Waktu berjalan begitu cepat, empat hari berlalu saat pertemuan kedua keluarga. Dan akhirnya hari ini Ali akan mengucapkan ikrar dihadapan wali mempelai wanita untuk bersumpah dihadapan Allah dan Rasul-Nya. Akan membahagiakan istrinya dengan segenap jiwa dan raga, akan memuliakan istrinya dengan sebaik yang islam ajarkan, akan menghormatinya dengan cinta dan kasih sayang, menjaganya dalam keadaan sehat maupun sakit.
Itu yang difikirkan oleh hatinya ketika tangan Abah wanita itu diraihnya, menuntun ijab lalu dijawabnya qobul.
Lizza duduk dibelakang Ali didampingi umi Ali dan Ustadzah Imah adik kandung dari Abahnya, pernikahannya cukup sederhana hanya dihadiri beberapa orang. Bahkan Ali tidak mengundang karyawannya dikantor hanya beberapa saja, acara ijab qobul pun tiba.
"Ahmad Ali Al-Fariz Bin Ibnu Al-Fariz, saya nikahkan engkau dengan anak kandung saya, Lizzannatunisa binti Ahmad Mahmud Muddin, dengan mas kawinnya sebuah cincin emas dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Lizzannatunisa binti Ahmad Mahmud Muddin dengan mas kawinnya yang tersebut tunai."
"Bagaimana saksi, sah?"
"Sah!"
"Sah!!”
"Alhamdulillahirrobbil 'allamiin.."
Lizza meneteskan air matanya yang dari tadi dia tahan agar tidak terjatuh, namun tanpa diminta butiran itu jatuh bergantian. Suasana menjadi bahagia dan haru, nampak jelas terlihat dari Abah Lizza yang tersenyum lebar menatap ustadzah Imah yang berada disamping putrinya. Sedangkan Lizza menundukan kepalannya menangis sesegukan tanpa ia bisa bendung lagi, butiran itu mengalir tanpa bisa dicegah.
Entah itu karena bahagia atau justru sebaliknya, Ali membalikan badannya dan mendekat kearah wanita yang berada dibelakangnya. Dengan penuh perasaan campur aduk, Lizza meraih tangan Ali dan mencium punggung tangan Ali tepat dibagian bibirnya, dan detik ini Lizza sudah menjadi istrinya. Ali meletakan tangannya diatas kepala Lizza, dibacakan do'a sesuai ajaran Islam.
Yaa Allah jadikan dia istri yang sholeha, jadikanlah dia wanita yang sesuai keinginanmu, yaa Allah izinkan aku membahagiakannya, mencintainya, dan menyayanginya. Maafkan aku terlalu egois memaksamu menikah denganku, karena aku mencintaimu. Batin Ali.
Ali meraih dagu Lizza mendongokkan kepalanya melihat mata Ali. Tangan Ali reflak menyentuh pipih Lizza dan mengusapnya dengan pelan, seolah mengatakan jangan menangis! Maafkan aku membuat kamu terluka. Batin Ali.
Didekatkannya wajah Ali dikening Lizza, Ali menciumnya dengan perasaan yang amat bahagia. Tapi tidak dengan Lizza, ingin Lizza menghindar namun tidak mau membuat dua keluarga akan malu nantinya terpaksa dia menerima ciuman Ali dikeningnya.
Setelah proses pernikahan berlalu, acara berakhir. Semua tamu pulang kerumah masing-masing. Istri pertama dan kedua Ali tidak hadir karena memang Ali tidak mengizinkannya, setelah Ali meminta izin menikah lagi saat itulah Ali tinggal dirumah orang tuanya dan saat itu juga Ali tidak bertemu dengan istri-istrinya.
Lizza sudah berada didalam kamar miliknya yang kini dipakai untuk malam pertama, bagi sepasang kekasih yang menikah karena cinta tapi bukan Lizza dan Ali. Lizza sudah berada disoffa panjang yang berada dikamarnya berjarak sekitar tiga meter dari tempat tidur. Dia juga sudah mengganti gaunnya dengan baju tidur lengan panjang dan memakai hijab yang sekiranya tidak akan dilihat oleh Ali itu fikiran Lizza.
Ckrek..
Suara pintu dibuka, Ali masuk dan menghampiri Lizza yang duduk disoffa panjang. Rasanya Ali ingin duduk disamping Lizza namun melihat ekspresi dari Lizza, akhirnya Ali mengurungkan niatnya. Sekedar berdiri disamping soffa.
"Tidurlah ditempat tidurmu, biar aku yang tidur disoffa" ucap Ali mengawali obrolan.
"Tidak papa, ka Ali aja yang tidur dikasur aku yang disini" jawab Lizza sudah mendekap bantal soffa didadanya.
"Kamu sudah menjadi tangung jawabku, aku tidak mau Abuya (panggilan Abah Lizza) kecewa karena aku tidak memperlakukanmu dengan baik" ucap Ali menyakinkan.
"Hemm.." jawab Lizza langsung bangkit dari soffa kemudian naik kekasur miliknya.
"Kamu punya baju kaos?" tanya Ali saat dia duduk disoffa panjang yang tadi Lizza duduki.
"Untuk apa?" Lizza balik bertanya.
"Aku tidak bawa baju ganti jadi aku mau pinjam bajumu, kalau aku pinjam baju Abuya takut nanti ganggu istirahatnya." jelas Ali, memohon agar diperbolehkan meminjam baju milik Lizza.
"Hhmm.." jawab Lizza, lalu turun dari tempat tidurnya dan menghampiri lemari miliknya. Lizza memilih baju kaos pendek warna hitam polos tidak ada gambar dan tulisan, bahkan Lizza juga memberikan celana training miliknya pada Ali yang duduk disoffa.
"Handuk kamu mana? aku mau mandi" ucap Ali kembali.
"Handuk aku? pakai yang baru aja nanti aku ambilkan" jawab Lizza menolak, namun tangannya tertahan oleh tangan Ali yang sudah terlebih dulu menahan lengan tangan Lizza.
"Aku pake handuk kamu aja, sayang besok kan kamu ikut aku kerumah kita nanti" ucap Ali tersenyum sambil melepaskan tangannya dari lengan Lizza, padahal Lizza sama sekali tidak membalas senyum Ali.
"Harus ya aku pergi dari rumah ini? meninggalkan Abah sendirian" jawab Lizza sedih.
Lizza menatap Ali yang dari tadi menatap dirinya dengan senyuman manisnya, namun setelah mendengar ucapan Lizza kini senyum Ali menghilang begitu saja.
"Duduk!" perintah Ali menepuk soffa disebelahnya, menyuruh Lizza duduk disampingnya seolah mengatakan bahwa Ali ingin banyak berbicara dengan Lizza sebagai istrinya.
"Tidak mau, aku mau tidur. Nanti aku ambilkan handukku" jawab Lizza menolak.
Lizza melangkah pergi namun lagi-lagi tangan Ali menahan lengan Lizza, sehingga langkahnya terhenti kembali. Bahkan tanpa izin lagi Ali menarik Lizza untuk duduk disampingnya, Lizza pun terduduk dekat dengan Ali bahkan hanya beberapa senti kini jaraknya.
Lizza langsung melonggarkan duduknya dari samping Ali, sampai keujung bibir soffa memberi jarak dengan laki-laki itu.
"Maaf membuatmu takut," ucap Ali sambil menghadapkan tubuhnya kesamping tepat kearah Lizza duduk.
"Aku manikahimu dengan paksa, maaf harus menjadikan kamu istri ketigaku, karena keegoisanku. Aku tidak akan memisahkan antara kamu dengan Abuya, saat ini kamu memang sudah menjadi istriku. Tapi aku tidak akan melarangmu menemui Abuya kapanpun kamu mau pulang, aku mengizinkanmu" Lanjut Ali sambil menatap Lizza dengan serius.
Sedangkan Lizza sama sekali tidak menatap Ali balik. Kemudian Ali menarik panjang nafasnya berusaha membuat Lizza nyaman.
"Aaaahh.. Sudahlah aku mau mandi dimana handuknya?" lanjut Ali bingung harus mengatakan apa karena wanita disampingnya hanya diam tanpa suara, bahkan berbalik menatapnya saja dia enggan.
"Ada didalam kamar mandi" jawab Lizza, lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri kasur miliknya kemudian tertidur.
Ali bangkit dari duduknya melangkah masuk kedalam kamar mandi, setelah selesai mandi dia pun tidur. Ali sudah berbaring disoffa dengan sehelai selimut, bahkan Ali menatap punggung Lizza yang tidur membelakanginya dengan senyuman yang bahagia penuh cinta.
"Aku mencintaimu sayang," ucap Ali menatap punggung Lizza yang kini sudah menjadi istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Nurjanah Tamim
bini nya abang ali... banyak amat yaaaa
2021-10-19
0
Eyza Pranaja
apa mungkin Abah ada alasan lain ?? 🤔
2021-08-23
0
FAH'AISY
sakit hati bangngett...kok tega ya abahnya..
2021-07-25
0