"Pikirkan baik-baik keputusanmu Ansell." Sergah Papa Hutama pada putra tunggalnya itu.
"Aku sudah memikirkannya dengan matang Pah. Nita sudah tidak ada lagi di sisiku, berada di sini membuatku semakin frustasi." Ansell mencoba meyakinkan kedua orangtuanya itu.
Sebenarnya dia tidak tega, apalagi melihat Mam sudah berlinang air mata melihatnya dengan memohon. Tapi mau bagaimana lagi, dia benar-benar tidak bisa jika harus menetap di kota ini. Setidaknya dia butuh waktu untuk menenangkan hatinya dari jeratan penyesalannya.
Papa menghela nafasnya dalam, kini dia baru mengerti akan apa yang menghantui pikiran putranya itu. Jelas saja, siapapun tidak akan tinggal dalam kenangan orang yang paling kita cintai.
"Tapi setidaknya bawa Nesya bersamamu..." Ucap Mama lirih dengan air matanya yang terus mengalir.
"Aku tidak bisa Mah..." Jawab Ansell lemah.
"Tapi kenapa?"
"Jika Ansell bawa Nesya, aku akan lebih tersiksa. Setiap melihat Nesya, selalu mengingatkanku pada Nita. Dan aku tidak bisa lagi mengalihkan pikiranku. Ini membuatku gila Mah Pah...." Ansell menatap sayu kedua orangtuanya. Berharap agar mereka mengerti akan penderitaan batinnya.
"Nesya membutuhkanmu. Ibunya sudah tiada, dan kamu adalah ayahnya, Nesya masih sangat membutuhkanmu Nak..." Mama terisak.
Ansell tidak tau lagi harus mengatakan apa. Orangtuanya ingin dimengerti olehnya, lalu dia sendiri, siapa yang akan mengerti dirinya? Apakah Ansell harus berkorban lagi untuk yang kesekian kalinya?
"Mah tolong mengerti perasaanku, aku butuh waktu buat menghadapi ini semua. Aku janji, setelah lulus kuliah, aku akan langsung pulang..." Ansell mencoba merayu, mengatakan sesuatu yang mungkin membuat kedua orangtuanya luluh, walaupun tidak yakin akan menepati janji itu.
Mama dan Papa saling bertukar pandang, Papa yang lebih bisa mengontrol emosinya menatap sedih pada istrinya, tapi juga kasihan atas apa yang menimpa putranya.
Lalu Papa beralih pada Ansell. "Baiklah jika keputusanmu sudah bulat. Papa juga tidak tau harus apa. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, jangan abaikan putrimu. Usahakan pulang setidaknya sekali dalam setahun!"
Akhirnya hanya itu keputusan yang bisa Papa buat.
"Ansell tidak yakin dengan itu Pah, Papa tau sendiri..."
"Papa tidak menerima alasan apapun. Jika kami tidak pulang dalam setahun, jangan harap kami bisa menyelesaikan kuliahmu sampai lulus." Potong Papa dengan tegas.
"Tapi Pah..."
"Ya atau tidak sama sekali!"
Ansell lesu, "Baiklah." Mendudukkan tubuhnya di sofa ruang keluarga.
Mama menghampirinya, mengusap punggung Ansell penuh kasih sayang. Ansell menatap Mama dengan rasa bersalah, lalu memeluk tubuh empat puluh tahunan itu.
"Maafkan Ansell Mah. Ansell juga berat meninggalkan kalian, tapi jujur Ansell tersiksa berada dalam bayangan Nita di rumah ini." Menumpahkan segala kesedihan yang tidak pernah ditujukannya pada siapapun.
"Mama mengerti sayang. Mama berdoa semoga kamu bisa lepas dari bayang-bayang Nita. Serahkan semua pada Yang Kuasa, berdoa kepada-Nya, minta pertolongan-Nya ya Nak?"
"Terima kasih Mah. Ansell sangat menyayangi Mama. Ansell janji, di Jerman, Ansell bakal sering telpon Mama."
"Dan Mama harap, setelah pulang dari sana, kamu jangan membenci Nesya ya?" Ucap Mama tiba-tiba, seolah sudah mengetahui seperti apa perasaan Ansell pada Nesya.
"Mama tau kamu masih menyalahkan Nesya akan kematian Nita. Tapi kamu salah besar Nak, jika membencinya. Nesya tidak bersalah dalam semua ini. Dia masih terlalu kecil untuk kamu salahkan, dia masih suci Ansell. Lagipula, Nesya lahir ke dunia ini atas keinginannya? Nesya ada di tengah-tengah kita saat ini, adalah karena kamu dan mendiang istrimu." Tutur Mama mencoba meluluhkan hatinya.
Mama mengusap kepala Ansell, "Jangan lagi keras egomu Nak. Nesya tidak salah apa-apa...."
TBC ☘️☘️☘️
JANGAN LUPA LIKE DAN VOTENYA YAAA 😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Meili Mekel
lanjut
2022-06-14
0
Suci Amelia
😭😭😭😭😭😭
2022-04-06
1
Unaaa🐶
knp hrs Jerman sih thor 🗿🗿
2021-09-25
2