Biru merebahkan tubuhnya di atas kasur single di kamarnya yang dominan berwarna Biru Langit itu. Sekelebat memori ingatan masa kecilnya dengan anak laki-laki bernama Elang kembali mencuat.
Flashback on
"Hiks hiks hiks, sakit" ucap gadis kecil itu menagis tersedu-sedu sambil memegang lututnya yang mengeluarkan darah.
"Siapa yang buat kamu kayak gini Didi jawab aku" ucap anak kecil laki-laki yang mengenakan seragam taekwondo bersabuk putih itu.
"Tono sama Toni Elang yang gangguin aku. Dia dorong sepeda aku sampe aku jatuh" ucap gadis kecil itu sambil menangis senggugukan mengelap sisa air mata yang bercampur dengan ingusnya juga.
"Si kembar itu?" Tanya Elang kecil padanya.
Didi kecil menganguk kemudian tangan mungil anak laki-laki itu menggengam tangan gadis itu mengajaknya menuju ke taman bermain depan komplek rumah mereka.
"Jadi kalian yang gangguin Didi sampai kakinya luka kayak gini?" Tanya Elang kecil pada 2 orang anak kembar indentik yang bertubuh gempal itu. Anak kembar itu memang terkenal troublemaker di lingkungan mereka karena suka memerintah dan menyakiti anak-anak seusia mereka tak lupa merampas barang dan makanan apapun milik anak-anak yang umurnya di bawah atau seumuran mereka.
"Kalo iya kenapa kalo nggak kenapa?" Ucap remeh anak laki-laki yang di ketahui namanya adalah Tono kakak dari Toni.
"Emangnya Didi salah apa sampai kalian dorong dia lagi naik sepeda" tanya Elang kecil pada mereka.
"Si Didi udah lewat jalanan milik kita dan nggak mau ngasih cokelat yang ada di dalam tas pink-nya" ucap Toni.
"Itukan milik Didi ya wajar dia nggak mau kasih ke kalian, kali kalian mau cokelat ya minta uang sama orang tua kalian beli ke minimarket. Jangan minta punya orang" ucap Elang menginggatkan.
"Kalian juga harus minta maaf sama Didi kerena perbuatan kalian!" Ucap Elang lagi.
"Kalau kita nggak mau gimana?" Ucap Tono dan Toni bersamaan.
"Kalo kalian nggak mau, kalian akan dapat pelajaran dari aku" ucap Elang.
Tono dan Toni berjalan mendekati Elang kecil "kalo gitu kita mau dong" ucap Toni meremehkan.
"Kalian beneran mau?" Tanya Elang pada mereka berdua.
"Mau lah kamu pikir kita takut" ucap Tono meremehkan.
Bugh
Elang memukul wajah Tono dan Toni tak tinggal diam ia juga memukul Elang dengan keras.
Bugh
Bugh
Mereka bertiga saling pukul. Didi kecil yang melihat kejadian itu berteriak berusaha memisahkan mereka namun nihil mereka masih terus berkelahi. Didi kecil berlari ke arah penjual es krim meminta pertolongan ke penjual itu untuk memisahkan mereka bertiga yang terus memukuli Elang.
"Hikss hikss Lang" ucap Didi kecil menangis melihat keadaan Elang tergeletak tak berdaya di atas brankar.
"Aku nggak papa Di. Udah jangan nangis" ucap Elang berusaha menenangkan gadis kecil yang duduk di atas kasur brankar nya.
"Tapi ini gara-gara aku. Kamu jadi kayak gini Lang. Aku nyesel seharusnya aku nggak ngadu ke kamu, harusnya aku lawan mereka sendiri nggak usah minta bantuan ke kamu. Maafin aku Lang" ucap gadis itu lagi.
Elang memeluk tubuh gadis itu dengan erat "nggak usah minta maaf, aku kan udah janji sama bunda bakal jagain kamu. Dan seharusnya aku yang minta maaf sama kamu karena udah gagal jagain kamu sampai kaki kamu luka" ucapnya menyesal atas apa yang menimpa Biru barusan.
"Tapi Lang" ucapnya menolak.
"Di, kamu mau janji nggak sama Elang?" Tanya Elang pada Didi kecil.
"Apa?".
"Janji kalo misalnya Elang udah nggak ada di dekat Didi. Didi harus bisa jaga diri baik-baik, Didi harus jadi anak yang berani dan jangan mau di gangguin anak komplek, Didi harus ikut bela diri kayak Elang. Dan juga Didi harus suka warna Biru Langit bukan merah muda" ucapnya.
"Kenapa?"
"Ya nggak papa, Didi mau janji kan demi Elang?" Tanya Elang pada Didi.
"Iya Didi janji bakal nurutin permintaan Elang" ucap gadis kecil itu.
"Janji" ulangnya sambil mengajukan jari kelingkingnya pada Didi.
"Janji" ucap Didi sambil tersenyum manis.
Flashback off
Sejak saat itu dia bertekad untuk merubah dirinya sesuai permintaan Elang berusaha melindungi dirinya dari orang yang hendak berbuat jahat padanya. Merubah warna kesukaannya sesuai perintah Elang kecil.
"Gue masih nggak nyangka Elang kecil gue yang selalu baik dan berbicara lembut sama gue kini berubah menjadi Langit yang kasar, dingin dan bertindak seenaknya sama orang lain".
"10 tahun udah ngerubah banyak diri Lo" ucapnya bermonolog.
Biru memejamkan matanya, berusaha untuk menerima bahwa Erlangga Langit Rajanendra adalah orang yang selama ini ia cari. Bahwa Langit adalah orang yang merubah dirinya menjadi seperti sekarang dan Langit mampu membuatnya jatuh dalam pesona pria itu sejatuh-jatuhnya.
******
Pagi ini sama seperti pagi biasanya. Setelah selesai sholat subuh, ia melakukan ritual paginya mandi dan berpakaian seragam untuk pergi ke sekolah.
Biru membuka pintu kamarnya saat ia hendak berjalan kakinya tak sengaja tersandung sesuatu. Ia menundukkan kepalanya, sebuah kotak berwarna Biru Langit itu menggangu jalannya untuk turun ke bawah. Ia mengambil kotak itu dan membuka isinya.
Sebuah sepatu sneaker putih bermerek Adidas berada didalam kotak berwarna favoritnya. Ia mengambil surat yang terselip di sela pasangan sepatu itu membuka surat itu dan mulai membacanya.
Dear : Al Biru Verandita Rahman
Apa kabar? Ternyata udah 10 tahun kita tidak bertemu. Aku sampai lupa wajah kamu loh!, Aku senang akhirnya setelah 10 tahun masa sulit itu berlalu kini kita kembali di pertemukan oleh semesta.
Kamu kini jauh berbeda dari ekspetasi ku. Aku pikir kamu masih menjadi Didi kecil yang cengeng, lembut, dan ramah.
Sekarang tampaknya kamu bukan lagi mirip Didi kecil ku, kamu lebih mirip gadis bar-bar yang liar hahahaha maafkan lah aku:).
Tapi sungguh aku bahagia bisa ketemu lagi dengan kamu Di.
Kamu yang selalu ada untuk aku, kamu yang selalu jagain aku, dan aku yang selalu jadi teman main masak-masakan mu.
10 tahun berlalu aku bahagia bisa liat wajah kamu, aku nggak nyangka kalo misalnya kamu yang aku klaim jadi rival ku semenjak kepindahan kamu ke SMA Garuda membawa ku bertemu dengan gadis kecil yang selama 10 tahun ini aku rindukan.
Terimakasih Didi telah ada bersama ku maafkan aku yang membuat kita terpisah dalam waktu yang cukup lama.
Dan happy birthday my little Didi.
note: kalo kamu baca surat ini berarti aku udah ada di bawah.
Biru bergegas turun ke bawah menemui Langit. Langkahnya terhenti ketika melihat Langit yang tersenyum ramah kepadanya.
"Sini sayang" ucap Nanda memerintahkan putrinya untuk duduk di kursi sebelah Langit.
"Ayah mana Bun?".
"Ayah berangkat subuh tadi, dia ada tugas ke Bogor" ucap bundanya.
"Bunda nggak nemenin ayah?" Tanya Biru lagi.
"Ayahmu pulangnya besok pagi jadi nggak perlu bunda temenin" lanjutnya kemudian menuangkan nasi goreng ke piring Biru.
"Langit mau banyak nasi gorengnya?" Tanya Nanda pada Langit.
"Nggak usah banyak-banyak Bun, soalnya aku nggak biasa sarapan pagi" ucap Langit pada Nanda.
"Kalo gitu sekarang di biasakan, ya apalagi Langit kan tiap hari pergi bareng Biru jadi tiap hari harus sarapan masakan Bunda".
"Uhkk" Biru tersedak kaget.
"Nih minum" ucap Langit menyodorkan air mineral kepada Biru. Gadis itu mengambilnya dan menenggak habis minuman itu.
"Serius Bun Langit bakal jemput Biru berangkat ke sekolah bareng" ulangnya.
"Iya sayang, Langit yang bilang kok sama ayah kemarin. Jadi ayah sama bunda oke-oke aja kok apalagi kamu sama Langit kan udah 10 tahun nggak ketemu" ucap bunda lagi.
"Lagian juga kak, Lo bisa hemat ongkos kalo berangkat bareng bang Langit dan juga Lo seharusnya bersyukur bisa bareng sama bang Langit secara dia ganteng abis" ucap Jingga memuji betapa tampannya wajah Langit yang terpahat sempurna itu.
Biru menghembuskan nafasnya kasar, mendengar ucapan unfaedah dari adiknya. Ia tau betul tabiat adiknya jika memuji pasti ada imbalan jadi dari pada ia menghabiskan tenaganya untuk adu bacot dengan anak laki-laki bernama Radengga Sajingga Rahman lebih baik ia diam saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
msblue:v
Aku baru mampir thor,auto baperrrrrr
2020-08-15
1
noname
terharu hihi
2020-05-30
3