Dikediaman Abah Lizza, Ali menyempatkan untuk mampir. Keduanya sedang duduk bersama diruang tamu rumah Abah Lizza. Disuguhi dua cangkir kopi kesukaan keduanya yang dibuatkan oleh ustadzah imah, Abah meraih kopi yang berada dihadapannya lalu menyeruputnya.
"Ali apa Lizza sudah meminta uang untuk bayar semester kuliahnya?" tanya Abah membuka topik pembicaraan.
"Lizza memang minta uang tadi pagi buya, tapi dia tidak bilang untuk apa dan Ali hanya kasih dia beberapa ratus" jawab Ali terheran-heran.
"Lizza pasti cangung buat bilang sama kamu, biasanya tanggal segini Abah udah kasih uang buat bayar kuliahnya. Nanti juga Lizza terbiasa mungkin dia masih cangung dan malu sama kamu" ucap abah santai.
Sedangkan Ali terus berfikir mengapa Lizza tidak mengatakan uang yang dia minta untuk apa, kalau saja Ali tahu tentu dia akan menyanggupi membayarnya tanpa berfikir.
"Sudah jangan terlalu difikirkan Ali, Abah faham kamu masih begitu asing untuk putri abah" ucap Abah seolah dia membaca ekspresi wajah Ali.
"Apa yang harus Ali lakukan Abuya agar Lizza mencintai Ali?" tanyanya dengan nada sedih.
"Bersabarlah Ali, kamu harus ingat bahwa kamu memiliki tiga istri, setidaknya berusahalah untuk adil meskipun Abah tau kamu mencintai Lizza. Tapi jangan pernah kamu memihak pada satu pihak saja. Perlakukan putri Abah sama seperti kamu memperlakukan istri-istrimu" jawab Abah begitu bijak membuat Ali semakin kagum akan sosok gurunya ini.
"Insyaallah Abuya do'akan biar Ali bisa Adil" jawabnya tersenyum tipis.
"Aamiin.. insyaallah, Ali nanti malam ajak istri-istrimu dan Lizza untuk makan malam dirumah Abah ya" pinta Abah.
"Iya insyaallah Abuya nanti malam Ali datang" jawab Ali tidak menolak.
Waktu sudah sore Ali pamit pada Abah karena dia harus menjemput Lizza dikampusnya, beberapa menit kemudian mobil Ali sudah memasuki halaman kampus Lizza dan terparkir tepat didepan gerbang pintu masuk kampus.
Tidak lama kemudia Lizza tampak berjalan bersebelahan dengan Reyhan bahkan tawa mereka sempat terlihat oleh Ali dan ada perasaan tidak suka dihati Ali, iyaa perasaan itu cemburu.
Lizza langsung menyadari kehadiran Ali yang berada didepan sana, Lizza segera menyuruh Reyhan duluan sebelum nanti temannya tau kalau dia sudah menikah.
"Rey kamu duluan aja sana" ucap Lizza menghentikan langkah kakinya.
"Loh kenapa Lizz, kamu pulang naik apa sekalian aja aku antar ya" jawab Reyhan.
"Hhmm.. engga usah aku dijemput, kamu duluan aja" ucapnya gelisah.
"Oke oke, sampai jumpa besok dahhh.." jawab Reyhan sambil melambaikan tangannya tersenyum pada Lizza.
Setelah agak jauh dari pandangan Reyhan, Lizza langsung melangkahkan kakinya mendekat kearah Ali. Dilihatnya Ali sedang bersandar dipintu mobil yang berada disebelah pintu pengemudi.
"Maaf sudah membuat kakak menunggu" ucap Lizza memberi kode untuk minggir dari pintu mobil.
Ali tidak merespon hanya menatap Lizza dengan seksama, entah apa yang difikirkan pria didepannya itu fikiran Lizza.
"Jangan tatap aku seperti itu" ucapnya kembali.
"Oh maaf, aku udah nunggu kamu sekitar dua jam kurang lebih" jawab Ali sambil mengalihkan pandangannya sedikit menggaruk alisnya yang tebal.
Bahkan Ali ingin terus memandang Lizza karena kini pandangannya sudah halal untuk dia nikmati, lalu apa masalahnya lagi. Masalahnya ada pada Lizza, Ali tidak mau membuat Lizza merasa terganggu oleh sikapnya.
"Bisa kita pulang sekarang" ucap Lizza mengalihkan pembicaraannya.
Lizza langsung membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya, siapa suruh kamu jemput aku? Aku bukan anak kecil lagi jadi aku bisa pulang sendiri. Batin Lizza.
Ali segera menyusul Lizza, mobil meninggalkan halaman university.
Didalam mobil keduanya hanya saling melirik satu sama lain, tidak ada yang berani memulai obrolan padahal ini kesempatan Ali bisa lebih mengenal lagi istri tercintanya.
"Lizza" ucap Ali memberanikan.
"Dia itu hanya temenku" jawabnya seolah dia tau apa yang akan Ali tanyakan padanya.
"Bukan laki-laki itu" ucap Ali.
Lizza terkejut langsung melirik kearah Ali dan menatapnya.
"Lalu apa yang kakak mau tanyakan ke Lizza?" tanya Lizza masih dengan tatapannya.
"Bisakah kamu lebih terbuka sama aku dan kasih tau aku semua tentang kamu" jawaban Ali membuat Lizza bingung.
"What do you mean? aku engga faham maksud kakak?" tanyanya dengan penasaran.
Ali menepihkan mobilnya dan berhenti dipinggir jalan, dan kini Ali mengahadapkan badannya kearah Lizza yang dari tadi menatapnya. Pandangan keduanya bertemu, seketika Lizza tersipu malu karena entah kenapa pria disebalahnya begitu tampan. Lizza segera membuang pandangannya kedepan.
"Bisa kamu kasih tau aku, kapan kamu harus bayar semester kamu, bisa kamu kasih tau aku kalau ada apa-apa, bisa kamu kasih tau aku kamu pulang jam berapa, berangkat jam berapa, bisa kamu kasih tau aku tentang semua yang kamu suka dan kamu engga suka. Bahkan aku seperti orang bodoh yang tidak tau apa-apa tentang istri tercintaku, maafin aku karena tidak bisa menjadi suami yang baik untuk kamu" ucap Ali sedikit menaikan intonasi suaranya dan kini Ali menundukan kepalanya entah karena dia benar-benar merasa bersalah karena tidak mengetahui apa-apa tentang wanita yang dia cintai.
Lizza melirik kearah Ali, dan melihat Ali yang menundukkan kepalannya. Perasaan Lizza yang kini lebih merasa bersalah, Lizza menghadapkan badannya kearah Ali. Kini badan keduanya saling berhadapan, dengan ragu Lizza menyentuh kepala Ali perlahan mengangkat dagu Ali menghadap kearah Lizza.
"Aku yang minta maaf, maafin aku" ucap Lizza sambil menatap Ali.
Ali tersenyum menatap Lizza karena bahagia dengan sentuhan yang diberikan Lizza dan bahkan Lizza membalas senyum Ali untuk yang pertama kalinya.
"Ayo kita pulang, aku lapar" ucap Lizza membuyarkan situasi yang romantis buat Ali.
"Oke" jawab singkat Ali lalu melanjutkan menyetirnya.
Tidak beberapa lama kemudian mobil memasuki pekarangan rumah Ali, Lizza masuk duluan kedalam rumah. Karena memang benar-benar perutnya sangat lapar soalnya dikampus dia cuma minum teh pucuk, itu pun dikasih sama Reyhan dan sampai sekarang dia belum makan apa-apa.
Lizza menuju dapur, disana ada Dinda dan Sarah yang sedang sibuk masak, Lizza mendekat kearah keduanya.
"Masak apa hari ini ka, kayanya baunya enak" sapanya sambil mengendus bak kucing mencari makan.
"Darimana saja kamu jam segini baru pulang? tugas kamu itu dirumah karena kamu sudah menjadi seorang istri, jangan kebanyakan diluar" ucap Sarah.
"Iya maaf tadi aku ada kelas sore," jawab Lizza.
"Mas Ali terlalu memanjakan kamu jadi kamu seenaknya, apa Abah kamu engga ngajarin kamu buat jadi istri yang baik. Kayanya Abah kamu kurang mendidik kamu ya makanya seenaknya" ucap Sarah terhenti.
Plak..
Lizza menampar pipi kanan Sarah, sepontan Sarah memegangi pipi kanannya karena merasa sakit.
"Jangan pernah bawa Abah ku dalam hal apapun, aku engga suka kalau didikan Abahku diremehkan apalagi soal adab yang diajarkan Abah sama aku. Jadi tolong jaga mulut ka Sarah jangan meremehkan seseorang, faham!!" ucap Lizza dengan intonasi tinggi karena marah.
Ali yang berada dibelakang Lizza yang berjarak duapuluh meter menyaksikan kejadian tadi namun Ali hanya diam, langkahnya menghampiri Sarah.
"Ka Sarah seharusnya hati-hati kalau bicara, apalagi soal Abahnya Lizza. Abahnya Lizza itu gurunya mas Ali dulu dipondok" ucap Dinda yang berada disamping Sarah.
"Apa? jadi Abahnya Lizza gurunya mas Ali? Berarti Lizza adalah wanita yang dulu mas Ali sukai" jawab Sarah.
"Iya, itu kenapa alasan mas kasih kamar dilantai tiga. Sarah tolong kamu lebih bisa fahami Lizza, dia bukan wanita kebanyakan dia lain sedikit. Jadi tugas kalian sebagai istri mas, mas minta tolong jangan cari masalah sama istri-istri mas yang lain" ucap Ali langsung melangkah pergi menaiki tangga menuju lantai tiga.
Ali berada didepan pintu kamar Lizza, sudah mengetuk berkali-kali namun Lizza tetap tak membuka pintu kamarnya.
Tok..tok.. tok..
"Lizza tolong buka pintunya, mari selesaikan dengan berbicara satu sama lain" ucap Ali.
Dinda datang dan ikut berdiri didepan pintu kamar.
"Bagaimana mas?" tanya Dinda.
"Belum juga dia keluar, bisa tolong kamu bujuk dia Dinda" pinta Ali.
"Mas jangan khawatir dia akan baik-baik aja, aku akan coba bujuk dia" jawab Dinda.
Ali melangkah masuk kedalam ruang kerjanya yang kini menjadi kamar pribadinya, didepan pintu hanya ada Dinda yang masih bertahan membujuk Lizza.
Tok.. tok.. tok..
"Lizza ini aku Dinda tolong bukakan pintu untuk aku, biar aku bisa peluk kamu tolong!" ucap Dinda.
"Aku mau sendiri ka, tolong jangan ganggu aku" jawab sang pemilik kamar dari dalam.
"Kalau begitu izinkan aku memeluk kamu, aku bakal nemenin kamu janji engga banyak bicara" bujuk Dinda.
Dan akhirnya Lizza membuka pintunya dalam keadaan menangis, Dinda yang melihatnya langsung memeluk Lizza diambang pintu. Menggandeng Lizza duduk ditepi kasur kamar yang sekarang menjadi milik Lizza. Keduanya masih saling berpelukan, Lizza masih tetap menangis dan Dinda coba menenangkan.
Ali mengambil kesempatan karena pintu terbuka dia pun akhirnya masuk dan duduk disebelah Dinda terlihat jelas pipi Lizza dipenuhi genangan air mata, Lizza yang menyadari akan kedatangan Ali dia segera melepaskan pelukan Dinda dan membelakangi Dinda dan Ali.
"Ka Ali ngapain masuk sih, aku kan malu lagi nangis" ucap Lizza sesenggukan.
Ali pindah duduk yang tadi disebelah Dinda kini pindah kesebelah Lizza duduk dihadapanya, dan Dinda yang melihatnya faham dan langsung keluar dari kamar Lizza.
Ali menahan bahu Lizza agar tidak memunggunginya lagi, dan kini badan keduanya saling bertemu tidak dengan wajah Lizza yang ditutup oleh kedua telapak tangannya.
"Lizza" panggilnya lembut.
"Tolong buka tangannya, hhmm.. yaudah kalau kamu engga mau buka mata kamu engga papa. Kamu cukup dengerin kakak ya, kakak minta maaf karena hari ini membuatmu menangis. Tolong kamu maafkan Sarah, kakak tau kalau kakak masih belum bisa mendidik istri-istri kakak dengan baik. Jadi tolong kamu faham" jelas Ali panjang lebar.
Sejak kapan dia manggil dirinya kakak, biasanya juga aku kamu aja. Batin Lizza.
"Ayo bersiap sebentar lagi sholat magrib, setelah sholat kita diundang Abuya buat makan malem dirumahnya" lanjut Ali.
Sepontan Lizza mendengar kalimat Abuya, Lizza segera menurunkan tangan yang menutupi wajahnya dan mengusap air mata yang membasahi pipinya dengan perasaan bahagia.
"Berarti aku akan pulang kerumah Abah?" tanya Lizza penuh semangat.
Ali mengangguk dengan senyuman, melihat Lizza tersenyum bahagia seperti itu saja sudah cukup baginya.
"Ka Ali" renggek Lizza seperti anak kecil sambil memegang pergelangan Ali.
"Hemm..." jawab Ali singkat.
"Aku mau tinggal dirumah Abah boleh? satu minggu aja" pinta Lizza.
"Boleh, dengan syarat" ucap Ali.
"Apa syaratnya?" tanyanya penasaran.
"Kasih kecupan dipipi dulu nanti kakak izinin" jawab Ali.
"Hah? engga ada syarat lain apa?" tanyanya lagi.
"Ada, syaratnya kakak bakal tinggal juga dirumah Abuya dan tinggal dalam satu kamar bagaimana?" jawab Ali.
"Hhmm.. aku pilih syarat yang pertama, kasih ciuman dipipi kakak" ucap Lizza.
"Oke tapi setiap hari nanti sebelum kerja kakak jemput kamu dirumah Abuya, kakak anter kamu pergi kuliah dan sebelum kakak pergi kerja dapet kecupan dulu dari kamu gimana?" jawab Ali dengan sedikit tertawa.
"Ko gitu sih ka, kalau gitu mah engga jadi tidur dirumah Abah deh" ucap Lizza manyun.
Ali mengelus lembut pingang lizza, dan memberikan senyuman yang paling manis lalu mengusap lembut kepala Lizza.
"Aku mencintaimu sayang, aku izinkan kamu tanpa syarat" jawab Ali sembari senyum lalu bangkit dari duduknya dan melangkah keluar dari kamar Lizza.
Ali masuk kedalam tempat kerjanya yang berada disamping kamar Lizza.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
tika kartika
😭😭😭😭 knp harus semanis itu sih kata" nya 😭😭😭 pengeeeeeeen 🤭
2021-08-11
1
Marlina Leni
tetap aja gk suka klo di poligami
2021-07-22
0
Nevita Vita
lizza....jadi baper😭😭😭, ka Ali udah Sarah pulangin aja ke ortunya, tega banget sama lizza😭
2021-05-22
0