikamar Sarah. Ali berbaring disamping Sarah, menaikan selimutnya menutupi seluruh tubuhnya sambil tersenyum dan menatap Sarah yang kini tidur disampingnya.
Ali langsung memejamkan matanya, namun tidak dengan Sarah yang terus memandangi wajah tampan Ali dengan senyuman bahagia.
"Mas" panggil Sarah lembut.
"Hem.." jawab Ali setengah menutup mata.
"Mas tidak bisakah kamu berikan hakku malam ini? Kita sudah menikah tahunan tapi kamu belum juga memberikan hakku" ucap Sarah.
Setelah mendengar pernyataan Sarah, Ali terkejut seketika dia langsung membuka matanya dan terduduk dari tidurnya. Sarah pun ikut duduk dari tidurnya, melihat ekspresi Ali. Sarah sudah tau pasti Ali terganggu oleh keinginannya.
"Sarah mas minta maaf karena selama bertahun ini mas sampai sekarang belum siap memenuhi hak yang seharusnya mas penuhi, kalau Sarah menginginkan hal itu, Sarah boleh gugat cerai mas tapi mas akan tetap menafkahkan Sarah. Mas faham Sarah pasti memiliki nafsu dan itu harus tersalurkan dan mas sebagai suami belum bisa memberikan hak itu sampai sekarang, mas minta maaf" jawab Ali panjang kali lebar.
Sedang Lizza didalam kamarnya tidak bisa tidur, entah kenapa tiba-tiba fikirannya memikirkan Sarah dan Ali sedang melakukan hubungan layaknya suami istri. Lizza menarik nafas panjang-panjang akhirnya memutuskan bangun dari tidurnya dan keluar dari kamarnya menuju dapur lalu masak mie instan untuk menghilangkan fikirannya yang tiba-tiba aneh begitu.
Ali langsung keluar dari kamar Sarah dan naik kelantai tiga menuju ruang kerjanya, saat kakinya melangkah masuk ruang kerja. Ali melihat kamar Lizza terbuka dan lampu dapur menyala, Ali menutup kembali pintu ruang kerjanya. Kakinya melangkah menghampiri dapur, dan Ali melihat Lizza tengah masak faktanya ngerebus mie instan hehehe..
"Lizza" panggil Ali.
Lizza terkejut dan tidak sengaja tangannya menyentuh panci yang mendidih airnya.
"Aaaww.."teriak Lizza kesakitan.
Ali langsung menghampiri Lizza meraih tangan yang tadi tertempel panci, meniup dengan lembut.
"Ceroboh sekali, kenapa tidak hati-hati" omel Ali khawatir.
"Apa sakit" lanjutnya lagi.
"Tidak papa, tidak terlalu sakit. Habisnya ini salah kakak kenapa panggilnya ngagetin" jawab Lizza.
"Iya iya deh kakak minta maaf ya" ucap Ali mengalah.
"Kakak ko ada disini sih seharusnya kan ada dikamar ka Sarah" tanya Lizza penasaran.
"Tiba-tiba ada pekerjaan mendadak" jawab singkat Ali.
"Oh gitu" ucap Lizza sambil mengangguk-angguk.
"Kamu sendiri ngapain didapur masih belum kenyang tadi makan malem?" tanya Ali.
"Sebenernya aku sih udah kenyang tapi Lizza masak mie biar engga mikiri yang aneh-aneh, upps keceplosan" jawab Lizza langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Emang kamu mikirin apaan?" tanya Ali.
"Hhmm.. mikirin apaan yaa, oh iya hasil ujian tadi siang" jawab Lizza bohong.
Padahal kan aku mikirin kakak ngelakuin apaan aja sama ka Sarah arrghh.. Batin Lizza.
"Oh gitu, kalau gitu sekalian bikinin kakak juga mie instan tiba-tiba kakak lapar" ucap Ali mengalihkan pembicaraan.
"Kalau gitu ini buat kakak aja lagian aku engga laper cuma pengen masak aja" jawab Lizza menyodorkan mie instan yang baru saja diangkat.
"Tapi kakak mau kamu nemenin kakak makan" pinta Ali.
"Tapi.." ucap Lizza terhenti karena inget ucapan Abah pas makan malem tadi soal jangan banyak nolak kepengenan suami.
"Yaudah Lizza temenin" lanjutnya lagi.
Apa ini waktu yang tepat buat aku minta izin buat kerja paruh waktu sama ka Ali. Batin Lizza.
Mie terhidang dihadapan Ali dan Lizza duduk didepan Ali yang tengah khusyu menikmati mie buatan Lizza, padahal cuma mie lalu Lizza juga menuangkan air kedalam gelas Ali.
"Ka Ali.. Lizza mau minta izin" ucap Lizza ragu.
"Izin kemana?" tanya Ali mengunyah mie buatan Lizza.
"Lizza.. mau kerja paruh waktu ka" ucap Lizza dengan sangat hati-hati.
Ali melepaskan sendok yang tadi dia pegang setelah mendengar pernyataan Lizza, Ali menyelesaikan kunyahannya dan meraih gelas lalu meminumnya.
"Apakah kakak kurang menafkahkan Lizza?" tanya Ali sambil meletakan gelas yang dia pegang.
"B-bukan gitu ka, Lizza" jawab Lizza terbata-bata.
"Kakak tidak akan pernah kasih izin ke kamu, selagi kakak sanggup kecuali kakak tidak sanggup baru kakak akan izinkan" jawab Ali.
"Tapi Lizza engga mau nyusahin ka Ali" ucap Lizza.
"Saat pertama kali kakak lamar Lizza, kakak sudah menyanggupi apapun yang terjadi. Kakak wajib menafkahkan kamu dan itu engga nyusahin sama sekali" jawab Ali kini pandangan keduanya saling bertemu.
"Lizza ingin tetap kerja ka, kasih izin Lizza ka" renggek Lizza.
"Sekali tidak tetap tidak, keputusan kakak tidak bisa diganggu gugat" jawab Ali tegas.
Ali langsung melangkah pergi meninggalkan dapur dan masuk keruang kerjanya, Lizza bingung harus ngapain.
Akhirnya Lizza menghabiskan mie yang tadi tidak sempat Ali habiskan, dan setelah itu dia melangkah masuk kamarnya. Sebelum masuk kamarnya Lizza mengintip ruang kerja Ali dari lubang tempat masukin kunci dan dilihatlah Ali sedang tidur disoffa.
Ada rasa bersalah karena mengambil kamar pribadi miliknya tapi Lizza juga berfikir siapa suruh dia punya istri tiga hehehe.. Dan ada rasa bersalah karena udah buat Ali sedikit marah karen keinginannya, Hemm.. aku harus ngapain sekarang? gimana caranya aku bayar ke Reyhan. Batin Lizza.
Lizza langsung masuk kedalam kamarnya dan tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
ribet bnget ya s ali bnyk istri y.dan d sini scali blng mau adil k istri2 nya ok lah klau ksih duit mungkin sma tpi s ali jg sangt berdosa ga ngasih hak istri nya d tmpt tidur kn bkn hnya istri az yg brdosa bila suami minta hak y tpi istri menolak suami jg sama dong dosa
2022-10-16
0
mentari
kasihan ya pastinya . malam2 mau makan mi mesti turun 3 lantai utk ke dapur .
2022-02-10
0
Ramli
?
b.
n b. . v. Nur yasmin
: c :::
2021-10-22
0