Ansell terhenyak mendengar pertanyaan penuh luka itu. Hatinya tersentil, kala suara yang selalu berbicara manja dan centil kini terdengar lirih dan penuh luka.
Ansell baru menyadari, kalau ternyata dibalik sifat manja dan kekanakan Nesya, memendam kesedihan yang mendalam. Namun terkubur dalam oleh sifat cerianya. Menutup perasaannya sendiri dengan senyum sumringah yang terpancar di wajah cantiknya, yang bahkan orang lain melihat bahwa dirinya tidak memiliki beban sama sekali.
Tapi siapa yang tau, hati anak itu begitu tersiksa.
Ansell menatap lekat manik coklat milik putrinya, menebak seperti apa sebenarnya putrinya itu.
"Kenapa Nesya bertanya seperti itu. Tentu saja Nesya putri Daddy satu-satunya."
Nesya mengusap air matanya dengan punggung tangannya. "Kalau Nesya putri Daddy, kenapa Daddy selalu meninggalkan Nesya. Kenapa Daddy tidak pernah membawaku jalan-jalan, seperti teman-teman Nesya di sekolah. Daddy juga tidak pernah ke sekolah untuk mengambil raport Nesya, seperti orang tua teman Nesya. Kakek dan Nenek yang selalu datang ke sekolah Nesya. Tapi Nesya ingin sekali Daddy yang datang, supaya teman-teman Nesya tidak mengatai Nesya lagi."
Curahan hati seorang anak gadis yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua seperti seharusnya.
Isakan Nesya masih terdengar sampai Ansell menariknya ke dalam pelukannya. Mengusap punggung mungil itu dengan perasaan bersalah. Sungguh Ansell tidak tau, bahwa putrinya itu sangat menderita karenanya.
Karena keegoisannya, membuat anak sekecil Nesya mengalami tekanan batin. Memang benar, Nesya seperti anak yatim piatu, yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang orang tua sebagaimana mestinya.
"Nesya ingin dipeluk Daddy seperti ini. Peluk Nesya seperti ini Daddy. Tolong jangan lepaskan Nesya. Nesya mau peluk Daddy terus." Nesya semakin menelusupkan kepalanya di dada Ansell. Tangan mungilnya memeluk erat tubuh Ansell, seolah tidak ingin melepaskannya.
Isakan tangis yang begitu menyayat hati, tanpa sadar membuat Ansell menitikkan air matanya. Ansell turut mempererat pelukannya. Seolah ingin meluruhkan perasaan bersalah yang menggerogoti jiwanya.
"Maafkan Daddy Nak. Maafkan Daddy...."
Kata-kata itu terus terulang dari bibir Ansell. Untuk pertama kalinya juga, kecupan hangat mendarat di puncak kepala Nesya. Sesuatu yang belum pernah dilakukannya pada anak itu.
Sebagai seorang anak, tentu saja Nesya ingin mendapatkan perhatian dari orang tuanya, seperti anak-anak lain lazimnya. Namun karena sejak lahir sudah kehilangan ibunya, hanya Ansell yang amat dia harapkan perhatiannya, tapi hal itu sangat tidak mungkin. Ansell tidak bisa memberikan perhatiannya barang sedikitpun padanya.
"Daddy..." Panggil Nesya lirih, seraya menarik kepalanya dari dekapan Ansell. Tangan mungilnya bergerak mengusap air mata di wajah Ansell.
"Daddy menangis?"
Ansell menggeleng dengan senyum sumbang di wajahnya. "Tidak. Daddy tidak nangis kok."
Ansell membalas usapan di wajah Nesya. "Maafkan Daddy ya?" Ujarnya lembut.
Nesya mengangguk, "Iya Daddy."
Ansell mengangkat tubuh ringan itu ke atas pangkuannya. Yang mana membuat Nesya tersenyum manis, sungguh sudah sejak lama dia ingin duduk dipangku oleh Ansell. Dan hari ini akhirnya terkabulkan keinginannya itu.
Ansell mengusap-usap kepala Nesya, "Nesya senang kalau Daddy tinggal di sini?"
Nesya mendongakkan kepalanya, melihat Ansell penuh tanya. "Daddy mau tinggal di sini?"
"Iya. Nesya senang kalau Daddy tinggal di rumah ini?" Tersenyum manis.
Nesya mengangguk semangat, "Nesya sangat senang Daddy." Binar kebahagiaan terpancar dari wajahnya.
"Kalau Nesya senang, mulai hari ini Daddy akan tinggal di rumah ini."
TBC ☘️☘️☘️
JANGAN LUPA LIKE DAN VOTENYA YAAA YAAA 😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
gdhhrfh
nyesek bngett
2023-02-06
0
༄༅⃟𝐐🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐘𝐔𝐋𝐈kurnia🌿
gila aku baca baper😭😭
keren
2022-09-03
0
Meili Mekel
aduh thuor takut krn nnti yy jdi hotx neysa
2022-06-15
0